Hubungan Mira dan Ranza berjalan dengan sangat baik. Hingga libur semester berikutnya telah datang. Cuaca Korea sudah mulai dingin, orang-orang di sekitar sudah mengenakan baju serta pakaian seperti jaket yang tebal untuk menutupi seluruh badan agar tidak kedinginan.
Di kamar megah bercat putih itu, seorang gadis tengah berdiri mematung di depan kaca meja rias. Tangannya memegang ponsel dan tatapan mata tajam ke arah layar.
Ratna baru saja mengirimkan pesan padanya beberapa menit yang lalu.
Pulang.
Hanya satu kata, mampu membuat Mira berdiam mematung tak bergerak. Mira meletakan ponselnya kasar ke atas meja rias, menyisir rambut coklatnya frustasi. Libur semester kemarin dia tidak pulang karena berpikir di sana dia akan menjadi burung dalam sangkar.
Sekarang, Ratna menyuruhnya untuk pulang. Sejujurnya, Mira sangat tidak ingin pulang. Kalau bisa, dia ingin berada di sini selamanya. Menjadi warga kenegaraan Korea kalau perlu. Tapi mengingat dirinya yang besar di sana, makan, serta sudah meminum air di negara kelahirannya. Membuat Mira berpikir dua kali untuk menetap di sini. Dia berpikir, jika dia melakukan hal itu, maka dirinya termasuk manusia yang tidak tahu berterima kasih.
Mira menghela nafas kasar, menatap dirinya di cermin. Ya, sepertinya dia memang harus pulang ke rumah. Mungkin, hanya sekedar absen muka saja itu sudah cukup.
°~°~°~°~°
Udara Korea semakin dingin saat memasuki malam hari. Motor sport hitam baru saja terparkir rapi di halaman rumah megah. Sang pemilik melepas helm full facenya, berjalan untuk menekan bell. Tidak menunggu waktu lama, seorang Ahjumma keluar menyambutnya.
Mira dan Ranza memang sudah memiliki janji untuk berkencan malam ini. Ahjumma itu berjalan menaiki tangga untuk sampai ke kamar Mira, menyampaikan kalau Ranza sudah datang. Tak lama setelah itu, Mira keluar dari kamarnya, melangkah menuruni anak tangga.
Jaket coklat tebal telah membungkus tubuhnya, rambut coklat itu di kuncir satu seperti ekor kuda. Celana jeans hitam membuat kaki jenjangnya terlihat, dan sepatu boots dengan warna senada dengan jaketnya telah terpasang di kedua kakinya.
Ranza yang menunggu duduk di sofa ruang tamu, seketika berdiri tegak menyambut ke datangan kekasihnya yang menuruni anak tangga.
"Yuk," kata Mira saat sudah berdiri di depan Ranza.
Indra penciuman Ranza menangkap aroma yang sangat familiar. "Kamu ganti parfum, ya?" tebaknya seraya mendekatkan hidungnya ke bahu Mira, agar bisa mencium aroma itu lebih jelas. "Ini parfum yang aku racik, kan?"
Mira tertawa ringan, "penciuman kamu hebat juga, ya?"
Ranza tertawa kecil, "udah hafal soalnya."
Malam yang cukup dingin ini, Mira mengajak Ranza untuk makan ramyeon saja di minimarket. Walau rencana awal mereka ingin berkencan di pasar sambil beli jajan-jajan kecil. Mira memang memintanya sejak seminggu yang lalu. Namun, tidak di sangka ternyata suhu udara hari ini tidak mendukung. Membuat Mira membatalkan saja niatnya untuk jajan di pasar.
Dengan pandangan mengarah keluar jendela, Mira bisa melihat orang-orang yang berlalu-lalang di depannya, mengenakan pakian hangat yang tebal. Suhu udara belum sampai minus karena salju belum turun.
Ranza berjalan menghampiri gadis yang sedang duduk menghadap keluar jendela di sana. Dia meletakan satu ramyeon di depan Mira, dan satu ramyeon lagi di depannya seraya menarik kursi untuk dia duduk.
"Kamu kedinginan?" Ranza bertanya khawatir. Melihat Mira yang diam dengan pandangan yang hamlir kosong kekuar jendela.
"Enggak, kok." Mira menjawab melepaskan sumpitnya yang menyatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIRIOS: Because i like it! [END]
Teen Fiction⚠️ Cerita ini dapat menyebabkan perut butterfly, hati meleyot, sedikit tetesan air mata mungkin, dan menghalu di luar batas normal❤️ °~°~°~°~° Namanya Mira Ayunda Kang. Dia memiliki darah campuran Korea-Indonesia. Gadis berdarah campuran itu memilik...