15

182 18 0
                                    


  Ujian hari ketiga sesi pertama baru saja berakhir, itu berarti masih ada sesi kedua atau tinggal tersisa satu mata pelajaran lagi.

"Udah deh gua duluan ke kelas" Licy berdiri dan pamit sementara team alpha dan Felix mengangguk tanpa menghalangi.

Tak lama dari itu Bobby dan Hector ikut menyusul hingga tersisa Jordy dan Felix berdua.

"Apa?" Tanya Jordy.

Jordy tidak ikut kedua temannya karena Felix ingin berbicara berdua saja dengannya.

"Jangan sampe informasi licy masih hidup bocor, apa lagi kalo perempuan murahan itu tau" Felix mengubah nada bicaranya, ya inilah Felix ia hanya akan manja, sok polos jika di hadapan Lucy dan Hector saja.

"Perempuan murahan eh? Bukannya itu kakak Lo" Jordy.

"Tiri, cih mana mau gua ngakuin dia sebagai kakak, gua peringati lo supaya Lo jaga rahasia, karena Lo cukup Deket sama perempuan murahan itu"

Yap orang yang di maksud Felix adalah kakak tirinya yang selalu membujuk mereka untuk tinggal bersama.

"Gak cape Lo?"

Felix mengangkat alisnya.

"Stop Lix, gua tau Lo cape ngumpetin ini semua dari licy, stop drama nya Lix"

"Kalo cuma ini yang bikin licy bahagia kenapa gua gak sanggup buat lakuin? Jangankan ini gua bahkan bisa berbuat apapun kalo licy minta, dan asal Lo tau yang bikin licy amnesia itu gua, nyatanya sampe sekarang dia gak inget sama kejadian itu, padahal dia ngalamin astral projection"

"Dan perlu Lo inget, gua yang bikin kembaran Licy mati"

Felix bangun dari duduknya dan meninggalkan jordy begitu saja tanpa pamit.

"Astral projection?" Gumam seseorang yang tanpa sengaja mendengar percakapan Felix dan Jordy.

.

.

.

"Okey pak, terimakasih banyak ya, Feya suka banget sama kue nya" Feya tersenyum cerah.

Guru muda itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan Feya di koridor.

"Woy" salah satu teman Feya menepak punggung Feya.

"Sialan, jadi jatoh kan" kesal Feya.

"Jatoh gak jatoh juga tetep Lo buang" sindir teman Feya yang mari kita panggil Anne.

"CK" kesal Feya dengan memungut satu persatu keping kue yang berjatuhan.

"Denger denger dari gosip Lo beneran makan kue kue itu?" Tanya Anne dengan menunjuk ke arah kue yang sedang Feya pungut.

"Ya nggak lah, yakali gua makan makanan gini, gak steril" bisiknya agar tidak ada orang yang mendengar.

Ya Feya berbohong soal kue, ia memang membeli semua kue nya namun nyatanya sampai sekarang ia belum pernah memakan kue itu, karena ia tidak mau memakan kue kue seperti itu, yang menurutnya tidak higienis.

Ia selalu mengatakan jika ia memakan sendiri, dan rasanya sangat enak padahal ia sama sekali belum mencobanya.

"Lo mau nyoba?" Feya memberikan satu kuenya.

Anne menatap jijik dan menggelengkan kepalanya dengan tersenyum tak enak.

Ia tidak ada bedanya dengan Feya.

"Lo mau ngasih gua kue murahan gitu, mau bunuh gua Lo" Anne pergi begitu saja.

"Di kasih gratis juga hahah" kekeh Feya.

.......

"Meskipun gratis gua ogah buat makannya, Lo ngomong gitu Lo sendiri mau gak makannya" kesal Licy dengan menatap tajam Hector.

"Sejak kapan gua jualan" kesal Bobby.

Bobby kembali memasukkan kotak bekalnya, seluruh team alpha tau jika masakan Bobby terkenal dengan rasanya yang buruk, bahkan terkadang makanan yang Bobby buat seringkali tidak layak untuk di makan.

Namun Bobby tidak pernah menyerah karena diam diam hobinya memasak meski sejauh ini tidak ada perkembangan.

"Noh kan pundung" Hector mengusap pucuk kepala Bobby.

"Sini gua abisin" pinta Hector.

Bobby tersenyum cerah, ia memberikan kotak bekalnya kepada Hector.

"Gua makannya di rumah ya"

Bobby mengangguk.

"Oh ya ngomong ngomong mana Felix" tanya licy yang baru menyadari jika Felix tidak ada.

"Haii kangen ya" Felix menaik turunkan kedua alisnya.

Licy menatap jijik.

"Udah udah tu gurunya udah masuk" Jordy datang dan langsung duduk di bangkunya.

.

.

.

"Astral projection? Kaya pernah denger" gumam Brayn.

Saat ini Bryan sedang berkumpul dengan teman temannya di rumah Sam, meski sedang berkumpul namun otak Brayn sedang di penuhi dengan sesuatu yang ia dengar saat di sekolah tadi.

"Itu loh, yang Ruh, atau jiwa kita keluar dari raga, oh kalo anak anak jaman sekarang nyebutnya transmigrasi jiwa, kenapa Lo nanya gitu, lagi suka novel genre itu?" Tanya Feya.

Ya Feya ikut berkumpul, Feya sebenarnya baik, ia hanya tidak suka dengan sosok Luciana yang menurutnya lebih cantik dari dirinya, itu saja.

"Maksudnya?" Brayn masih tidak mengerti.

"Gini nih, kalo teori transmigrasi jiwa itu kaya misal ya dua orang nih sebut aja si A sama si B, nah si A meninggal sedangkan si B kecelakaan, terus Roh nya atau jiwa nya si A narik jiwanya si B buat ngisi raga dia atau tubuh dia"

"Beda lagi sama Astral projection kalo itu cuma orang nih meninggal atau kecelakaan abis itu jiwanya masuk ke raga seseorang yang udah meninggal buat gantiin orang itu, tapi gak gitu sih konsepnya, intinya Astral projection itu roh kita keluar dari badan kita tapi bisa masuk lagi, gitu lah pokoknya"

"Oh jadi sama aja dong, bedanya kalo transmigrasi jiwa itu gak masuk akal, tapi astral projection agak masuk akal soalnya sains kan?" Tanya Vincent.

"Kurang lebih gitu" Feya mengangguk.

Brayn menatap meja dengan tatapan kosong, otaknya seakan bekerja terlalu berat membuatnya pusing.

"Apa Lusi udah meninggal ya" ucapnya dalam hati.
















Hay Hay Hay....

Someone only we know (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang