22

90 12 0
                                    


"LICYY...!" teriak seorang perempuan dari banyaknya kerumunan orang yang saat ini sedang berkumpul di taman kota.

Licy yang merasa terpanggil sontak menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok yang memanggilnya.

Ia memang memiliki janji untuk bertemu temannya yang sudah lama ia kenal memalui media sosial, sepulang sekolah tadi, ia meminta Felix untuk pulang lebih dulu.

Mereka saling tidak tau wajah masing masing maka dari itu saat ini mereka sedang kesulitan untuk mencari satu sama lain, karena mereka hanya memberi taukan warna baju yang mereka pakai.

Bug..

Bahu licy di tepuk oleh seseorang dari arah belakang.

"Rika?" Tanya licy dengan raut wajah bingung.

"Iya ini gua, akhirnya setelah bertaun taun kita ketemu juga"

Rika memeluk licy dengan erat.

"Mana pesenan gua" tagih licy.

Ya memang pertemuan mereka bukan tanpa alasan, pertemuan mereka karena Licy memesan pedang Kepada Rika.

Tentu saja karena Rika berasal dari negara yang dulunya memiliki pasukan samurai terhebat bahkan sangat sangat hebat di seluruh dunia.

"CK bukannya tanyain kabar atau apa gitu" kesalnya.

Licy tersenyum canggung.

"Ayo di mobil gua" seret Rika.

.

.

.

Ting..!

Ting...!

Ponsel Felix terus berbunyi karena mendapat pesan dari Rival.

Brak..

"Bener david cuma orang suruhan, jadi orang yang suruh David itu-"

Ceklek..

Pintu kamar Felix di buka oleh Rival.

"Gimana?" Tanya Rival.

Felix mengangguk dengan wajah yang terlihat pucat, bagaimana tidak ia baru menyadari jika seseorang yang menyuruh David adalah orang yang selama ini berada di lingkungan mereka.

"Panggil licy pulang sekarang, kita harus lebih hati hati seenggaknya untuk dua hari kedepannya, karena setelah kalian pergi dari negara ini semoga aja kalian gak akan terlibat masalah besar ini, ah nggak nggak sekarang cari, cari licy, kalian ke Rome hari ini" perintah Rival.

Rival akan melakukan apa saja untuk kedua anaknya itu, mendengar cerita dari Felix jika Feya pernah memfitnah Licy dan orang yang menyuruh David ternyata orang terdekat licy, tentu saja membuat Rival takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa kedua anaknya dan ia tidak ingin itu terjadi.

Maka dari itu ia berencana untuk mengirim licy dan Felix lebih cepat dari jadwal yang sudah mereka rencanakan.

......

Ceklek..

Pintu kamar di buka tampak seorang pria yang sedang duduk di sebuah kursi roda, pria itu sedang memperhatikan ponselnya dengan serius.

"Lagi apa?" Tanya seorang pria yang tadi membuka pintu kamarnya.

"Nunggu chatt dari lily, tadi katanya Lily lagi ketemu temennya dulu jadi belum di balas" jawabnya.

Sang kakak mengangguk dan mengusap rambut adiknya.

"Lily tau keadaan kamu gini? Lily terima?"

"Heumm Lily tau, Lily juga gak mempermasalahkan itu" jawabnya dengan penuh semangat.

"Boleh kakak liat muka Lily itu?" Tanya sang kakak.

"Nggak, Lily punya Kenan, Abang gak boleh liat, nanti Abang suka sama Lily" tolaknya dengan tegas.

Kenan sang adik langsung memasukkan ponselnya kedalam saku karena wallpapers ponselnya menggunakan foto Lily kekasihnya.

Mendengar larangan adiknya ia hanya mengangguk, ia tau apa yang sudah menjadi milik adiknya tidak mungkin mau di baginya, namun itu semua tidak apa apa selagi adiknya tidak seperti dulu.

Ya dulu Kenan pernah ada di posisi yang membuatnya tidak percaya diri, ia terus mengurung dirinya di kamar belum lagi ia selalu melukai dirinya sendiri bahkan hingga hampir mengakhiri hidupnya, namun semua itu berakhir setelah Kenan mengenal Lily melalui sosial media, dan itu membuat Kenan sedikit demi sedikit menghentikan kebiasaannya.

Tentu saja dengan mengenal Lily sang kakak jadi benar benar berterimakasih, ia ingin bertemu dengan sosok lily namun ia tidak tau seperti apa wajahnya, jika ia tau nanti ia akan segera menemui Lily dan ingin mengucapkan banyak terimakasih kepadanya.

Kring....!

Ponselnya berdering menandakan ada yang menghubunginya.

"Bentar ya" ucapnya.

Sang kakak pergi meninggalkan kamar adiknya, ia bergegas memasuki ruang kerjanya untuk menjawab panggilan tadi.

"Ya?" Jawabnya.

"......."

"Bagaimana bisa data diriku di retas begitu saja?" Tanyanya dengan kesal namun ia sedikit mengecilkan suaranya agar sang adik tidak mendengar.

"......."

"Habisi dia, jangan ada siapapun yang mengetahui identitas ku, habisi dia sebelum infomasi menyebar" ketusnya.

.

.

.

"Benar kata siswa itu, besok adakan test urine, jangan sampai para siswa siswi tau" ucap kepala sekolah yang kini sedang berdiskusi berdua dengan guru bimbingan konseling.

"Ya pak ide bagus, dengan begitu kita bisa menangkap David"

"Ternyata selama ini ia" ucap kepala sekolah menggantung, ia meremas data diri david, saat Davin melamar menjadi guru di sekolah ini.

......

Dugh..

Felix tersungkur di tanah dengan keadaan yang lumayan parah.

Tubuhnya di penuhi lebam, dan sudut bibirnya yang berdarah, saat hendak mencari licy tadi ia di kepung oleh beberapa pria berpakaian hitam, tanpa basa basi mereka mengeroyok Felix, tentu saja Felix kalah karena berbeda jumlah, belum lagi Felix memang tidak terlalu mahir dalam bela diri.

Felix dibawa oleh mereka entah kemana, karena saat ini felix sudah kehilangan kesadaran.

"Bawa dia" perintah salah satunya.














Hay Hay Hay....

Someone only we know (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang