Tandain typonya yaaaa
Happy Reading
Bismillah
🕊🕊
Amelia membuka matanya, tatapannya langsung tertuju pada dirinya di dalam cermin. Ia melihat wajahnya yang sudah selesai didandani, Amelia mengambil napas dalam ia berusaha menunjukkan senyumannya.
"Sudah selesai, tetehnya pangling loh." sebut penata hijab yang baru menjauhkan tangan dari kepala Amelia. Amelia hanya mampu memberikan senyuman tipis dan ucapan terima kasih dengan nada pelan.
"Iya, bener. Amel kamu pangling banget loh."
Amelia menatap pada Melly di dalam cermin yang tengah berdiri dari duduknya dan berjalan kebelakangnya. Amelia memutar tubuhnya menyamping, menghadap Melly.
"Kami izin keluar, ya."
Amelia memberi anggukan, ia memerhatikan penata riasnya keluar dari kamarnya. Setelahnya kembali melihat sahabatnya.
Melly tersenyum pada Amelia, ia memberikan gelengan kepalanya saat melihat raut kesedihan di wajah cantik sahabatnya. "Aku enggak akan bertanya apapun, Amel. Aku akan siap mendengarkan saat kamu siap menceritakannya. Untuk sekarang jangan pasang wajah sedih, kamu harus berbahagia." ungkap Melly, ia merunduk membawa Amelia ke dalam pelukan singkatnya. "Jangan nangis, nanti makeupnya luntur!" seru Melly, ia menggoyangkan jari telunjuk di depan wajah Amelia.
Amelia tertawa kecil mendengar seruan sahabatnya, ia mengangguk. "Iyaa. Terima kasih, ya." ucap Amelia tulus.
"Iya, sama-sama." balas Melly sama tulusnya dengan Amelia.
Kemudian Amelia memutar kembali tubuhnya menghadap cermin, ia menunduk dalam menatap pada kedua punggung tangannya yang sudah terukir henna putih.
"Hush...." Amelia mengangkat tangan kanan ke dadanya, jantungnya berdebar cepat, dan jemari-jemarinya juga terasa dingin. Amelia gugup sekali, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi di luar kamar. Amelia menoleh pada televisi di dinding kamarnya, masih belum menyala.
"Tenang, tenang." Melly menepuk-tepuk bahu Amelia. Ia pun merasakan kegugupan yang sama.
"Amel, Bunda dan Tante Hanna masuk, ya."
Amelia dan Melly berbalik kebelakang, Amelia meraih tangan Melly bersama kaki kirinya bergerak keluar dari bawah meja. Amelia berdiri dan keluar dari meja rias dibantu oleh Melly. "Iya, Bunda." jawab Amelia, ia mengambil dua langkah dan pintu kamarnya terbuka.
"Masyaallah, putri Bunda cantik sekali." ujar Bunda saat melangkah masuk ke kamar, Bunda meraih kedua tangan Amelia—mengangkatnya ke depan bibir lalu memberikan kecupan-kecupan di punggung tangan putrinya.
Hanna menyimpan kain putih persegi di atas ranjang Amelia, setelahnya melangkah mendekat. Hanna tersenyum hangat saat sudah berdiri dihadapan Amelia. "Humaira cantik sekali, Nak." Tangan Hanna mengusap kepala Amelia, "Sesuai tradisi dikeluarga Harsyad nanti kepala Humaira akan ditutup kain, ya. Mami yang akan membawa Humaira turun bersama Nak Melly." sambung Hanna, dagunya menunjuk pada kain yang terlipat rapi di atas meja Amelia.
Bunda mengangguk membenarkan. "Nanti Abang yang akan buka." ucap Bunda memberitahu.
Amelia hanya diam mendengarkan, lalu Bunda merangkul Amelia ke ranjang—mendudukkan putrinya. Sementara Hanna meraih remot televisi dan menyalakannya—layarnya menunjukkan suasana ruang akad, orang-orang masih berlalu lalang dan meja akad masih kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Pengganti Amelia (TAMAT)
RomanceHubungan yang terjalin antara Rasyid dan Amelia seharusnya tidak ada yang berubah, keduanya akan tetap menjadi Kakak-Adik yang saling menyayangi. Ya, memang seharusnya begitu ... sebelum kekacauan satu hari menjelang pernikahan Amelia-yang membuat...