33 Bab

5.4K 191 6
                                    

Haaai.

Koreksi typonya yaaa.

Happy Reading

Bissmilah






🕊🕊

Amelia menyeret kakinya ke sofa, ia langsung menjatuhkan tubuh ke sofa. Rasanya sangat nyaman saat tubuhnya menyentuh benda yang empuk. Amelia menghembuskan kakinya kasar, ia melepas sepatu yang dipakainya—menjatuhkannya ke lantai. Sementara itu, Rasyid menyusul masuk ke dalam rumah membawa tas Amelia dan dirinya.

"Assalamualaikum."

Amelia memejamkan matanya, ia menjawab salam dari Rasyid di dalam hati. Rasyid berjalan menuju sofa, tersenyum melihat Amelia tidur.

"Enggak jawab salam dari Abang?"

Amelia membuka mata, "Udah, dalam hati." Amelia mengangkat tangannya. "Minta Ibu buatin minum paliiing dingin, Amel haus banget. Ah capek!" keluhnya, membuat Rasyid tertawa.

"Ayah, Bunda udah di rumah."

Amelia langsung menegakkan tubuhnya, ia mutar tubuh ke kiri dan kanan. "Mana?"

Rasyid mencubit hidung Amelia, "Ketemu Kakek dulu. Yaudah, Humaira tiduran lagi aja. Abang minta Ibu bawa minum, ya." Rasyid menarik tangannya, lalu beralih mengusap-usap sisi wajah Amelia.

"Iyaa. Esnya yang banyak, yaaa."

Rasyid mengangguk, Rasyid mengambil sepatu heels tujuh senti milik Amelia, ia membawanya ke rak di dekat tangga lalu berbelok ke dapur.

Ibu Susmarti melihat ke arah Rasyid, lalu mengusap-usap tangannya ke kain lap. "Eh, Tuan sama Non Amel sudah pulang? Kok ndak panggil ibu. Tuan mau diambilkan apa?" tanya Ibu Susmarti, bergerak cepat mengambil dua gelas.

"Buatkan minuman dingin untuk Humaira, minta es banyak."

Rasyid menarik kursi, ia duduk dan mengambil sepotong bolu pandan dengan garpu. "Ibu yang buat?" tanya Rasyid saat menyuap potongan ke dua.

"Bukan, Ibu Ruha sama Bapak Husein yang bawa. Katanya Tuan lebih suka kue-kue manis." Susmarti menjawab seraya membuatkan minuman untuk kedua majikannya yang baru pulang kerja.

"Terima kasih, Bu." ucap Rasyid menerima minumnya dari Susmarti.

"Ibu bawa ke depan saja, Tuan lanjut makannya."

Rasyid memgangguk, ia mengambil dua potong brownies toping keju ke dalam piringnya. Sudah lama tidak memakan kue buatan Bunda karena ia terlalu sibuk mempersiapkan perayaan Ulang Tahun Harsyad Properti yang ke Enam Tujuh dan seluruh karyawan baik dari pusat maupun seluruh cabang diminta udah wajib berhadir karena perayaan kali ini lebih besar dan meriah serta tidak jauh dari kesan mewah.

Setelah makan enam potongan ukuran besar, Rasyid membawa piring kotor ke wastafel, ia mencuci tangan dan mulut lalu kembali bergerak duduk dikursi dan menghabiskan minumannya.

Kemudian barulah Rasyid keluar dapur, ia melangkah kembali ke sofa dan melihat Amelia sedang dipijat oleh Ibu Susmarti. "Humaira sakit?" Rasyid mendekat, menatap khawatir raut wajah Amelia.

Ibu Susmarti menggeleng, lalu kembali membalurkan minyak urut ke telapak tangannya. "Non Amel cuma masuk angin ini, telat, telat makannya. Urat kaki juga kaku habis Ibu pijat bisa lari-larian lagi ini." ujarnya menghadirkan tawa pada Amelia, tetapi tetap saja Rasyid khawatir.

Amelia segera menatap Rasyid dan mengangkat Ibu jarinya. "Amel enggak apa-apa. Capek aja karena harus bolak-balik nyiapin acara nanti malam." ucap Amelia, lalu ia menoleh ke belakang. "Ibu ikut, ya. Biar pergi sama Pak Yanto, makan enak." lanjut Amelia.

Imam Pengganti Amelia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang