41🐣

566 36 0
                                    

Aku kembali uppppp, ramein yaaaaa

Penuhin ekspresi kalian dikomenan, nnti aku langsung up lagiii

Jangan lupa untuk tekan vote!! Yg bacanya offline pun bisa kok utk vote dan komen, nnti notip muncul diaku ketika kalian online nnti




Kembali berdua, Zeline dan Elvano kini hanya asyik berduaan saja di rumah.

Sempat ramai dua hari kemarin keadaan rumah yang di penuhi oleh canda tawa saudara-saudara, sekarang keadaan kembali ke semula, sepi, dan paling hanya di penuhi oleh para bocil saja yang bulak-balik ke rumah.

Biarpun rumah kembali sepi, hal itu sama sekali tak mengubah Elvano dan Zeline menjadi kesepian dan bosan. Justru cuma ada mereka berdua saja, suasana pun bisa happy-happy saja. Bahkan heboh.

Seperti saat ini.

"UJANNN!"

"LILINNNN!"

Keduanya sama-sama berteriak, saling memanggil nama satu sama lain. Berlarian di halaman depan rumah, sambil saling menyembur dengan air lewat selang.

Alih-alih membantu menyirami tanaman Nenek di sore hari itu, justru dua sejoli itu bermain semprot-semprot air sudah bagai bocil TK.

Keduanya begitu asik sendiri, sampai-sampai para bocil yang lewat depan pagar rumah pun mendelik keheranan di balik celah-celah pagar tersebut. Mereka tak menyadarinya.

"Masa kecil kurang bahagia," celetuk Nelle geleng-geleng kepala. Kemudian bocil tersebut pun kembali bermain.

"Udahan ah, udah basah." Zeline mengerucutkan bibir.

"Tidak semudah itu, rasakan ini. Jhahahaa." Masih meluncurkan selang ke arah Zeline, Elvano tampak begitu bahagia kala itu.

Jika saja anak-anak SMA melihat momen ini, mereka tidak akan percaya bahwa itu adalah seorang Elvano Faujan yang datar dan dingin, yang dinginnya melebihi kutub utara.

"EH EH EH, Kok malah mainin air?!"

Entah datang dari mana Nenek sudah berada di hadapan ngomel-ngomel garang bagaikan Kak Ros.

Serius, jika Elvano disuruh memilih antara Opah upin-ipin yang baik hati dengan Nenek Faiza yang garang bagai Kak Ros, sepertinya ia lebih baik memilih Opah.

Daripada kena omel berkelanjutan dari Nenek, Elvano pun lantas menarik lengan Zeline, membawanya ke dalam rumah untuk bilas diri. Pasti yang kena omel hanya dirinya, Zeline tidak ikut diomel.

Terkadang Nenek memang semenyebalkan itu.

Zeline meronta-ronta selagi Elvano membawanya ke atas.

"Ujan Nenek marah lohhh."

Karena Zeline orangnya gak enakan dan jarang bikin keonaran di rumah ini, ia bercakap.

"Udah biarin aja, Nenek kalo gabut emang begitu bawaannya pengen marah-marah terus," celetuknya.

Zeline memberengut. "Kamu durhaka." Sambil menabok punggungnya.

Di sana Elvano hanya terbahak-bahak saja.

Tepat di ambang pintu kamar, Elvano tercenung sebentar sambil menatap Zeline dengan pandangan ngeblank.

Dan pikirannya tambah ngeblank dan melenceng saja saat melihat lekukan tubuh Zeline yang terekspos sempurna di balik kemeja putih transparan yang dikenakannya.

Warna pink.

Ya di sana sangat jelas mata Elvano menemukan warna pink di balik kemeja putih polos tersebut. Tidak usah dijelaskan pun kalian pasti tahu di mana letak warna pink tersebut.

My Dear Cousin (End!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang