ANNYEONGHASEYO!!
Kamar bercat putih itu kini telah berubah menjadi gelap. Saat sudah memastikan Mira tertidur dengan lelap, barulah Ranza berani untuk keluar. Matahari sudah tergelincir ke barat, hari sudah sore. Artinya, Ranza harus pulang.Bahkan ia lupa mengabari rekan kerjanya kalau akan datang terlambat. Kekhawatiran terhadap Mira, membuatnya melupakan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
Tapi, sekarang kekhawatiran itu telah berkulang. Mira sudah tidak merintih kesakitan lagi, dan deruhan nafasnya saat tidur sudah tidak berat lagi. Ranza berhasil membuat gadis itu tertidur nyenyak. Kedua sudut bibirnya terangkat, melirik pintu kamar Mira sekilas sebelum melangkah menuruni anak tangga. Berniat untuk berpamitan kepada Sunhi dan Rona.
"Halmeoni, aku pamit du–" ucapannya terpotong saat melihat Sunhi yang duduk sendirian di sofa ruang tamu. Dengan wajah yang sulit di artikan. Wanita tua itu seperti sedang memikirkan sesuatu. "Halmeoni?"
Suara Ranza mampu membuat sang pemilik nama terbangun dari pikirannya. "Iya?"
"Halmeoni, baik-baik saja?" Ranza bertanya khawatir. Ia tidak pernah melihat Sunhi seperti ini. Terakhir ia melihatnya saat anak laki-lakinya di nyatakan masuk rumah sakit.
"Ah ya, Halmeoni baik-baik saja, Sayang," ujar Sunhi dengan senyum bahagianya yang di paksakan. "Bagaimana Mira? Apa dia sudah tertidur?"
Ranza tahu kalau wanita tua itu sedang mengalihkan topik pembicaraan. Lelaki itu melangkah menghampirinya. "Ya, dia sudah tertidur nyenyak," menjatuhkan bokongnya di samping Sunhi.
Perasaan canggung mengelilingi Ranza. Ia juga tidak mengerti kenapa dirinya melangkah mendekat dan duduk di sebelah Sunhi. Seharusnya, dirinya berpamitan untuk pulang.
Mengingat sudah lama sekali ia tidak duduk bersebelahan dengan Sunhi seperti ini. Ranza teringat masa kecilnya yang selalu semangat saat Sunhi berkunjung ke rumahnya. Bahkan ia tidak segan-segan memeluk Sunhi dan mencium pipinya seperti Neneknya sendiri.
Tapi sekarang, perasaan canggung menyelimutinya. Sudah hampir berjalan 5 menit tidak ada pembicaraan di antara mereka. Ranza juga bingung harus membuka topik pembicaraan seperti apa. Untuk pertama kalinya, Ranza duduk berdua dengan Sunhi setelah sekian lama, tanpa ada orang ketiga.
"Apa hubunganmu dengan Mira baik-baik saja?"
Sunhi akhirnya membuka topik pembicaraan. Pertanyaan yang keluar dari mulutnya membuat Ranza sedikit tersenjak kaget. Apa Mira yang memberitahunya?
"Kau dan Mira akhir-akhir ini jarang ketemu. Apa kalian bertengkar?" Sunhi meluruskannya dengan cepat. Seakan tahu apa yang Ranza pikirkan.
Ranza menundukan kepalanya dalam. Entah dari mana awal mula ia harus menjelaskan ini.
Tangan indah dengan garis-garis keriput di punggungnya memenyentuh tangan Ranza. "Kau bahagia saat bersama Mira, kan?" tanya Sunhi dengan senyum hangat yang terukir di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIRIOS: Because i like it! [END]
أدب المراهقين⚠️ Cerita ini dapat menyebabkan perut butterfly, hati meleyot, sedikit tetesan air mata mungkin, dan menghalu di luar batas normal❤️ °~°~°~°~° Namanya Mira Ayunda Kang. Dia memiliki darah campuran Korea-Indonesia. Gadis berdarah campuran itu memilik...