ᴘʀᴏʟᴏɢ

285 12 3
                                    

Jangan lupa vote dan comment
Maafkan typo yang bertebaran!

Di sebuah ruangan yang sedikit gelap, terlihat dua orang lelaki yang sedang menatap sebuah lemari yang berukuran besar.

"Bang, lu seriusan mau jadiin mereka kelinci percobaan?"

Seseorang yang dipanggil dengan sebutan 'abang' tersebut mengangguk.

"Tapi kenapa harus mereka bang? Lu ngak mikirin bahaya yang bakal mereka buat?" tanya pria berkaos putih lagi.

Lelaki yang ditanya barusan hanya menggeleng.

"Mereka sendiri kan yang mau, lagian misi mereka disana kan cuma nemuin beberapa barang doang ngak susah - susah amat. Trus juga lokasi bendanya cuma ada di sekitaran sekolah doang, misi ini tuh gampang banget dikerjain Mentari, Livia sama Embun yang setiap hari demen keliling sekolah" jelas si penemu portal tersebut.

Si penanya hanya menghela nafas panjang lalu mengelilingi lemari yang akan menjadi portal penghubung antar masa tersebut.

"Bang lo yakin mereka ngak bakal dapat masalah apa - apa kalau ngak bisa nemuin tuh barang yang lo maksud?"

"Santai aja, gue bakal ngasih buku panduan kok ke mereka jadi lo tenang aja ngak usah panik - panik amat. Di bawa santai aja" jawab penemu portal.

"Tapi perasaan gue ada yang bakal terjad-"

"Ngak akan ada!" potong penemu portal dengan percaya diri.

Ⓦⓐⓛⓚ Ⓘⓝⓣⓞ Ⓣⓗⓔ Ⓟⓐⓢⓣ

Sementara itu di luar ruangan tersebut terlihat enam orang gadis yang sedang melihat sekeliling mereka.

Gadis - gadis tersebut mencari dua orang pria yang sudah membuat janji bersama mereka di tempat tersebut.

"Dimana sih mantan lu berdua, gajelas banget" sentak Embun tiba-tiba sambil menatap Mentari dan Sabina secara bergantian.

"Udahlah ikutin aja mapsnya, gitu aja kok repot" timpal Dara sambil merebut ponsel Aruna.

"Titiknya disini Dara sayangkuh cintaku, liat tuh! Kayaknya beneran, mantan mereka lagi ngerjain kita" kata Aruna setelah itu langsung duduk di tanah saking lelahnya berjalan.

"Yah udah cape - cape jalan ngak jadi dapet duit deh capek banget kaki gua" keluh Livia yang ikut lemas dengan perkataan Aruna barusan.

"Kata mereka masuk ke gudang" sentak Sabina sambil menatap teman-temannya.

"Ngapain masuk gudang?! Jangan - jangan mantan lu berdua itu adalah psikopat yang mencoba mengundang kita semua kesini untuk dijadikan mangsa" cerocos Embun yang kebanyakan nonton dokumenter pembunuhan.

"Buset banget pikiran lu" sahut Livia sambil menggeleng pelan.

"Tenang guys gelang, kalung sama cincin yang gue beliin buat kalian semua masing - masing ada pisaunya jadi kalau ada bahaya kalian bisa pakai buat melindungi diri" jelas Dara dengan singkat sambil menaik turunkan alisnya.

"Widih keren juga yah" kekeh Sabina sambil menatap cincin di jari tengahnya dan gelang di pergelangan tangannya.

"Ini ngak sih gudangnya?" tanya Mentari yang langsung mendobrak brutal pintu di hadapannya.

𝗪𝗮𝗹𝗸 𝗜𝗻𝘁𝗼 𝗧𝗵𝗲 𝗣𝗮𝘀𝘁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang