36. Menang Dan Kalah Itu Biasa

40 3 0
                                    

3000 kata di chapter ini
jangan skip narasi⚠️
Happy reading❤️

°~°~°~°~°

Sudah lima hari Mira di rawat di rumah sakit, sekarang waktunya untuk pulang ke rumah. Tepat pada hari kepulangannya, Ratna menjemput putrinya juga berniat menemui Pak Agus.

Dengan rasa terima kasih yang tulus, Ratna menawarkan pekerjaan pada Pak Agus untuk menjadi supir pribadinya. Bukan hanya itu saja, putrinya Pak Agus yang bernama Salsa juga di biayain kuliah kedokteran sampai lulus oleh Ratna. Hal itu dia lakukan sebagai seorang Ibu yang berterima kasih karena sudah menyelamatkan nyawa putrinya.

Pada hari itu juga, Sunhi dan Rona berpamitan untuk pulang ke Korea. Karena banyak pekerjaan yang harus di lakukan di sana. Sedangkan Ranza tidak ikut pulang bersama mereka. Sunhi melarangnya, dengan alasan Mira akan kesepihan jika dia ikut pulang ke Korea. Alhasil, Ranza tetap berada di Indonesia dan pulang ke Korea bersama Mira saat sudah pulih total nanti.

Sudah dua hari sejak kepulangan Mira dari rumah sakit. Seperti biasa Mira di bangunkan oleh Bik Atik. Kali ini Bik Atik tidak menyuruhkan untuk turun sarapan bersama. Karena lantaran Basman sudah tidak tinggal di rumah ini lagi. Ratna membelikan rumah untuk Pamannya itu, dan Basman tinggal di sana sendirian. Prinsip Ratna sekarang adalah lebih baik jauh tapi wangi daripada dekat tapi bau tai.

Karena Mira belum pulih total, Ratna memerintahkan Bik Atik untuk membawakan sarapan Mira ke kamar saja. Agar gadis itu tidak capek-capek untuk turun. Sudah seperti tuan putri yang baru bangun tidur dan sarapan telah tersedia di depan mata. Sebuah dongeng yang menjadi nyata.

Seperti yang sudah di beritahukan oleh Dokter, tangan kanannya belum boleh terlalu banyak bergerak. Itu akan menyebabkan berdenyut dan ngilu. Kaca mobil yang menusuk lengan bagian atas Mira ternyata mengenai tulangnya. Itulah kenapa Dokter memberi saran untuk tidak boleh terlalu banyak bergerak atau melakukan aktivitas dengan tangan kanan terlebih dahulu.

Selesai sarapan, Mira hanya menikmati waktu santainya di kamar. Seperti melanjutkan nonton drama Korea yang sempat tertunda, atau rebahan saja di kasurnya dan tidak melakukan apapun. Gadis seperti Mira yang tidak betah di rumah menganggap saran Dokter adalah sebuah bencana. Dia bosan untuk tidak melakukan apapun.

Sekarang saja dia sedang memandang kedua medalinya yang sudah hangus terbakar karena kecelakaan mobil beberapa hari yang lalu. Bukan karena nilai di medalinya, lagian kedua medali ini hanya perak dan perunggu. Di mata Ratna juga tidak ada nilainya. Tapi di mata Mira, ini bernilai. Apalagi dia mendapatkan keduanya saat Papa dan Kakeknya masih hidup, mereka berdua juga menjadi saksi saat Mira mendapatkan kedua medali ini.

Hari telah sore, gadis berambut coklat itu hanya bersantai di kamarnya tanpa melakukan apapun. Bik Atik mengetuk pintu, Mira cuma berpikir mungkin saja Bik Atik membawakannya makanan lagi. Namun, ternyata saat dia membuka pintu, seorang lelaki berkulit putih sudah berdiri di belakang Bik Atik.

"Non, ada mas Ranza."

Tanpa Bik Atik bilangpun Mira sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Ransa berdiri di belakang. "Ran..?" membuka pintu kamarnya selebar mungkin.

Ranza melihat kekasihnya itu mengenakan kaos putih berlengan pendek. Kaos tangan sebelah kanannya sengaja dia gulung sampai ke atas, agar tidak mengenai luka jaitnya.

Bik Atik menatap keduanya secara bergantian. Mundur perlahan berniat untuk menjauh. "Kalau gitu, Bibik kebawah dulu ya," melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Masuk, Ran," ajak Mira duluan melangkah kedalam.

Ranza berjalan mengikutinya. Ternyata lelaki itu tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa sebungkus makanan dan meletakannya di atas nakas samping kasur Mira. Ranza juga tidak menutup semua pintu kamar itu, dia menyisahkan setengah yang terbuka. Dia mengetahui apa itu tata krama. Baginya juga tidak baik laki-laki dan perempuan di satu ruangan yang sama. Maka dari itu, untuk menjaga kehormatan sesama, Ranza sengaja tidak menutup rapat pintu kamar.

SEIRIOS: Because i like it! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang