30. Manusia Itu Setara

37 4 0
                                    

Hari ini, tepat saat jam kelas selesai. Mira pergi menuju lapangan berkuda, dia berniat untuk latihan sebentar. Namun, siapa sangka jika Ranza juga ingin ikut bersamanya. Bukan untuk menonton, melainkan ikut latihan berkuda. Walaupun dia bukan anggota club berkuda, tapi boleh-boleh saja untuk ikut latihan selagi ada anggota kuda yang mendampinginya.

Sembari menunggu, Ranza berganti pakaian di ruang ganti, sedangkan Mira menunggunya di kandang kuda. Sesekali bermain dengan kuda-kuda di sana, seperti mengelus puncuk kepala mereka. Sempat meminta izin kepada petugas di sana, kalau dirinya meminjam kuda putih milik Arin-Cotton.

Lagi asik mengusap puncuk kepala kuda putih bernama Cotton itu, tiba-tiba saja Mira di buat pangling oleh seorang lelaki yang kini telah memakai pakaian berkuda di depannya. Bahunya terlihat lebar, tubuhnya tegap, dan kakinya terlihat panjang. Bak pangeran verkuda yang keluar dari istana, seperti itulah Ranza di mata Mira sekarang.

"Jelek ya?" Ranza bertanya karena mendapatkan tatapan tak berkedip dari Mira.

"Ganteng!" jawab Mira nyaris berteriak. Bagaimana bisa lelaki itu bilang jelek? Penampilannya sekarang ini malah bisa membuat perempuan manapun jatuh hati.

Ranza menggaruk tengkuknya yang tak gatal, menahan malu dari pujian gadis itu berikan. Mira berjalan mendekat, sedikit merapikan kera baju dan beberapa kancing pakaian kuda yang sudah melekat di tubuh Ranza. Lelaki itu ternyata belum mengenakan sarung tangan, masih setia di pegang olehnya.

"Sini." Mira berkata, seraya mengambil satu sarung tangan dari genggamannya. Di tariknya tangan kanan Ranza untuk mendekat ke hadapannya. Gadis itu memakaikan sarung tangan di tangan kanan Ranza, di rabanya satu persatu jari-jemarinya. Memastikan jari lelaki itu telah masuk kedalam sarung tangan dengan pas.

Tangan satunya juga sama, Mira yang memakaikannya sarung tangan. Seakan tidak membiarkan Ranza untuk memakainya sendiri. Di saat bersamaan, Ranza memandangi wajah Mira yang sedang fokus memakaikannya sarung tangan. Dengan rambut yang sudah di kuncir satu, dan mata fokus pada aktivitas yang sedang dia lakukan, selalu bisa membuat Ranza candu untuk memandanginya.

"Siap." Mira berkata, kedua sarung tangan putih kini telah membungkus kedua tangan Ranza. "Kajja!" ajak Mira untuk segera mengambil kuda mereka.

Di lapangan pasir yang terbentang luas, Mira mengajari Ranza beberapa teknik berkuda. Mulai dari cara naik ke atas kuda dengan benar, posisi duduk yang benar, menjalankan kuda, membuat kuda berlari dan lain sebagainya. Mira memberikan contoh terlebih dahulu sebelum Ranza mengikuti.

Mira turun dari kudanya, siap untuk membantu Ranza naik ke atas kuda putih bernama Cotton. Belum sampai Mira di sana Ranza sudah lebih dulu naik sendiri ke atas kudanya.

Mira berjalan mendekat, memegang tali kekang kuda Cotton untuk berjaga-jaga agar kuda itu tidak agresif. "Nah, sekarang coba pelan-pelan kamu hentakan kedua kaki ke perut kuda. Pelan saja, jangan di hentak kuat." Mira memberi instruksi.

Ranza mengikuti apa yang di katakan Mira. Perlahan kedua kaki yang sudah di bungkus sapatu boots itu, menghentak pelan ke perut kuda secara bersamaan. Kuda putih itu berjalan, Mira melepaskan genggamannya membiarkan Ranza berkelana.

Kuda putij Cotton itu yang berjalan pelan, tidak ada yang janggal sampai tiba-tiba dia berlari kencang, seperti tidak terkendali. Sanking tidak terkendalinya, kuda itu dapat membuat Ranza jatuh dari atasnya.

Pakaian kuda yang di kenakan Ranza saat ini telah kotor terkena pasir lapangan. Bukannya di tolong, Mira malah sempat-sempatnya tertawa melihat Ranza yang jatuh. Bagi Mira hal itu biasa, dirinya juga sama seperti Ranza saat pertama kali menunggangi kuda.

"Hei, siapa itu?" suara seorang lelaki yang baru saja menginjakan kaki di sana, menunjuk seseorang yang baru saja jatuh dari kuda. Dia datang bersama dengan dua temannya

SEIRIOS: Because i like it! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang