Bab 31

4.2K 205 5
                                    

Sebelumnya aku mau minta maaf karena seharusnya update dari kemarin².

Tapi ternyata aku enggak bisa update karena kondisi kesehatan yang tiba-tiba drop.

Dan, aku baru aja kemarin keluar RS. Aku harus istirahat sebentar tapi bakal berusaha nulis 3 bab lagi sebelum tamat disela waktu istirahat.

Tandain typonya yaaa.

Happy Reading.

Bissmilah


🕊🕊

"Azka kamu pilih tetap melanjutkan kuliahmu disini atau pindah ikut Papa." Azka melihat pada lima koper besar, lalu tatapanya teralihkan pada Oma yang sudah bersiap untuk mengikuti putranya.

"Azka tetap disini bersama Mama. Lagipula perkuliahan Azka sudah mau selesai, tanggung kalau Azka ikut Papa dan Oma." Azka menjawab pelan, ia beralih pada sang ibu. "Azka dan Mama akan baik-baik saja disini." Azka melanjutkan, ia tidak ingin meninggalkan ibunya seorang diri di Bandung. Apalagi ia harus melanjutkan perkuliahannya yang sudah tertunda selama dua semester.

Oma menggeleng-geleng, "Istri macam apa yang tidak mau mengikuti kemana suaminya pergi. Maunya cuma hidup senang-senang, tapi saat suaminya jatuh tidak mau bersama." ujar Oma untuk menyindir menantunya.

"Oma!" Azka menegur, ia melihat sang ibu memberikan gelengan. Namun, Azka tidak bisa menahan diri saat Syifa direndahkan oleh Maryam. "Bagaimana bisa Oma bicara begitu dengan menantu Oma sendiri, terlebih istri dari Papa dan aku juga terlahir dari rahim Mama!

"Azka, Mama tidak pernah mengajarkan kamu bicara begitu sama Oma, Nak."

"Ma!"

Syifa menggeleng, lalu memberikan tas kerja suaminya, "Bukan bermaksud tidak mau hidup susah, Ma. Tapi bagaimana Azka jika kita semua pindah." ucap Syifa, ia menatap sang suami. "Maafin aku, ya." ucap Syifa tulus, ia juga tidak mau menambah beban dalam kehidupan suaminya.

Syifa meraih lengan suaminya, tetapi Rohan menarik lengannya dari istrinya. "Memang lebih baik kamu tidak ikut, nanti menyusahkan saja." Syifa mengulum bibirnya mendengar hinaan dari suaminya.

Syifa terdiam, ia menunduk dalam lalu menoleh pada putranya yang menggenggam tanganya. Syifa mengangguk sama. "Aku dan Azka akan mengantar ke bandara—"

Rohan memotong cepat, "Tidak perlu, aku dan Mama yang akan pergi. Tidak perlu kalian mengantar kami."

Azka mengepalkan tangannya, tetapi Syifa menahannya. Syifa tidak mau anakny bertengkar lagi dengan suami dan mertuanya.

"Ya, sudah. Aku doakan kamu dan Ambu sampai dengan selamat ke tempat tujuan." ujar Syifa. Ia mengambil satu koper besar dan mendorongnya ke depan rumah. Azka mengikuti sang ibu, ia juga membawa satu koper milik sang Oma. Selanjutnya tanpa berpamitan Rohan dan Ibunya masuk ke dalam mobil.

Azka memeluk lengan ibunya, "Tidak apa-apa, Ma. Ada Azka yang akan selalu bersama Mama."

Syifa mengangguk, "Kita harus ke rumah Amelia, kita harus meminta maaf." ucap Syifa pelan. Azka mengangguk lalu ia membawa Syifa masuk ke dalam rumah.

"Iya, Ma. Tapi sekarang Mama harus istirahat dulu. Mama lagi demam." Azka membantu Syifa masuk ke dalam kamar, ia menyelimuti ibunya lalu keluar kamar.

Azka menunduk, melihat lantai rumahnya. Kemudian melangkahkan kakinya ke dapur, Azka memasak air untuk Syifa. Ada sesak dalam dadanya saat ia harus melalui semua ini.

Imam Pengganti Amelia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang