Disinilah Licy berada sekarang di kediaman tantenya yang ia panggil mami, atau orang tua Samuel.
Sedari tadi licy hanya duduk dan sesekali mengangguk jika di tanya, bukannya apa tapi jujur saja licy masih canggung dengan keluarga Luciana, selama ini ia hanya tinggal berdua dengan Felix ya meski kadang kedua kakak laki laki mereka datang untuk berkunjung.
Tidak tidak mereka bukan kakak kandung Licy dan Felix mereka anak sambung dari ibu si kembar, ya mereka memang menganggap Licy dan Felix seperti adik kandungnya, terkadang mereka juga membujuk Licy dan Felix untuk tinggal bersama, namun selalu licy tolak karena licy tau, ibu mereka tidak menyukai keberadaan mereka.
"Mau ya tinggal sama mami lagi" bujuk mami Sam.
Licy tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya.
"Maaf Licy punya tanggung jawab, Licy punya kerjaan dan kerjaan Licy jam nya gak tentu" tolaknya dengan mencoba seramah mungkin.
Mami sedih.
"Licy?" Gumamnya.
"Oh kamu mau di panggil licy ya?" Papi Sam tersenyum dan mengelus rambut Licy.
"Kamu kerja apa? Dari kapan?" Tanya papi.
"Juru bahasa isyarat, udah lama 2 tahun gitu, tapi bukan perusahaan berita dalam negri, luar negri" ughhh Licy pandai sekali berbohong.
Keluarga Sam menatap Licy tidak percaya mereka sungguh bangga kepada Licy.
"Licy mau ya, tinggal lagi disini, kamar Sam buat kamu aja, dulu licy pengen banget kan tukeran kamar sama Sam?" Bujuk mami.
Sam menganggukki dengan semangat.
"Maaf mi gak bisa, selain punya tanggung jawab, sekarang Licy tinggal sama ayah rival"
"Rival?" Gumam papi seakan ia mengingat nama tersebut.
"Yang itu bukan sih?" Gumam mami yang masih dapat di dengar oleh Licy dan kedua anak mereka.
"Rival yang ini?" Tanya papi dengan menunjukkan sebuah foto.
"Iya itu ayah, papi kenal ayah?" Licy menjawab dengan sumringah.
Mami tersenyum kecut begitupun papi namun dengan cepat mereka menormalkan kembali ekspresi wajahnya.
"Dari kapan Licy kenal sama dia?" Tanya papi.
"Dulu Licy pernah di beliin balon sama ayah, terus ayah juga sering tolong Licy kalo licy di bully, ayah baik banget pokoknya"
Kring... kring...
"Bentar ya mi Pi ayah telpon" Licy berdiri dari duduknya dan sedikit menjauh dari mereka.
"Ya?"
....
"Okeii"
....
"Ayah Felix udah makan?"
.....
"Bentar lagi dong, kok ngedadak sih, okeilah"
...
"Bye"
Sambungan telpon Licy matikan sepihak.
"Licy izin pulang dulu ya, oh ya, nanti kalo Licy siap, Licy mau ngomong serius sama kalian, ayah juga Licy ajak"
.
.
.
"Dad?" Rafa membuka pintu kamar Daddy-nya tersebut karena sudah 10 menit ia mengetuk dan menunggu di depan kamar untuk memanggil Daddy-nya keluar namun sayang Daddy-nya tidak mau keluar.
"Tadi kata Brayn Lusi mau datang ke rumah mami"
Bruk..
Prak..
Daddy yang mendengar itu dengan segera berdiri dadi duduknya, hingga tanpa sengaja ia memecahkan vas bunga.
"Ayo kita kesana sekarang"
.
.
.
Kini Licy berada di rumahnya dengan tatapan datar.
"Cape juga meranin Lusi" Licy memijit pipinya berkali kali.
Ia merasa pipi dan rahangnya pegal karena terus tersenyum, dan nada bicaranya yang ia ubah.
"Cy?" Sapa Felix.
"Hmm?"
"Merkuri apaan?" Tanyanya.
Licy yang sedang membuat sebuah alat tanpa sengaja menjatuhkan obeng yang ia pegang.
"Lo kenapa?" Heran Licy.
"Ya ini gua gabut terus lewat berita merkuri mematikan gitu, emang merkuri apaan?" Tanyanya lagi.
"Unsur kimia berbahaya, atau lebih gampangnya salah satu jenis logam yang banyak ditemuin di alam, Senyawa ini ada di dalam batu-batuan, biji tambang, tanah, air, dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Logam ini juga kerap disebut dengan air raksa (Hg) nomor atom 80 kadang beberapa orang nyebutnya raksa sih"
Felix menatap Licy bingung, karena Licy terlalu terbelit belit.
"Makanya Lo kalo sekola tuh belajar yang bener, merkuri tuh sejenis unsur kimia berbahaya, atau beracun, biasanya banyak oknum oknum jahat yang jadiin merkuri sebagai skin care, emang hasilnya cepet putih tapi nanti muka Lo jadi kebakar, merah, perih dan pada akhirnya rusak deh" jelas Licy.
"Separah itu ya, berarti kita harus hati hati, tapi kalo bahaya kenapa di jual bebas cy?"
"Karena ada kegunaannya juga, Lo tau Termometer air raksa alias merkuri, nah itu kan kegunaannya buat ngukur suhu, karena cairan itu bisa mengembang dan menyusut sesuai dengan paparan suhu yang didapatkan intinya termometer air raksa dapat digunakan untuk menentukan suhu tubuh, cairan, dan uap"
"Itu kan beracun ya cy, kalo kena muka berarti nanti harus oplas?" Felix berbicara dengan memandang langit kamar licy, hal tersebut tentu saja membuat Licy curiga.
Biasanya jika Felix banyak bertanya ia sedang menyembunyikan sesuatu atau ia sedang bosan.
"Lo beli skincare yang mengandung merkuri kan" tuduh Licy.
"Ya gak sengaja, gua kan gak tau"
Felix tersenyum dengan memamerkan deretan giginya.
"Kan, kata gua juga apa, udah buang, nanti gua beliin"
"Makasih twin" Felix memeluk licy, ya memang ia tidak tau menahu tentang skincare ia hanya tau jika semua perempuan menyukai pria tampan.
Maka dari itu Felix ingin tampan agar ia bisa mendapatkan kekasih.
Licy kembali fokus pada alat yang sedang ia buat, ia sedang membuat alat komunikasi jarak jauh untuk team alpha, karena alat alat yang biasa Meraka gunakan berada di Rio.
Cukup sulit membuatnya namun semua bahan bahan yang Licy butuhkan sudah Jordy beli kan jadi aman.
Padahal dari pada membeli Jordy bisa membawa dari Rio.
"Cy gua jalan jalan deh"
"Nanti" Licy tidak menatap Felix karena ia sedang fokus.
"Ck" kesal Felix karena jawaban Licy.
"Cy om om itu beneran orang baik?" Tanya Felix.
"Baik mungkin" jawab Licy asal.
"Lo kok percaya gitu aja sama orang asing" kesal Felix.
"Sekarang dia ayah kita kalo Lo lupa"
Hening Felix tidak tau harus berkata apa lagi, ucapan Licy memang benar namun ia masih tidak bisa menerima kenyataan itu.
"Cy ke kebun binatang yuk" ajak Felix.
Huftttt
Licy menarik dan menghembuskan nafasnya kesal, Felix terlalu cerewet membuatnya tidak fokus.
"Lix mending Lo mandi abis itu ikut gua ke apart bang jo"
Hay Hay Hay..
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone only we know (END)
Short StoryKalian percaya Astral projection? gak percaya? Sama, awalnya Licy juga gak percaya, sampe Licy kecelakaan dan ngalamin kejadian yang Licy sendiri gak percaya itu.