Deg..Kenan membulatkan matanya, jantungnya berdebar dengan tidak karuan, sementara Licy berjalan ke arah keluarga Lusiana dengan tatapan datar dan sorot mata yang tajam terlebih lagi kepada feya.
Satu persatu Licy melepas ikatan mereka.
"Licy?" Ucap Rika yang baru saja tiba.
Rika terkejut dengan keadaan rumah ini yang benar benar berantakan, seperti habis di terpa badai, banyak orang pingsan dan satu mayat tanpa kepala, orang orang yang tidak terluka hanya diam saja seperti patung, mereka juga sama seperti Rika shock bukan main, apa lagi mereka benar benar melihat aksi brutal Licy.
Rika berlari menghampiri Licy, ia tidak datang sendiri dua bodyguard nya ikut.
"Astaga Felix?"
"Kalian bawa Felix"
Panik Rika.
"Udah mati" ucap Licy yang baru saja selesai membuka ikatan keluarga Lusiana kecuali feya.
Mendengar ucapan santai Licy membuat Rika lagi lagi terkejut.
Dengan segera Rika meminta dua bodyguard nya untuk membawa Felix karena sedari tadi tidak ada siapapun yang di perbolehkan Licy untuk menyentuh Felix, jangankan menyentuh mendekati saja sudah Licy lempar dengan pisau lipat.
Licy berjalan memutari feya, tangannya yang berlumuran darah dengan lembut menyapu wajah feya.
Akkkkk..
Dengan tanpa perasaan Licy mencekik feya dengan satu tangan.
"Lo pikir Lo bakal gua lepasin gitu aja?" Wajah feya memerah tentu saja karena pasokan udaranya berkurang.
Lagi lagi tidak ada yang menghentikan aksi licy, itu semua karena mereka takut, ya mereka takut menjadi sasaran selanjutnya Licy.
"Singkirkan tangan kamu" mami menarik rambut Licy dengan kuat hingga rontok beberapa helai.
Licy menatap mami dengan tajam, ia tidak merasa kesakitan karena hatinya jauh lebih sakit.
Bugh..
Rika memukul tengkuk Licy menggunakan gucci dengan cukup keras hingga membuat Licy pingsan ditempat.
"LICY" ucap semua orang panik.
"Bawa Licy" perintah Rika kepada bodyguard nya, dengan cepat sebelum orang orang mengerubungi Licy.
Dengan cepat Licy di bawa oleh kedua bodyguard Rika keluar kediaman.
"Maaf, gua gak tau apa hubungan kalian sama Licy, tapi kalo kalian mau tau dimana makam Felix nanti gua kasih tau lewat om rival, dan untuk beberapa hari ke depan jangan tunjukkin wajah kalian di depan Licy bisa bisa Licy gak terkendali kaya tadi" jelas Rika.
.
.
.4 hari setelah kejadian itu, Licy baru sadar, namun tatapan matanya masih kosong seperti tidak ada kehidupan disana.
Licy berada di kediaman Rika saat ini, selama 4 hari Rika menemani Licy, merawat dan mengajaknya berbicara, Rika selalu mengatakan hal hal positif agar Licy dapat sadar.
Di kediaman Rika juga ada keluarga Lusiana, Jordy dan Rival mereka berada di lantai 2 sementara Licy berada di lantai 3, lantai 3 khusu untuk perawatan Licy, tidak ada orang lain yang boleh memasuki lantai itu selain, dokter dan Rika.
Dan lantai 3 ini benar benar di penuhi dengan peralatan medis yang lengkap.
"Felix?"
"Cy, Felix udah gak ada" Rika berbicara dengan lembut.
"FELIX.....!" Jerit Licy.
Licy berdiri ia melepas paksa infusan di tangannya hingga membuat tangannya berdarah, Licy hendak berlari keluar ruangan.
Namun sayang Rika lebih dulu menahannya, hingga badan Licy terhempas, dan jatuh tersungkur.
Bruk..
Prang...
Bruk ...
Brak....
Brak....
Brak...
Licy membenturkan kepalanya ke lantai, tidak hanya itu Licy juga memukul lantai berkali kali, Licy menangis sejadi jadinya, bahkan jeritan tangisan dan suara suara lain yang Licy keluarkan terdengar hingga lantai 2.
Orang orang yang ada disana tentu saja di buat khawatir bukan main, namun sayang mereka tidak bisa melakukan apa apa.
"Licy" panggil Rika dengan nada yang sedikit tinggi.
Keadaan Licy begitu buruk sekarang, jika Licy berdarah atau mengalami pendarahan lagi bisa bisa Licy ikut menyusul Felix.
Tidak memperdulikan panggilan rika, Licy masih terus menangis.
"Liat" Rika menunjukkan kalung milik Felix membuat Licy langsung diam.
"Dia bakal kecewa kalo Lo gini terus, Lo harus kuat cy, ada gua, Lo masih punya gua yang harus Lo jaga" ucap Rika, Rika mengucapkan itu tentu saja agar semangat hidup Licy kembali hadir.
"Felix Rik" lirih Licy dengan air mata yang tidak berhenti.
"Gua tau" Rika memeluk Licy dengan erat, Rika juga ikut menangis.
Lama lama tangisan Licy berhenti namun tubuhnya semakin berat dan Licy pingsan kembali di pelukan Rika.
Dengan segera Rika membawa Licy kembali ke tempat tidur, ia akan memanggil dokter kembali, dokter yang selalu stand by di lantai 2.
Rika berlari menuju lantai dua dengan tergesa gesa, ia takut terjadi sesuatu yang lebih buruk menimpa Licy.
"Dokter" panggil Rika dengan wajah khawatir.
Dokter langsung berdiri dan mantap Rika dengan khawatir.
"Licy, dia sadar tadi, tapi dia membentur kan kepalanya ke lantai berkali kali, dia juga memukul lantai hingga tangannya kembali berdarah" jelas Rika.
"Bukannya saya udah bilang, jangan sampe Licy luka lagi, dia bisa meninggal karena kekurangan banyak darah"
Setelah mendengar penjelasan Rika dengan segera dokter tersebut menuju lantai 3, sementara orang orang yang berada di sana benar benar di buat shock lagi lagi dan lagi oleh Licy.
"Terus Licy gimana?" Tanya Rival.
"Pingsan" jawab Rika.
"Boleh kita liat?" Tanya daddy.
"Licy pingsan, boleh" jawab Rika.
Mereka semua pergi menuju lantai 3, dimana Licy sedang di periksa oleh dokter dan tubuh Licy kembali di lilit oleh perban.
"Gimana?" Tanya Jordy kali ini.
"Pasien koma" jawab dokter.
Hay Hay Hay....
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone only we know (END)
Short StoryKalian percaya Astral projection? gak percaya? Sama, awalnya Licy juga gak percaya, sampe Licy kecelakaan dan ngalamin kejadian yang Licy sendiri gak percaya itu.