"Mami mau Lusi" isaknya.Sedari kemarin mami Sam terus menangis tanpa henti, ia berhenti menangis ketika tidur saja, ia benar benar merasa bersalah atas perlakuan buruknya selama ini.
"Kamu udah bilang sama Lusi?" Tanya papi Sam.
Sam hanya menggelengkan kepalanya lesu.
"Kak Lusi udah punya keluarga baru, dia punya adik baru" cicitnya dengan menunduk.
"Besok bujuk dia, pokonya bujuk terus sampe Lusi mau pulang lagi"
.....
"Huacimmm"
Licy bersin dengan sangat barbar.
"Cewe normal kalo bersin di imut imut lah dia" Hector melirik Licy.
"Yang penting nikmat" Licy manik turunkan alisnya dan tersenyum bangga, namun terlihat menggelikan bagi Felix.
Bugh..
"Jijik ih, kaya Tante Tante pedo" Felix melempar bantal yang sukses mengenai wajah Licy.
"Sini sama mami, aw aw" Licy menggoda Felix.
"Jijik" Felix yang geli langsung memunggungi Licy yang kini tertawa puas.
Bagi Licy menggoda Felix begitu menyenangkan.
"Berasa lagi tinggal di Rio ya" Licy menatap langit langit kamarnya dengan tersenyum puas.
"Iya, dari remaja kita bareng terus, tinggal bareng kerja bareng" Hector mengangguk setuju.
"Pada lupain bang Jo" sahut Felix.
"Orang tua itu gak usah di ajak, btw dia tau gak kalo gua masih hidup?' Tanya Licy.
"Nggak, gak bakal ada yang tau kalo bang Hector gak bocor"
"Gua lagi yang kena" Hector memutar bola matanya malas.
Licy dan Felix tertawa keras.
"Oh ya btw besok gua ikut sekolah, papa udah kirim tugas" Hector memperlihatkan ponselnya.
"Cie nyamar jadi anak senior high school, sama kaya kita, yuhuhuu" Felix mengangkat tangannya, ia bahagia.
"Semua team alpha?" Tanya Licy dengan mode seriusnya.
Hector menggeleng.
"Team alpha cuma, gua, Jordy sama Bobby"
"Gua ikut, boleh ya" pinta Licy dengan wajah memelas.
Hector menggelengkan kepalanya, kini Licy bukan bagian dari temannya lagi.
"Jangan" cegah Felix.
"Kenapa?"
"Nanti Lo kenapa kenapa lagi" cicit Felix.
"Gua aman aman aja, lagi pula muka gua yang sekarang mirip sama gua yang lama, boleh ya alpha?" Bujuk Licy.
Memang tidak mudah bahkan sulit untuk mengubah keputusan seorang Hector jika berbau misi, pria dengan kepribadian alpha itu sangat sulit untuk di kendalikan.
Tapi ini Licy perempuan dengan kepribadian Enigma, yang bisa membuat Hector lemah, meski sulit untuk di bujuk pada akhirnya Hector tetap akan luluh.
Huftt...
Tak..
Hector menyerahkan pistol yang biasa di gunakan oleh Licy.
"Terimakasih" Licy memeluk Hector dan mengacak rambutnya dengan gemas.
Tok.. tok..
"Anak anak ayo makan" ajak ayah.
.
.
.
"Perfect" gumam licy menatap puas dirinya di depan cermin.
Tak lupa ia menyimpan pistol yang kemarin diberikan oleh Hector di balik roknya, lebih tepatnya licy simpan di salah satu pahanya, sudah biasa.
Tidak hanya itu Licy juga di lengkapi kamera seukuran lalat hijau untuk memata matai target yang sudah di curigai, tidak hanya di sekolah licy agent yang lain juga begitu, baik yang menyamar di bank, di sekolah dasar, hingga yang menyamar di kepolisian pun sudah ada target yang di curigai dan di mata matai.
Tap.. tap.. tap..
Licy berjalan dengan santainya menuruni tangga, dapat ia lihat keluarganya sudah berkumpul di meja makan.
Hector juga ada disana entah dari kapan.
....
"Hati hati cy" peringat Felix padahal kini mereka satu kelas.
"Lix Lo udah bilang gitu 10 kali" Licy memutar bola matanya malas.
"Gua gak mau Lo kenapa kenapa lagi" rengeknya.
"Lix, buat Bangkep satu orang gak hari ini dapet langsung tangkep nggak, tapi pastiin dulu beberapa Minggu, bahakan sampe bulan, ada juga yang bertaun taun, jadi santai aja nikmati dulu, gak usah cepet cepet toh kalo misi gini gak ada batas waktunya kok" jelas Hector yang paham sekali dengan kekhawatiran yang Felix rasakan.
"Jagain Licy" cicit nya.
"Jangan rewel lix" tegur Licy.
"Gak apa apa cy" bela Hector.
"Hai" sapa Bobby.
Hector mengangguk.
"Gua Bobby" Bobby berusaha berbaur.
"Gua Oxa kalo Lo lupa" jawab Licy.
Seketika tubuh Bobby membeku.
"Oxa?" Gumamnya.
Licy mengangguk, tidak hanya licy Hector pun sama, hanya Felix yang diam saja karena tidak mengerti.
Gerp..
"Gua kira Lo mati" Bobby memeluk licy dengan erat, sangat erat, hingga licy kesusahan untuk mengambil nafas.
"Ekhem"
Seseorang baru saja datang dengan tampilan badboynya memecah momen haru mereka.
"Jordy huaaa" licy melepaskan pelukannya langsung memeluk Jordy.
Jordy? Ia bingung kaget dan tidak tau harus berbuat apa, ia tidak mengenal gadis ini yang tiba tiba memeluknya dan menjerit jerit tidak jelas.
"Dia Oxa" jawab Hector dan Bobby bersamaan.
"Really?" Jordy melepaskan pelukan Licy dan menatap wajahnya dengan seksama.
"Nanti gua jelasin" jawab Felix.
Jordy balas memeluk licy dengan erat, ia sudah menganggap Licy sebagai adiknya sendiri.
Jauh dari mereka ada Brayn yang menatap mereka dengan tatapan tak suka.
"Murahan banget ya, apa cuma aku perempuan yang gak suka caper sama laki laki, ya secara aku ini kan tomboy" Feya menatap tak suka ke arah licy.
Brayn menatap Feya dengan kesal, entah mengapa sejak kemarin pandanganya terhadap Feya jadi berubah, ia jadi sedikit tidak menyukai feya.
"Sam?" Tegur Vincent yang sedari tadi bingung melihat tingkah Samuel.
Biasanya samuel cukup banyak berbicara namun hari ini berbeda Sam jadi sedikit pendiam.
"Hmm?" Sam tidak menjawab.
"Kenapa?" Tanya Rafa.
"Mami sakit" jawab Asher.
"Nanti siang kita jenguk" usul Gevano yang tentu saja di angguki oleh yang lain.
Hay Hay Hay....
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone only we know (END)
Short StoryKalian percaya Astral projection? gak percaya? Sama, awalnya Licy juga gak percaya, sampe Licy kecelakaan dan ngalamin kejadian yang Licy sendiri gak percaya itu.