Koreksi typonya yaaaa.Happy Reading
Bissmilah
🕊🕊
Rasyid melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, di sela langkah Rasyid melipat lengan kemeja hingga batas siku. Rasyid tersenyum melihat pada bingkai foto yang berukuran besar terpajang di dinding ruang tamu. Itu adalah bingkai foto pernikahan Rasyid dan Amelia bersama seluruh anggota keluarga. Rasyid juga menemukan foto tersebut saat datang ke rumah sang kakek. Sementara di rumahnya hanya ada foto Rasyid berdua dengan Amelia.
Rasyid melanjutkan langkah melewatinya, ia beralih ke dapur untuk menemui Bunda, tetapi saat Rasyid masuk ke dapur Bunda tidak terlihat sama sekali.
Rasyid memutar langkahnya ke halaman belakang. Namun, Rasyid hanya mendapatkan kesunyian. Lantas Rasyid berjalan cepat menaiki tangga menuju kamar Amelia.
Rasyid mengetuk pintu tiga kali, "Humaira, Abang masuk, ya?" Rasyid mendorong pintu, ia menemukan Amelia sedang memakai khimar berwarna cokelat.
"Abang." Amelia melangkah mendekat, ia meraih tangan Rasyid dan mencium punggung tangan besar yang membawa tangan kecilnya ke dalam genggaman erat.
"Bunda tidak ada dirumah?" Rasyid bertanya, ia menarik pelan Amelia masuk ke dalam kamar. Rasyid menemukan barang-barangnya sudah berpindah tempat dari kamarnya ke kamar Amelia.
Amelia menaikkan tatapannya, lalu mengangguk singkat. "Bunda pergi ke toko, ada banyak pesanan." Amelia menjawab pelan.
Rasyid tersenyum, ia memilih tetap berdiri saat Amelia duduk ditepi ranjang. "Humiara masih marah sama Abang?" Rasyid bertanya pelan, ibu jari kirinya mengusap pelan pipi Amelia.
Amelia menggeleng, "Amel nggak marah." ujarnya.
Rasyid mengangguk-angguk, ia menunduk melihat kaki kiri Amelia. "Benar tidak marah lagi, tapi kenapa pesan tidak dibalas dan telepon Abang tidak diangkat." Amelia menipiskan bibirnya, ia melihat ke arah pintu yang terbuka.
"Amel sibuk, kuliahnya padat." kilah Amelia dan membuat Rasyid tertawa kecil.
Rasyid menjepit pelan hidung Amelia. "Mbak Yuni dan Pak Yanto kemana, Abang tidak melihat melihat mereka juga." Rasyid menurunkan tangannya.
"Ikut Bunda ke toko." Amelia memberikan jeda panjang, ia menatap Rasyid dalam tetapi ada keraguan dalam manik matanya.
"Ada yang mau Humiara katakan?"
Amelia menggigit bibir dalamnya, ia menunduk dalam selama dua menit. Rasyid tidak bersuara, ia hanya ingin Amelia mengungkapnya tanpa perlu dorongan darinya.
"Amel bertemu dengan Azka." ucap Amelia pelan. "Azka memberitahu Amel jika sebenarnya dia dikurung oleh Oma." Amelia mengeratkan genggamannya, lalu menaikkan tatapan pada Rasyid. "Abang...." sebut Amelia pelan.
Rasyid terdiam beberapa saat, ia memejamkan matanya. "Lalu, Humaira mau bagaimana? Abang akan menuruti keinginan Humaira jika memang Humaira tidak mau meneruskan pernikahan ini." Rasyid merasakan sesak luarbiasa saat mengatakannya. Ia menggeleng samar, "Abang akan melakukan pembatalan pernikah—"
"Enggak! Abang nggak boleh melakukan itu. Amel marah karena Azka enggak sekalipun berusaha memberi kabar kalau dia dikurung." Amelia menyela, kepalanya menggeleng-geleng. "Jangan lakukan pembatalan pernikahan." ucap Amelia lirih.
Rasyid membuka mulutnya, lalu mengangkat kepalanya menatap langit-langit kamar Amelia.
"Amel udah memberitahu kalau Abang yang menikahi Amel. Meskipun awalnya Azka berpikir kita adalah kandung ..." kata Amelia menunduk, ia menatap pada genggaman tangannya. "Abang benar, Amel bisa melakukannya. Amel berhasil menahan diri untuk nggak melakukan sesuatu yang buruk ketika bertemu Azka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Pengganti Amelia (TAMAT)
RomansaHubungan yang terjalin antara Rasyid dan Amelia seharusnya tidak ada yang berubah, keduanya akan tetap menjadi Kakak-Adik yang saling menyayangi. Ya, memang seharusnya begitu ... sebelum kekacauan satu hari menjelang pernikahan Amelia-yang membuat...