12

239 20 4
                                    

"Maafin Daddy sayang" gumam Daddy sudah dua hari kepergian Licy membuatnya sangat frustasi.

"Daddy bener bener nyesel" lirihnya yang tak lama kemudian tubuhnya jatuh.

Daddy pingsan.

.

.

.

Suasana parkiran sekolah tampak sepi, karena sebagian dari murid murid lain sudah pulang.

"Sorry guys acaranya batal" Licy menatap tema teman satu teamnya tak enak.

"It's okey darling" Hector merapihkan rambut licy.

Jordy dan Bobby mengangguk bersamaan.

"Nanti malem kan bisa" seru Bobby dengan penuh energi.

"Guys" cicit Licy.

Mereka bertiga langsung menatap Licy dengan tatapan penuh tanya dan serius, sementara Felix tidak ia masih sibuk menatap sekelilingnya.

"Target arah jam 2, kayanya dia mau ke gedung belakang sekolah deh" bisik Licy.

Mereka bertiga mengangguk paham.

Jordy langsung mengeluarkan korek yang ada di dalam saku celana.

"Okey seperti biasa, Rody (Jordy), pantau mereka, bob (Bobby) temani Rody dan catat semua yang mereka lakukan, saya akan mengecek tempat duduknya, dan Oxa (Licy) kita berkumpul nanti malam untuk laporan"

Mereka semua mengangguk, lalu bubar seperti biasa, seolah tidak ada apa apa, agar tidak menimbulkan kecurigaan tentu saja.

"Lusi" panggil Asher.

Licy menghampiri mereka dengan langkah malas, tak lupa ia juga mengkode Felix agar tetap di belakangnya.

"Dia ikut?" Tanya Brayn dengan nada sinis.

Licy tidak menjawab ia malah menatap Asher.

"Kapan?" Tanya Licy.

"Sekarang" balas Asher yang kini menggunakan bahasa isyarat.

Ingatkan jika Asher pernah mengalami keterlambatan dalam berbicara, yang kadang hingga saat ini masih membuat Asher kesulitan.

Licy mengangguk segera menaiki motor hector, ya motor Hector karena tadi pagi ia di antar oleh supir sementara Hector ia membawa motor yang entah milik siapa, licy tidak tau.

Diam diam teman teman Sam menatap bingung karena seingat mereka Lusi tidak bisa naik motor, jangankan motor besar motor kecil saja Lusi tidak bisa.

"Cy gua gak ikut deh" bisik Felix.

"Kenapa?" Heran Licy.

"Itu keluarga pemilik tubuh Lo, udah Lo turunin gua di halte depan"

"Ikut aja Lix" bujuk Licy.

"Nggak, udah turunin gua"

Licy melihat wajah ngotot Felix dari kaca spion, mau tak mau ia menuruti keinginan adik kembarnya itu.

Licy berhenti di salah satu halte, di ikuti motor yang lainnya.

"Bener?" Tanya Licy lagi.

"It's okey" Felix meyakinkan.

"Kenapa si?" Tanya Vincent.

Oh ya teman teman Sam juga ikut.

Tak lama dari itu bus lewat dan berhenti tepat di halte, Felix langsung naik.

Bus pergi begitu memastikan tidak ada lagi yang naik, diam diam Licy mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Biasa" perintahnya.

Setelah memberikan perintah, Licy kembali menjalankan motornya, dari arah samping ada beberapa motor yang mendahului mereka, dan menyalakan klakson ketika berdekatan dengan licy.

.

.

.

"Mau pak, mereka mau beli kue buatan adik bapak" Feya tersenyum cerah dan memberikan hasil jualannya kepada David, guru sejarah di sekolahnya.

"Bagus, besok siapa aja yang mau ikut PO, kalo ada Feya hubungi bapak aja, oh ya ini komisi Feya, sekali lagi makasih banyak ya udah mau bantuin usaha kecil kecilan bapak" ucapnya dengan mengusap pucuk kepala Feya.

Feya tersenyum malu malu, sebenarnya pak David ini salah satu guru muda yang begitu di gemari oleh siswi siswi, bahkan tak jarang ada beberapa guru muda dan siswi yang terang terangan memintanya udah menjadi kekasih.

Ya pak David sepopuler itu.

Termasuk Feya, jika kalian berfikir Feya benar benar membantu pak David berjualan maka jawabannya tidak salah dan tidak benar juga, Feya membantunya tapi tidak menjualnya kepada teman temannya, sebaliknya Feya justru membeli banyak dagangan pak David untuk dirinya sendiri.

Pak David memang diam diam menjual kue kue basah karena faktor ekonominya, dia diam diam karena sekolah melarang keras kegiatan berjualan baik murid maupun guru, karena bisa mengganggu kegiatan belajar.

Dan Feya lah satu satunya orang yang tau, kadang jika tidak bisa menghabiskannya Feya akan membagi kue itu dengan teman temannya namun ia sama sekali tidak pernah memberi tau dimana ia membeli kue tersebut.

"Okey kalo gitu besok bapak bawa 15 bungkus ya"

Feya mengangguk.

"Iya pak, nanti Feya jual"

"Kalo gitu saya permisi" pamitnya.

......

"Gak ada yang aneh" gumam Hector.

Tit..tit..tit...

Ponselnya berbunyi, bukan bukan ponsel yang biasa Hector pakai, melainkan ponsel saat ia melaksanakan misi.

"Target sudah kami https" ucap team lain yang tentu saja membuat Hector bingung.

Bagaimana tidak target begitu mudah di dapatkan, tidak seperti misi misi biasanya.

"Sedang apa nak?" Tanya pak David saat melihat Hector berdiri di depan meja Bu viola.

"Ini pak, saya ada perlu sama buk viola"

"Telat kamu, buk viola sudah pulang dari tadi" ucap pak David.

Hector memberikan wajah murung.

"Ya sudah deh pak, besok lagi" pamit Hector.

"Tunggu, ini buat kamu makan siang" pak David memberikan kue buatan adiknya kepada Hector.

Dengan senang hati Hector menerimanya.

"Makasih pak, saya pamit dulu" Hector pergi meninggalkan ruang guru.

Hector sampai di perkiraan lebih dulu, ia memasukkan kue tersebut kedalam tasnya, niatnya akan ia berikan kepada Licy nanti, apa lagi kue ini berbentuk bunga yang bentuknya sangat lucu dan indah bersamaan.

"Laporan, target sudah di tangkap apa benar?" Tanya Rody.

Hector mengangguk dengan ragu.

"Tunggu nanti malam, bila ingin tau lebih jelas" gumam bob.


















Hay Hay Hay......




Someone only we know (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang