"Lo aman selagi sama gue."
Pada saat itu lah Elvano mulai menyesal telah mengatakan kalimat itu kepada Zeline. Sebab, dari sana lah Zeline mulai percaya bahwa kalimat tersebut membuatnya sedikit merasa lebih tenang.
Tapi tidak dengan Elvano, yang justru kebalikan darinya. Karena apa?
Ya, karena Zeline selalu merangkul dirinya setiap hendak pergi kemana-mana. Itu membuat Elvano risih serisih-risihnya. Bukan apa-apa, masalahnya jantungnya ini selalu berdetak sangat aneh jika berada di dekatnya. Berdetak sangat kencang sekali.
Sudah seperti sedang jatuh cinta saja.
Apa mungkin memang begitu?
Oh tidak, ini tidak bisa terjadi. Tidak mungkin, tidak mungkin.
Cowok itu mengenyahkan semua pikiran yang tidak-tidak, fokusnya saat ini seharusnya adalah bagaimana caranya agar terlepas dari lilitan lengan Zeline.
Dan ya, sekarang ini keduanya sudah berada di kamar Elvano. Tepat di atas ranjang tidur super empuk dan di bawah selimut lembut yang sepertinya terbuat dari bahan sutra. Benar-benar nyaman di pakai tidur untuk berdua.
Tapi masalahnya ini tidak benar.
Ini benar-benar tidak benar.
"Zel, masa lo tidur bareng gue?" Cowok itu terduduk dari posisi rebahannya. Ia tampak sangat khawatir. Entahlah menghawatirkan tentang apa.
"Kata kamu aku bakalan selalu aman selagi sama kamu." Zeline ikut terduduk.
"Ya gak harus tidur bareng gue juga kali, apalagi sampe rangkul-rangkulan kayak begini nih," protesnya frontal sambil menunjuk ke arah dimana Zeline yang masih menggenggam lengannya erat.
Di balik sikapnya yang berprotes seperti itu, Ada rasa nyaman juga saat Zeline selalu berada di samping dan merangkulnya seperti ini.
Maka dari itu, ia sungguh khawatir terhadap dirinya sendiri yang selalu berfikir tentang yang tidak-tidak.
Tak lama lelaki itu pun melepas cekalan lengan Zeline. "Sana pergi ke kamar lo."
"Gak mauuu, Zeline takutt."
"Takut kenapa dah?"
"Takuttt, lagian kamu juga ngomong kayak gitu, ya Zeline tambah takut lah."
"Ngomong kayak gimana?"
"Katanya kalo aku sama kamu, aku bakalan aman, berarti kalo aku gak sama kamu berarti aku gak aman? Gamauuuu."
"Ya bukan gitu juga konsepnya. Lo pindah ke kamar lo, gue di sini. Ngejagain lo dari sini, kalo ada apa-apa lo langsung teriak aja manggil gue, entar juga gue langsung nongol pas dipanggil."
Zeline merengek. "Aaaa ... gamau Ujaannn, takuttt."
"Takut kenapa sih?!"
"Hantuu."
"Mana ada hantu di rumah ini, lagian udah gak jaman hantu-hantuan sekarang."
"Pokoknya Zeline gak mau titik!" Langsung kembali merangkul Elvano.
Cowok itu pasrah. Benar-benar pasrah.
"Yaudah, kalo lo mau tidur di sini gapapa. Tapi gak usah pake rangkul-rangkulan kayak begini segala," paparnya. Zeline pada saat itu ingin mengelak, tetapi langsung Elvano potong. "Atau ngga, gak tidur sama gue sama sekali di sini. Pindah ke kamar lo."
Zeline memberengut, mencebik, gadis itu kesal. Kemudian ia pun menarik selimut, dan merebahkan tubuhnya tanpa merangkul lengan Elvano lagi.
Cowok itu pun menghembuskan nafas menatapnya yang sudah memejamkan mata. Lalu ia pun bergabung untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Cousin (End!)
Teen Fiction#Update diusahakan sesering mungkin. Jangan coba-coba mampir ke sini, kalo cuma mau plagiat dan jadi siders doang! ⚠bocil hus hus. Elvano Fauzan, ialah salah satu anggota stracks yang memiliki aura sangar dan kejam apabila berada dengan teman-teman...