17

142 17 5
                                    


"Terus gimana alat alat yang udah Lo buat?" Tanya Felix.

Saat ini mereka berdua sedang duduk di taman belakang sekolah yang sangat sepi, dan ini adalah jam istirahat setelah ujian berlangsung, dan ini gua hari akhir ujian.

Memang hanya sedikit, licy juga tidak mengerti.

"Gak bakal berfungsi karena itu gua yang buat, dan pusatnya di alat alat gua, jadi kalo yang gua rusak otomatis mereka gak bisa pake" Licy tersenyum bangga.

"Itu egois Lily" Felix mencubit hidung licy.

"Ya tapi kan gua gak mau rugi, itu di buatnya pake duit gua, masa gua di hempas dari team tapi alat alat gua masih mereka pake, gak bisa, dan bukan cuma itu, semua teknologi yang team alpha pake itu punya gua pake uang gua, tanpa gua mereka cuma sekelompok team yang buta teknologi" sarkas Licy.

Ia masih tidak bisa menerima jika dirinya di fitnah dan di hempas begitu saja bagaikan sampah, ia tidak terima karena selama ini semua kesuksesan team bergantung pada teknologi canggih yang ia buat.

Jika pusat teknologi itu rusak, otomatis alat alat yang team alpha pakai juga tidak akan berguna lagi, karena pusatnya sudah Licy lempar tadi saat di parkiran.

Felix mengusap pucuk kepala Licy dengan lembut.

"Jadi?"

"Gua gak mau lagi berurusan sama mereka, hari ini ujian terakhir besok kalo kata ayah besok itu kaya pesta sekolah, atau pekan pekan kreatif gitu, abis itu baru deh kita pindah"

"Pindah ya?" Felix menatap awan.

"Emm kita ke Rome" jawab Licy.

"Cafe yang di Rio?"

"Itu gampang, biar ayah yang urus"

"Kita cariin disini rupanya" Rafa mengalihkan percakapan mereka.

"Kak Licy" Brayn berlari kecil menghampiri licy.

Tentu saja Licy menjauh, karena ia tidak terlalu dekat dengan orang ini.

"Udah tau ly" ucap Felix.

Licy menatap Felix dengan tajam.

"Boleh kan?" Cicit Sam yang di anggukki oleh Brayn.

"Kalian semua?"

Dengan kompak mereka semua mengangguk.

"Gua gak mau di sama samain sama mendiang adik kalian, dan ya adik kalian Luciana udah tenang sama mommynya" jelas Licy dengan tersenyum lembut.

Grep..

Mereka semua langsung memeluk licy dengan erat mata mereka berkaca kaca, mereka masih tidak percaya dan tidak mau percaya namun kenyataan berkata lain, nyatanya orang yang ada di hadapan mereka bukan lagi orang yang mereka harapkan.

Meski begitu, bukankan seharusnya mereka tidak menyia nyiakan kebaikan Tuhan?.

"Dia punya gua" Felix langsung merebut Licy dari mereka berempat.

Mereka mengeluarkan aura permusuhan yang kuat.

Hahaha

Licy tertawa.

"Kalian jaga rahasia ini ya, ada saatnya kalian kasih tau ke orang tua kalian tapi gak sekarang, mungkin nunggu gua siap" pinta Licy dengan wajah dan nada yang lembut.

Dengan patuh mereka mengangguk.

"Tapi kak, boleh gak sekarang kakak main ke rumah kita" ajak Brayn.

"Boleh" licy mengangguk.

Ia pikir tidak buruk untuk menerima ajakan mereka, toh sekarang ia tidak punya kesibukan.

.

.

.

"Sialan alatnya gak berfungsi" kesal Hector saat baru saja mengeluarkan kamera seukuran lalat untuk mengikuti target, orang Yang sedang mereka mata matai.

Meski ada laporan jika buronan sudah tertangkap, namun mereka masih menyelidiki tersangka yang sudah di arahkan, hingga laporan jika buronan tersebut benar benar buronan yang yang kabur.

"Kalo rusak semua, mau gak mau, kita harus pake yang dari kantor" Jordy menatap nanar ke arah kamera.

"Lo tau sendiri yang dari kantor grafiknya jelek gak jernih, dan kalo kita pake yang itu, otomatis prestasi kita bakal turun dan pangkat kita juga kena imbasnya"

"Daripada pangkat bukannya tangkep pelaku lebih bermanfaat?" Sela Bobby.

Hector menatap kesal kearah Bobby, ucapan Bobby menang benar sangat benar namun ia tidak rela pangkatnya turun begitu saja.

"Panggil licy, kita suruh dia buat alat serupa" perintah Hector.

"Wah wah ini ya ketua alpha, gak punya harga diri, gak punya malu, tebal juga mukanya"

Setelah mengatakan itu Jordy pergi begitu saja, ia mengambil beberapa kamera yang di berikan oleh perusahaan, mau tak mau mereka harus menggunakan apa yang ada bukan.

.....

"Rencana kita berhasil"

"Ternyata mudah membuat team itu hancur dalam sekejap, meski sempat gagal untuk membunuh salah satu dari mereka"

"Ya siapa sangka jiwanya tersesat di raga seseorang"

"Sekarang saya harus apa lagi bos?"

"Cukup pastikan keluarga ku aman dari ancaman ancaman seperti ini, singkirkan mereka semua yang menghalangi jalanku"

"Dan jangan sampai anggota keluarga ku lecet"

Pria itu mengangguk menuruti perintah bosnya, ia tau sangat tau jika bosnya ini benar benar menyayangi keluarganya.

Meski ia sadis dan kejam siapa sangka ia begitu menyayangi semua anggota keluarganya.















Hay Hay Hay....

Someone only we know (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang