11

225 23 0
                                    






"Ya aneh aja gak sih, kok bisa ada murid baru pas lagi ujian kenaikan kelas?"

"Bukan cuma itu, Lo tau si cupu? Ternyata dia punya adik laki laki"

"Dia gak cupu njir, cuma di kucilkan aja"

"Yee sama aja kali"

"Tapi kalo di pikir pikir mereka ganteng semua ya"

Bisikan bisikan warga kantin yang terdengar dengan jelas oleh telinga Hector dan yang lain.

Bruk..

Prak...

"Sorry" Felix menundukkan kepalanya, ia baru saja menabrak salah satu siswa populer hingga makanan mereka tumpah.

Seluruh penghuni kantin menatap Felix dengan tatapan kasihan, karena yang Felix tabrak merupakan siswa yang suka membully.

"Sorry?" Angkuhnya.

"Cuma sorry? Harusnya Lo jilat sepatu gua yang kena tumpahan sup Lo"

Felix menatapnya dengan datar.

Ia jijik dengan manusia tipe seperti ini.

"Kalo gua gak mau" tantang Felix.

Siswa itu mengepalkan tangannya hendak menonjok Felix, karena baru kali ini ada murid yang berani menentangnya.

Pak..

Licy menahan tangan siswa itu.

"Lawan gua dulu" Licy dengan menghentikan itu.

Licy menatap datar siswa itu kemudian berjalan mendekatinya dan berbisik di telinganya.

"Lo sentuh adik gua, keluarga Lo gua bantai"

Bisikan Licy sukses membuat siswa itu merinding, dengan aura yang Licy keluarkan, padahal Licy hanya menggeretaknya saja.

"Ngerti?"

Tanpa sadar siswa itu mengangguk.

"Sit down be humble"

"Bi***h sit down be humble, sit down" tekan Licy.

Beberapa siswa lain menghampiri siswa yang sudah di buat diam oleh Licy, mereka tidak terima bos nya di permalukan.

"Hahah kira kira bakal licy apain mereka?" Kekeh Hector.

Seluruh team alpha sudah tau betapa bucinya Licy kepada adik satu satunya itu, Hector saja yang jelas jelas ketua teamnya pernah di buat masuk rumah sakit, apa lagi mereka yang bukan siapa siapa.

Bugh..

Salah satunya menonjok Felix, membuat sudut bibir Felix sobek dan tulang pipinya membiru.

Licy berjalan mendekat kearah siswa yang menonjok adiknya.

"Cy gua bisa selesain masalah gua sendiri" tahan Felix.

"Iya Lix, tapi gak sekarang" licy tersenyum manis.

Bugh..

Bugh..

"Bawa dia" ucap Licy setelah menonjok siswa itu dengan santai, dengan menarik tangan Felix untuk bergabung ke mejanya.

Sementara penghuni kantin menatapnya dengan horor.

"Udah gua duga" gumam Jordy begitu melihat licy duduk.

"Btw cy, Felix kesini pake apa? Rio jauh loh" tanya Bobby.

"Pesawat lah bodoh" ketus Felix.

"Bukannya Lo?" Bobby menggantungkan ucapannya.

Licy mengangguk bangga.

"Habatkan adek gua" bangganya.

"Pulang ini gua traktir" ucap Jordy dengan mengangkat gelas juice.

Tidak tidak mereka tidak lebay, Felix itu takut ketinggian dulu saat pertama kali menaiki pesawat Felix pernah tanpa sengaja melukai tangan Licy saking takutnya.

Ia benar benar mengeratkan pegangannya pada tangan Licy hingga tanpa sadar melukainya, belum lagi sekujur tubuhnya basah karena keringat, dan bergetar karena takut.

Licy berjanji pada Felix jika itu pertama dan terakhirnya Felix menaiki pesawat, namun sayang ternyata Felix harus menaiki pesawat lagi kemarin.

"Oh iya, pantesan gua lupa" Hector baru ingat saat di dalam pesawat Felix memegang tangannya dengan kuat.

"Apaan si lebay banget" acuh Felix.

Kring..... kring....

Bel tanda masuk berbunyi, membuat semua siswa siswi yang berada di kantin berhamburan pergi menuju kelas masing masing.

Jauh dari posisi mereka ada Sam dan Brayn yang menatap penuh iri.

"Harusnya itu posisi gua" lirih Brayn yang sedang melihat adegan licy tadi dari awal.

Srett...

Sam berdiri dari duduknya dan berjalan menuju meja licy.

"Kak sorry" lirihnya dengan menunduk ketika sampai di depan meja licy dan team alpha lainnya.

Licy menatapnya dengan heran.

"Udah kan" jawabnya.

Sam menggeleng.

"Maaf" kini Brayn ikut berbicara.

"Udah" jawab licy dengan lembut.

Mendengar itu Brayn dan Sam menatap mata Licy dengan senyum manisnya.

"Semuanya udah gua maafin kok, udah ya gak usah merasa bersalah lagi" ucap Licy.

"Kalo gitu, bisa pulang kak? Mami sakit, pengen ketemu sama kakak" cicit Sam.

"Maaf ya kalo itu gak bisa" jawab licy dengan nada penuh penyesalan.

"Kenapa?"

"Kita bukan siapa siapa kan?"

Deg..

Brayn dan Sam seakan membeku di tempat mereka diam saja.

"Kalian tau, udah gua putusin itu semua sejak gua kasih rekaman di flashdisk, itu artinya kita bukan siapa siapa lagi, baik lo maupun gua kita cuma orang asing yang gak kenal sama sekali" jelas Licy.

"Itu tandanya Lo belom maafin mereka" gumam Gevano.

"Udah, sebagai orang asing, kalo sebagai keluarga gua gak akan pernah maafin, Lo bikir enak hidup bertahun tahun di penuhi rasa benci? Di sumpahin mati? Di siksa tanpa alasan jelas? Enak emangnya?" Licy mengepalkan tangannya dengan kuat, ia kesal bahkan sangat sangat kesal.

"Kita tau kita salah, bahkan kata maaf pun gak cukup" kini giliran Rafa berbicara.

"Mereka gak salah Raf, Lo yang buat semuanya jadi gini, Lo pelaku utamanya, kasarnya Lo bilang onarnya" licy menatap wajah Rafa dengan wajah meledek.

Rafa terdiam ingin rasanya menyangkal namun semua perkataan Licy benar adanya.

"Jadi kurang baik dimana lagi gua?"

"Cy" tergur Felix.

Licy menoleh ke arah Felix.

"Gak apa apa temuin aja" bujuk Felix, bagaimanapun juga raga yang kakaknya tempati ini masih memiliki keluarga bukan?

Licy tak tahan dengan wajah gemas adiknya langsung luluh begitu saja.

"Fine balik nanti gua kesana, makasih Lo sama adek gua" Licy langsung pergi begitu saja.

"Jangan bikin Licy kita kecewa" Jordy menatap tajam Rafa.











Hay Hay Hay.....

Someone only we know (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang