Tok.. tok...
Pintu kamar diketuk dengan brutal membuat licy yang sedang asik di dalam dunia mimpinya terusik.
Licy langsung bangun dan berjalan kearah pintu.
Ceklek..
"Lama, gua ketuk dari tadi, udah tau numpang tau diri dikit dong, gak usah bikin tuan rumah sampe samperin Lo cuma buat bangunin Lo dan ngajak sarapan, dasar pembunuh gak tau diri, cepet pergi dari rumah gua, gua gak mau ya keluarga gua jadi korban selanjutnya"
Terkejut? Tentu saja Licy terkejut bagaimana tidak, baru saja membuka pintu licy di kejutkan dengan seorang pria yang terus mengoceh tiada henti.
Ia adalah adik sepupunya atau kakak sepupunya? Entahlah licy tidak tau umurnya berada di bawah Licy namun ia adalah anak dari kakak ayahnya.
Dia Samuel sosok yang benci kepada Luciana asli karena orang orang di sekelilingnya membenci dan menganggap Luciana seperti hama jadi ia ikut ikutan saja, kedua orang tua Sam juga begitu, mereka tidak membenci Namaun kurang suka dengan kehadiran Luciana di tengah tengah mereka.
"Udah?" Tanya Licy dengan menatap datar wajah Sam.
Sam yang di perhatikan seperti itu mendadak gugup.
Sebenarnya Licy menatap datar Sam bukan karena ia sengaja, namun ia tidak tau harus bersikap seperti apa, karena selama ini belum ada seseorang yang berani seperti itu kepadanya.
"Kurang ngajar Lo" kesalnya lalu pergi begitu saja.
Licy yang di tinggal pergi begitu saja menatapnya acuh lalu kembali masuk kedalam kamar, karena niatnya hari ini ia akan pergi meninggalkan kediaman ini, lalu menjalani hidup lamanya setelah memberi hadiah kepada keluarga besar luciana.
.
.
.
Licy sudah rapi dengan pakaian seadanya yang ia temukan di dalam lemari, karena hari ini hari Jumat dan bertepatan dengan tanggal merah membuat penghuni rumah berkumpul semua.
Tap..
Tap..
Tap..
Suara langkah kaki Licy menggema membuat semua orang yang berada disana menatap licy dengan pandangan yang berbeda beda, mulai terpesona, jijik, benci hingga merasa bersalah.
Ya mereka semua yang di maksud adalah keluarga besar paxrea dan teman teman Samuel, yang berarti teman teman Brayn juga.
"Bagus ya princess jam segini baru bangun" sindir mami (ibu dari Samuel)
Licy tetap berjalan lurus, ia menulikan telinganya, licy berjalan kearah meja makan hanya untuk menyimpan ponselnya, ralat ponsel milik Luciana yang sudah ia reset.
"Liat mi, baru bangun langsung makan, enak banget ya princess" sindir Feya yang sedikit berteriak.
Tidak hanya ponsel Licy juga menyimpan semua aset milik Luciana mulai dari sertifikat kepemilikan cafe, toko bunga, salon kecantikan, hingga toko dessert, ia sengaja meletakkannya disana, agar semua orang melihat dan mengetahuinya, tujuan Licy? Tidak ada.
Ia hanya tidak ingin menyimpan sesuatu yang berhubungan dengan Luciana, bahkan ketika sampai di apartemen nya nanti ia juga akan membakar atau membuang semua yang ia kenakan hari ini, seperti pakaian, tas yang hanya berisi beberapa lembar uang, sepatu, hingga aksesoris.
Karena hanya wajah dan tubuh milik Luciana saja yang bisa ia terima, selebihnya? Tidak.
Ia masih bisa terima wajahnya karena mirip dengan wajah aslinya, ya Luciana dan Licy sedikit mirip.
Setelah menyelesaikan kegiatan tidak bergunanya Licy pergi begitu saja tanpa pamit, ia juga pergi lewat pintu belakang, pintu yang biasa di gunakan oleh maid.
"Mau kemana anak sial?" Tanya salah satu maid dengan nada angkuh.
"Bacot" ketus Licy.
Maid tersebut terkejut, ini kali pertamanya mendengar Luciana berkata kasar, biasanya Luciana hanya akan diam menunduk, menangis dan meminta maaf.
"Udah berani ya" maid tersebut menarik rambut Licy dengan kuat hingga rontok beberapa helai.
Akhh..
Ringis maid tersebut ketika dengan sigap ikut menarik rambut maid tersebut, jika maid tersebut menarik rambut Licy hingga rontok beberapa helai, berbeda dengan licy, ia menariknya hingga pitak.
Ya licy memang seperti itu, ia tidak suka jalur damai.
Plak....
Maid lainnya datang langsung menampar Licy dengan kuat hingga pipi licy memerah.
Plak..
Licy membalasnya dengan kuat hingga sudut bibir maid tersebut lecet dan berdarah.
"Gua gak suka jalur damai"
Licy menyudai perkelahian mereka lalu pergi begitu saja.
"Om" gumamnya begitu melihat pria yang semalam mengobrol bersamanya.
Sosok pria yang kini sedang bersembunyi di balik semak semak itu mengangguk kemudian menghubungi anak buahnya.
.
.
.
"Kapan kita kesana bang?" Tanya Felix.
"Sabar besok kita kesan"
"Tapi Abang bener pacarnya licy?" Ragu Felix.
Seingatnya licy tidak pernah mengakui Hector sebagai kekasih, sebaliknya justru Hector lah yang selalu berkoar koar dan menganggap Licy sebagai kekasihnya di depan semua orang, namun Licy sama sekali tidak peduli dengan itu.
Felix mengganti panggilannya kepada Hector karena ia geli memanggil Hector dengan sebutan kakak.
"Percaya sama gua"
Hector memukul punggung Felix hingga berbunyi Netflix.
Dengan sedikit wajah tertekan Felix mengangguk.
.
.
.
"Kejadian itu kan udah lama banget ya, gimana caranya dapetin rekaman itu?" Gumam Licy.
Saat ini Licy sedang berada di cafe seorang diri.
Tak..
Sebuah flashdisk berada di hadapannya.
"Kalo mau jadi anak om" ucapnya.
Licy menatap sosok tersebut, ternyata si om.
"Mungkin kamu gak kenal, kenalin nama om Rival, om mungkin gagal jagain Luciana tapi, tolong kasih om kesempatan buat jaga dan lindungi Licy"
Licy menatapnya heran namun tak lama ia mendengus kesal.
"Emang om gak punya anak apa?" Kesalnya.
Rival menggeleng.
"Mommy Luciana adalah pertama dan terakhir, tidak ada yang lain"
Licy terdiam mematung ia jadi merasa tidak enak, karena bagaimanapun juga sosok rival adalah sosok sadboy, takdir seolah tidak berpihak kepadanya karena ia mencintai seseorang yang lebih memilih orang lain daripada dirinya.
Ia hanya bisa menatap gadis yang ia cintai dari jauh, gadis yang kini sudah merubah status menjadi wanita, saat kecelakaan naas itu terjadi Rival juga ada disana menolong mereka, soal rekaman? Sudah lama ia simpan, ia sudah mengirimkan file rekaman itu kepada ayah Luciana namun tidak pernah ia buka entah karna apa.
Dan pada akhirnya ia hanya bisa memperhatikan dan melindungi Luciana dari jauh, menjadi sosok pahlawan bayangan.
Hay Hay Hay...
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone only we know (END)
Short StoryKalian percaya Astral projection? gak percaya? Sama, awalnya Licy juga gak percaya, sampe Licy kecelakaan dan ngalamin kejadian yang Licy sendiri gak percaya itu.