"Astagfirullah!"
Suara pekikan nenek Faija di ambang pintu, melihat pemandangan yang bikin melotot di pagi hari.
"Astagfirullah haladzim, Vanoo!" Terus memuji Yang maha kuasa, Nenek berjalan merangsek tak nyantai mendekati Sang cucu yang berada di atas ranjang tidur terbalut oleh selimut tebal nan lembut.
Elvano yang memang sudah membuka matanya karena terperanjat mendengar suara Nenek yang menggelegar saat beristigfar, cowok itu pun langsung duduk dan menyingkap selimut.
Sementara Zeline masih tertidur damai di sana.
"Ngapain kamu tidur berduan begini, Vanooo?!" Nenek tampak jengkel kepada cucunya yang satu ini, ia tak habis fikir. Maka tak heren jika ia memukulnya berkali-kali dengan gemas.
"Aw, aduh, Nek, ampun," pekikan Elvano yang mulai terdengar.
"Kenapa tidur seranjang begini hah?! Kalian ngapainn?"
"Astagfirullah haladzim, Nenek soudzon!" jelas Elvano tak terima dituduh yang tidak-tidak karena tidur seranjang seperti ini.
"Ini gara-gara cucu kesayangan Nenek nih penakutt!"
"Penakut gimana?"
"Dia ngeliat hantu yang nyerupain Vano itu."
"Kok bisa?"
"Ya biasanya juga gitu kalo lagi ga ada Nenek aja di rumah, tuh hantu nongol."
Menatap ke sekitar, Nenek tampak bingung.
"Ya tapi kamu meluk Zeline tadi Vanoo, kamu khilaf apa gimana?!""Astagfirullah, Nenek bukan khilaf juga. Tapi Vano gak sengaja, dikira cimot yang dipeluk. Nenek tau sendiri Vano kalo tidur harus meluk cimot."
Benar-benar membuat pusing perdebatan ini.
Posisi tidur Elvano tadi yang memeluk erat Zeline benar-benar terlihat ambigu. Cowok itu begitu nyaman memeluk Zeline dari belakang, sedangkan gadis tersebut memeluk cimot kepunyaan Elvano.
Entahlah bagaimana dengan posisi mereka yang tiba-tiba seperti itu.
Dan seingat Elvano pun, dia sendiri semalam tidur di sofa. Mengapa bangun-bangun sudah memeluk Zeline seperti ini?
Menggeliat, gadis itu sedikit-sedikit membuka matanya perlahan mendengar suara keributan.
"Nenek?" Zeline langsung terduduk saat melihat Nenek Faija. "Dari kapan datangnya, Nek?"
Berdeham kaku, Nenek Faija sempat canggung. "Baru aja Nenek datang."
"Nenekkk takuttt."
"Eh? Takut kenapa?" Kebingungan saat Zeline tiba-tiba memeluknya.
"Aku liat hantu wajah Elvano, Nek!" Sembari histeris, Zeline menarik Nenek pergi dari kamar tersebut. Ia kembali takut saat melihat wajah Elvano yang terlihat garang karena keadaan sebelumnya.
Nenek Faija menoleh ke belakang saat telah tiba di ambang pintu, hanya untuk menyoroti Elvano dengan tatapan intimidasi. Setelah ini Nenek intograsi lagi, seperti itu lah kira-kira arti tatapan Nenek.
Menghembuskan nafas panjang, kepalanya sedikit miring, ia terpejam sejenak saat mengusap kepalanya yang terasa pening. Ia lupa bagaimana ia bisa berakhir di ranjang yang sama dengan Zeline? Lebih-lebih ia melepas kaos bajunya.
Apa yang terjadi semalam?
****
"Sumpah, Nek, Vano serius. Vano gak ngapa-ngapain Zeline."
"Nenek sendiri denger kan tadi Zeline bilang apa? Dia takut hantu. Dia takut hantu yang mirip Vano itu."
Elvano berusaha menjelaskan kembali pada Nenek Faija yang selalu negatif thinking kepadanya. Nenek itu datang ke kamar Elvano lagi hanya untuk mengintograsi kembali.
![](https://img.wattpad.com/cover/288494689-288-k634378.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Cousin (End!)
Teen Fiction#Update diusahakan sesering mungkin. Jangan coba-coba mampir ke sini, kalo cuma mau plagiat dan jadi siders doang! ⚠bocil hus hus. Elvano Fauzan, ialah salah satu anggota stracks yang memiliki aura sangar dan kejam apabila berada dengan teman-teman...