23

101 13 0
                                    


"Kok cuma segini?" Kesal feya saat melihat jumlah uang yang ia dapat.

"1000 G udah termasuk tinggi loh, cuma buat informasi gitu" David mengusap rambut Feya.

"Oke deh, apa sih yang nggak buat bapak, ngomong ngomong buat apa bapak nyari Felix? Bukannya bapak udah keluar ya?" Tanya Feya.

"Kamu gak perlu tau, ini buat kamu" seperti biasa pak David memberikan Feya kue buatan adiknya yang semua orang ketahui jika sang adik baru saja meninggal hari ini.

"Buat aku, makasih ya pak" Feya tersenyum lebar ia sangat bahagia mendapat kue tersebut tentu saja ia kan makan nanti karena kue tersebut baginya begitu enak dan membuatnya ketagihan.

"Yasudah kalau begitu bapak pamit dulu ya, ini hari terakhir kita ketemu" pamitnya.

"Oke deh pak, sampai jumpa"

David pergi menjauh diam diam ia tersenyum puas.

"1000 G buat apa coba, untung aja muka tu orang ganteng"

..........

"Eyyy dua katana cukup tau" Rika mengetuk kepala licy menggunakan ujung katana.

"Cukup cukup, sisanya gua cicil, maklum anak sekolahan gak punya duit" Licy menatap Rika dengan wajah genitnya yang tentu saja membuat Rika jijik.

Saat ini mereka sedang berada di mobil Rika, niatnya selama beberapa hari ke depan Rika akan tinggal di negara ini karena pekerjaan yang ia miliki, jadi ia sekalian mampir ke rumah licy.

"Btw gua gak paham sama apa yang Lo bilang tadi, maksudnya Lo pindah tubuh gitu?" Tanya Rika dengan wajah bingung.

Licy menatap Rika dengan tajam, ia sungguh malas untuk menceritakan ulang.

"Intinya Astral projection" ketusnya.

"Sabar rik sabar" Rika menguatkan dirinya sendir.

Sementara licy sibuk mengusap katana yang baru ia pesan, katana atau pedang lamanya sudah tidak bisa di gunakan karena sudah tumpul dan berkarat.

"Lo pake dua katana gitu, emang bisa? Gimana caranya, bukannya Lo gak ada keturunan negara gua?" Tanya Rika.

"Banyak tanya Lo Rik, gua belajar katana tuh dari pengasuh gua waktu kecil, dah itu aja stop tanya tanya sebelum Lo gua tebas"

"Normalnya orang pake satu katana" gumam Rika.

Cling....

Sebuah katana menempel di leher Rika, untung saja itu tidak melukainya, hal tersebut tentu saja membuat Rika langsung menutup mulutnya.

"Diem okey? Gak tau kenapa tiba tiba gua emosian soalnya" jelas licy.

"Oke" lirih Rika.

Licy mengembalikan katananya dan memasukkan katana tersebut kedalam sarungnya.

"Oh god thanks, hampir gua mati di tangan orang yang tidak tepat"

"Good" licy tidak berbohong dengan mood nya yang tiba tiba turun, entah mengapa saat ini Licy memang senang tidak mau di tanya.

Begitu licy selesai berbicara, bertepatan dengan mereka yang tiba di rumah Licy, tanpa basa basi licy turun dari mobil sementara Rika mengukuti dari belakang.

"Licy?" Tanya rival yang baru saja hendak pergi ke kantor.

"Mana Felix?" Tanyanya lagi.

Licy mengerutkan keningnya bingung, bukankah Felix sudah pulang terlebih dahulu.

"Loh bukannya Felix udah pulang ya?" Tanya balik licy.

"Tadinya iya, tapi Felix cari kamu" jelas Rival.

"Cari licy?"

"Masuk dulu" ajak Rival.

Mereka bertiga memasuki rumah dan duduk di ruang tamu dengan tatapan bingung.

Tak..

Rival mengeluarkan semua berkas yang ia dan Felix kumpulkan.

"Apa ini yah?" Tanya Licy.

"Mungkin Felix belum kasih tau kamu, tapi yang jelas kamu udah tau kan kalo kue kue yang beredar di sekolah itu mengandung narkoba?"

Licy mengangguk, ia memang sudah curiga dari awal melihat Feya yang ketakutan saat kuenya di ambil.

"Kue itu di jual bebas sama salah satu guru yang saat ini udah keluar dari sekolah, hasil pemantauan anak buah ayah, David guru itu cuma orang suruhan yang di suruh sama seseorang dengan motif yang sampai sekarang ayah ayah baru tau siapa dalangnya, ayah kasih tau ini sama kamu, karena pertama ayah tau kelompok kamu berusaha buat tangkep orang ini, kedua ayah tau Feya pernah fitnah kamu, ayah takut nanti kamu di fitnah lagi sebagai pengedar sama dia, mengingat dia gak suka sama kamu.

Ketiga ini kamu baca sendiri" rival memberikan map terakhir kepada licy, map yang beri isi data diri si dalang alias orang yang menyuruh David untuk berjualan kue haram.

"Satu lagi, menurut pemantauan anak buah ayah, 7/4 warga sekolah kemungkinan besar positif, karena semua orang itu pernah makan kue itu"

Licy menatap rival dengan tatapan tidak percaya, ia benar benar terkejut dengan ini semua, 7/4 yang artinya hampir satu sekolah positif.

"I...ini?" Gugup licy saat melihat foto orang yang menyuruh David.

"Yah? Serius?" Tanyanya tak percaya.

Rival mengangguk.

"Kalo gitu dimana Felix sekarang? Bukannya bahaya ya kalo dia jalan sendirian?" Tanya Rika tiba tiba.

"Itu dia, tadi ayah suruh Felix buat cari licy karena ayah mau kalian berdua ke Rome hari ini"

"Hubungi"

"Kalian semua cari Felix" perintah Rival kepada seluruh anak buahnya yang berada disana.

Termasuk licy yang saat ini sedang sibuk menghubungi Felix sementara Rika ia berusaha melacak Felix melalui nomor ponselnya.

.
.

.

"Gila kasus ini, bikin kepala gua pusing" keluh Hector.

Saat ini team alpha sedang berkumpul di markas sementara, lagi lagi mereka kembali berdiskusi tentang buronan mereka yang kabur.

"Gua yakin 1000% kalo poster buronan itu ya punya si David, menurut hasil dari pemantauan dan jejak jejak digital, semuanya mengarah ke David, seperti yang tadi kita bahas tapi David cuma orang suruhan"

"Itu yang bikin bingung, selama ini yang beluma ada tanda tanda dari David yang mencurigakan, semua kamera pengawas udah di pasang dan gak ada hal hal janggal"

"Apa jangan jangan bukan David?" Gumam Jordy yang kini menjadi ragu.

"Lanjutin tugas kalian masing masing, besok berkumpul lagi buat laporan" ucap Hector.









Hay Hay Hay....

Someone only we know (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang