25. Waktu

35 3 0
                                    

ANNYEONGHASEYO!!!

Selesai mencatat materi yang berada di layar infokus di depan. Mira membereskan alat tulis dan menyandang tasnya, berjalan keluar dari kelas. Kacamata Ranza masih melekat di batang hidungnya. Mira melangkah menuju kantin, seperti apa yang lelaki itu katakan.

Sesampainya di kantin, Mira menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari keberadaan Ranza. Sudah lama sekali dia tidak menginjakan kaki di kantin. Demi tidak mendengarkan mahasiswa lain bergosip dan rumor jelek tentang Ranza, Mira lebih memilih makan di restoran luar kampus. Walaupun sebenarnya cukup jauh untuk sampai ke sana.

"Kang Mira!"

Suara teriakan memanggil namanya, membuat pemilik nama menoleh ke arah sumber suara. Itu adalah Nahoon yang melambai-lambai kepadanya.

Tentu saja Nahoon tidak sendiri. Sudah ada dua sahabatnya juga Ranza dan Yohan di sana. Mereka duduk di meja yang cukup untuk enam orang. Ada sisa kursi kosong di sana. Bisa di tebak dengan cepat oleh Mira, sepertinya kursi kosong itu memang di sediakan untuknya.

"Sini!" perintah Arin, juga ikut melambai.

Mira menghela nafas pelan sebelum berjalan menghampiri mereka seraya melepaskan kacamata dari batang hidungnya.

"Nih." Meletakan kacamata hitam itu di depan Ranza. "Kamsahamnida," berniat melangkah pergi.

Namun, langkah Mira kurang cepat. Arin lebih dulu menghalanginya berjalan keluar dari kantin. Mira menatap sahabat di depannya dengan dahi mengkerut kesal.

"Kau tidak makan?" Arin bertanya, melirik jam tangannya sekilas. "Ini sudah hampir masuk waktu sore loh."

Mira belum ada makan dari tadi. Cuma roti tawarlah yang menjadi menu sarapan paginya. Dan sampai saat ini, belum ada makanan yang mengisi perutnya.

"Makan bentar, ya? Lihat tuh pipimu sudah tidak chubby lagi." tunjuk Arin menggunakan muncungnya.

Pipi Mira memang tidak sechubby perempuan di luar sana. Tapi melihat dirinya yang sekarang, membuat orang lain sadar akan tubuhnya yang sudah lebih kurus dari biasanya. Mira tidak tahu kondisi pipinya tirus atau chubby. Karena yang bisa menilai dirinya bertambah atau turun berat badan adalah orang lain.

"Baiklah, sebentar saja, ok?" Mira berkata pasrah, di balas anggukan oleh Arin. Tiba-tiba saja dia teringat dengan dirinya yang terjatuh dari kuda dan berakhir di infus di rumah. Dia juga tidak ingin sakit waktu itu. Siapa juga manusia di dunia ini yang menginginkan sakit? Tidak ada.

Mira beranjak dari sana untuk mengambil makanan. Tidak perlu berlama-lama, gadis berambut coklat gelap itupun kembali dengan membawa piring berisi makanan. Meletakannya atas meja, menarik kursi kosong yang sudah tersedia. Lalu menjatuhkan bokongnya di sana.

Mira sedikit melirik teman-temannya, sepertinya mereka sudah merencanakan sesuatu. Lihatlah, hanya dirinya dan Ranza yang duduk berhadapan, yang lainnya duduk bersampingan. Mira berpura-pura tidak menyadari hal itu. Lebih baik dia menghabiskan makanannya dan cepat pergi dari sini.

"Kamu masih marah sama aku?" Ranza membuka suara. Dengan bahasa Indonesia tentunya.

Mira tidak merespon apapun. Dia terus melahap makanannya, menganggap Ranza seakan tidak pernah duduk di depannya.

SEIRIOS: Because i like it! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang