Prologue

17.8K 471 9
                                    

"Kemarin acara lamaran Amel berjalan dengan lancar."

Selama dua minggu terakhir, setiap harinya, diseperkian detik waktu bergulir kalimat itu tidak pernah berhenti berputar-putar di telinga Rasyid. Kabar kebahagiaan yang disampaikan Bunda menjadi alunan yang setiap saat terus tergiang di kepalanya.

Dan tidak ada kalimat lain yang bisa Rasyid katakana, selain. "Alhamdulillah, Rasyid senang mendengarnya." Rasyid tidak sepenuhnya berbohong, memang benar ia senang mendapat kabar bahagia itu. Bagaimana pun Rasyid harus ikut senang atas kebahagiaan adiknya, kan?

"Bunda marah tapi Bunda enggak bisa. kenapa Abang nggak pulang? Bunda lihat Amel murung karena Abang enggak ada di hari lamaran Amel."

Rasyid menepiskan bibirnya, kepalanya tertunduk. Tidak berani menatap Bunda-tidak sanggup melihat tatapan sendu dan raut wajah getir dari Bunda. "Maaf Bunda, Rasyid minta maaf. Rasyid benar-benar tidak bisa pulang."

Hanya permintaan maaf yang bisa Rasyid ucapkan.

Bunda menarik napas pelan, lalu tersenyum. Bunda mengusap kepala Rasyid. "Abang baik-baik aja, kan?" tanya Bunda, mengangkat kepala putranya untuk menatap dirinya.

Rasyid mengangguk pelan, lalu mengalihkan wajahnya melihat ke segela arah, " Rasyid baik, Bunda." jawabnya kemudian diiringi dengan senyuman, menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.

Bunda menggeleng, tidak ada yang lebih mengenal Rasyid sebaik dirinya. Bunda sangat tahu bagaimana putranya ini. Bunda menatap Rasyid cemas, Bunda memang suka melihat Rasyid tersenyum. Namun, senyuman Rasyid hari ini kembali mengingatkan pada sosok Rasyid kecil, Bunda tidak menyukai senyuman itu.

"Bunda tahu Abang, jangan pernah bohong di depan Bunda. Jangan buat Bunda semakin khawatir dengan Abang begini sama Bunda."

Rasyid terdiam, menatap Bunda dalam kebisuan sebelum menarik napasnya dalam-dalam.

"Maaf, Bunda."

Bunda menepuk lembut bahu Rasyid, menatap Rasyid lembut, memberikan senyuman yang selalu menghadirkan rasa nyaman dan aman bagi Rasyid.

"Abang boleh terlihat enggak baik-baik saja, jangan memaksakan diri untuk terlihat selalu baik-baik saja di depan semua orang."

Rasyid mengangguk, diraihnya tangga Bunda dari bahunya-menggenggamnya dan mencium punggung tangan perempuan yang telah merawatnya selama duapuluh satu tahun ini, sebelum kemudian Rasyid melabuhkan kepalanya ke pangkuan Bunda.

Bunda mengelus punggung Rasyid, ada perasaan bersalah di hatinya melihat keadaan Rasyid saat ini. Mungkin Rasyid memang terlihat baik-baik saja setalah hari itu, tetapi siapa yang tahu bagaimana keadaan Rasyid sebenarnya?

"Abang ke kamar, gih. Istirahat, pasti capek 'kan nyetir ke sini? Amel hari ini pulang kampusnya sore."

Rasyid mengangkat kepalanya, lalu kembali menegakkan punggungnya. "Iya, Bunda." Sebelum Rasyid beranjak, Bunda menarik Rasyid dalam pelukan, memberikan ciuman tulusnya di kening putranya itu hingga Rasyid menarik diri dari Bunda. "Rasyid ke kamar dulu ya, Bunda."

Bunda mengangguk, mengusap pelan lengan Rasyid. "Nanti kalau Amel sudah pulang, temui Amel. Minta maaf ya, Amel pasti bisa mengerti."

Rasyid menatap satu per satu bingkai foto yang terpajang di sepanjang dinding di sela langkahnya menaiki anak tangga. Helaan napas pelan berembus, hingga sorot mata yang menyimpan begitu banyak hal yang tidak terbaca berhenti pada pintu bercat putih.

"Humaira."

Rasyid menunduk, tangannya meraih gagang pintu kamarnya. Rasyid menggeleng pelan lalu mendorong pintu dan masuk ke kamar. Rasyid menjatuhnya dirinya di atas sofa panjang di sudut kamar. Matanya terpejam-merenungi keputasan yang diambilnya di waktu lalu, memikirkan apa itu benar atau justru ... salah?

"Astaghfirullah,"

Kepala Rasyid menggeleng, bagaimana pun keputusannya saat itu sudah benar. Tidak seharusnya Rasyid mempertanyakan keputusannya sendiri, ya meskipun keputusan itu tidak bisa diterima oleh sebagian orang terdekatnya ... termasuk dirinya sendiri dan juga ... hatinya.

🕊️🕊️

NrAida,
Tertulis, 17 Maret 2022

Publish, 19 Maret 2022

Haii, iya ini balik lagi bawa cerita baru. Yuk, mari ramaikan kisah Rasyid dan Amelia. Yang baca Ilham sama Melly pasti tau dong siapa mereka😉

Prologue-nya dulu aja di publish ya! dan seperti yang sudah Daa kasih tau di epilog Mas Fathur sama Aru, Daa hiatus dulu.

Byeee❤️

Imam Pengganti Amelia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang