8

239 24 5
                                    


Brak..

Licy menyimpan tas nya asal, ya saat hendak pergi tadi, ia di tahan oleh penjaga sekolah, dan menceramahinya hingga saat ini Licy sedang kesal setengah mati karena tidak jadi pergi menemui adiknya.

Gevano dan tema temannya yang masih ada disana menatap Licy dengan bingung.

"Lusi?" Sapa salah satu teman Gevano.

Licy menoleh dan menatapnya dengan tajam, dilihat dari name tagnya siswa yang memanggilnya tadi bernama Vincent Roberto, tidak hanya menatap Vincent Licy juga menatap teman teman Gevano yang lain.

Ada dua lagi, yaitu Hilios Winston dan Reymond William Licy tidak tau sifat mereka, karena Luciana tidak memberikan ingatannya tentang mereka dan Luciana juga sepertinya tidak terlalu akrab dengan mereka.

"Kita kenal?" Ketus Licy yang kemudian mengalihkan perhatiannya dengan menatap ponsel.

Ia merindukan adik kembarnya.

Teman teman Gevano saling menatap dengan canggung.

"Maaf si" cicit Sam.

"Maaf? Emang cukup?" Sarkas Licy.

Sam menundukkan kepalanya.

"Seenggaknya dia mau berusaha buat memperbaiki" ketus Reymond.

"Lo siapa? Lo ada hubungan apa sama dia? Denger ya, ikut campur urusan orang itu gak baik, itu perilaku buruk"

"Lo kok jadi nyebelin gini sih, dia cuma minta maaf kan tinggal maafin beres" jengah Vincent.

Licy berdiri dari duduknya dan pindah ke tempat Jason.

"Lo ada masalah sama mereka Lis? Mukanya Gevano pacar Lo ya?" Tanya Jason.

"Lo pikir nama gua lilis" kesal Licy.

Jason memutar bola matanya malas.

"Ya ya ya Felicity"

.

.

.

Jam berputar dengan cepat ujian terakhir baru saja selesai, dengan segera Licy memasukkan semua barang barang bawaannya kedalam tas, ia tidak sabar untuk bertemu kembarannya.

Sepanjang koridor Licy berjalan dengan cepat, dengan memainkan ponselnya membuatnya tidak fokus.

Bruk...

Kakinya di jegal, tentu saja Licy terjatuh, membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Hahaha"

Tawa Feya dan teman temannya menggema.

Licy menatap tajam feya, jika itu Luciana sudah pasti tidak berani membalasnya atau sekedar menatapnya saja tidak akan berani, jika ia membalas perlakuan Feya sudah pasti Daddy-nya menghukum nya dengan memukul atau menamparnya, tapi kali ini berbeda bukan Luciana tapi Felicity yang tentu saja akan membalasnya nanti.

Tawa Feya dan teman temannya seketika terhenti saat seseorang datang dan mengulurkan tangannya hendak membantu Licy.

Brayn, ya Brayan yang mengulurkan tangannya untuk menolong Licy.

Plak..

Licy menepis tangan itu dan berdiri sendiri.

"Gua bales nanti" ucap Licy lalu pergi begitu saja.

"Lo apa apaan si" kesal Brayn menatap tajam Feya.

"Bukannya itu pantes ya buat hama pengganggu, perusak suasana, pembunuh"

Someone only we know (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang