"Jadi?" Tanyanya dengan wajah menyebalkan bagi licy.
"Cuma ada satu loh, gada copy-annya"
"Ckkk fine"
Licy mengambil flashdisk tersebut dengan paksa.
Rival tersenyum puas sementara Licy menatapnya dengan jijik.
"Oke langkah awal Licy harus panggil om papi, Daddy, ayah, papa, papa sugar Daddy banyak uang, terserah, jangan panggil om"
Licy mengangguk.
"Dan mulai sekarang, kamu tinggal sama papa sugar Daddy banyak uang"
Licy memijit keningnya, sepertinya ia tau kenapa mommy kandung Luciana tidak menyukai sosok di hadapannya ini, ia terlalu narsis bahkan melebihi narcissus / narkissos pada cerita mitologi Yunani.
.
.
.
"Kamu beneran kan udah putus sama si hama sialan itu?" Feya memeluk dengan erat lengan kekasihnya yang tak lain Gevano.
Diam diam jauh dari posisi mereka ada Rafa yang sedang mengepalkan tangannya erat, ia tidak suka melihat adiknya di permainkan seperti itu, apalagi tidak ada satupun yang membantunya.
Termasuk dirinya, ia kesal pada dirinya sendiri. Karena tidak bisa apa apa.
"Kenapa bang?" Tanya Brayn.
Rafa tidak menjawab, justru ia malah menatap dengan tajam dan pergi begitu saja.
"Kenapa tu anak?" Asher menggunakan bahasa isyarat.
Tidak tidak Asher bisa bicara, namun saat kecil ia mengalami kelambatan dalam berbicara (speech delay), ia baru bisa berbicara dengan lancar saat umurnya menginjak usia 5 tahun, namun saat ia menginjak masa kanak kanak ia selalu di bully karena kekurangannya itu, maka dari itu sejak saat itu hingga sekarang Asher lebih nyaman dengan bahasa isyarat.
Karena rasa traumanya itu juga Asher menjadi orang kedua yang menyayangi Licy secara diam diam, setalah Rafa tentu saja.
"Kita izin pamit ya om, Tan" pamit Gevano mewakili teman temannya.
"Hati hati nak" ucap mami Samuel.
Satu persatu teman teman mereka pergi, hingga menyisakan satu keluarga besar itu.
"Udah mau sore, kemana tu anak sialan" gumam Feya.
"Paling juga lagi jual diri" ucap Brayn.
"CK" decak Rafa.
"Kenapa bang?" Tanya Samuel.
"Bisa gak sih, kalian kalo ngomong di jaga gitu?"
Orang orang yang berada disana menatap dengan bingung, tak biasanya Rafa terlihat emosi seperti ini.
"Tumben? Biasanya Lo diem aja, mau si Lusi di siksa, di tendang, di pukul, bahkan sampe di kurung di luar juga, Lo gak komentar apa apa" ucap Feya.
"Gua muak sama kalian semua" kesalnya.
Rafa berdiri dari duduknya, membuat keluarga tambah bingung, apalagi Daddy-nya.
"Mau kemana fa?" Tanya mami Samuel.
"Stop" wajah Rafa terlihat kesal, bercampur sedih dan kecewa.
"Stop berbuat buruk ke Lusi, stop" kedua mata Rafa berkaca kaca.
"Dia pembunuh bang" kesal brayn yang di anggukki semua orang.
"Dia udah buat mommy kalian meninggal, dia udah rebut istri Daddy" ucap Daddy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone only we know (END)
Short StoryKalian percaya Astral projection? gak percaya? Sama, awalnya Licy juga gak percaya, sampe Licy kecelakaan dan ngalamin kejadian yang Licy sendiri gak percaya itu.