Amelia keluar dari aula universitasnya, kepalanya mencari-cari seseorang. Senyuman menggembang di wajah Amelia tatkala menemukan keberadaan sosok yang dicarinya. Sebelum bergerak menghampiri, Amelia menoleh pada Ayah dan Bunda yang mendampinginya.
"Bunda, Ayah, Amel mau ke sana boleh?" Amelia menunjuk arah yang dimaksudnya.
Husein mengangguk, ia mengambil hadiah-hadiah dan bunga yang diberikan oleh teman-temannya. "Boleh, tapi jangan lari-larian, sepatunya tinggi itu." Ayah memperingati pelan.
"Iya, kalau jatuh malu." Bunda menimpali lalu mengambil selempang yang bertulisan Cumlaude dan nama putrinya serta gelarnya.
Amelia Syafiqha Humaira, S.Ak.
Amelia mengangguk, lalu berjalan perlahan. Amelia tersenyum saat langkahnya membawanya semakin mendekat pada Rasyid yang membawa sebuket bunga berukuran besar.
"Abang!"
Rasyid bergerak menghampiri, tangan kanan Rasyid menahan tubuh Amelia. "Hati-hati." bisik Rasyid saat Amelia memeluknya.
Amelia mengurai pelukan, ia memejamkan mata saat Rasyid mencium keningnya dan elusan pelan diperutnya. "Ayah bilang Abang enggak bisa datang." Amelia mengambil buket bunga dari Rasyid. Amelia menghirup pelan wangi bunga mawar putih yang tidak diketahui seberapa banyak tangkainya.
"Iya, Abang ada meeting, selesai cepat jadi langsung ke sini. Baru saja sampai."
Amelia mengangguk-angguk, lalu ia menoleh ke sisi pohon yang tidak jauh darinya. Ia melihat Melly bersama keluarga, ada banyak hadiah juga yang diterima Melly serta buket bunga dari sosok Ilham.
Kemudian Amelia kembali beralih pada Rasyid, ia merebahkan wajahnya ke dada Rasyid, "Capek." keluhnya pelan.
Rasyid mengusap-usap punggung Amelia yang nasib berbalut baju toga, topinya sudah dilepas karena merasa berat. "Istirahat dulu di mobil, mau makan di saung, kan?" tanya Rasyid, lalu tersenyum pada Ayah dan Bunda yang mendekat.
"Lagi manja itu." ujar Bunda, lalu melihat sekelilingnya. "Ais mana?"
"Beli es krim."
"Mau juga."
Rasyid menunduk, lalu tatapannya terangkat pada Aisyah yang membawa satu es krim ditangannya.
"Nanti beli, ya."Amelia bergerak menjauh, Rasyid menahan pinggang Amelia. Rasyid tertawa kecil melihat raut wajah cemberut Amelia. "Antreannya lama, beli nanti saja." Rasyid mengusap-usap pinggang Amelia, lalu melihat Ayah dan Bunda. "Mau makan siang dulu, atau mau foto keluarga?" Rasyid menggeleng melihat sudut bibir Aisyah berantakan dengan es krim.
Ayah, mengambil bunga dari tangan Amelia. "Langsung makan saja, Edwin, Hanna dan Papa sudah menunggu di sana." kata Ayah.
Rasyid mengangguk, ia merangkul Amelia ke parkiran mobil. Amelia menunduk menatap langkah kakinya yang serentak dengan langkah kaki Rasyid. Sebelum sampai di parkiran yang berjarak satu meter, Amelia berhenti melangkah lalu mengangkat kepala menatap Rasyid. "Sakit kakinya,"
"Mau dilepas saja?"
Amelia mengangguk, kemudian Rasyid berlutut satu kaki. Ia melepas kaitan sepatu delapan senti Amelia, lalu melepasnya perlahan. Amelia memegangi pundak Rasyid setelah selesai melepas sepatunya, Amelia memilih berjalan telanjang kaki.
"Mau Abang gendong saja?"
Amelia menggeleng, "Mau jalan kaki aja."
Rasyid tersenyum kecil, ia membawa sepatu Amelia dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memeluk pinggang Amelia. Sampai di samping mobil, Amelia langsung naik setelah Rasyid membersihkan kakinya dengan air dan mengelapnya dengan tisu. Setelahnya barulah Rasyid menyusul masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Pengganti Amelia (TAMAT)
RomanceHubungan yang terjalin antara Rasyid dan Amelia seharusnya tidak ada yang berubah, keduanya akan tetap menjadi Kakak-Adik yang saling menyayangi. Ya, memang seharusnya begitu ... sebelum kekacauan satu hari menjelang pernikahan Amelia-yang membuat...