08🐣

1.3K 56 1
                                    

Malam harinya di balkon kamar yang menampilkan keindahan langit gemerlap yang menancarkan puluhan ribu bintang, Elvano terduduk di kursi santainya sambil bersedekap dada.

Sepulang dari markas Stracks Elvano terus bergeming, Zeline sendiri bingung terhadap Elvano yang benar-benar tidak ada suara sama sekali. Kan, Zeline jadinya berspekulasi bahwa Elvano benar-benar ingin dirinya segera pergi alias pulang ke Jakarta. Apakah salama beberapa hari ini dirinya telah membebani lalaki itu?

Tadi di markas, anak-anak telah berunding bahwa mereka semua telah sepakat untuk ikut pergi ke Jakarta naik motor. Dan mungkin nantinya mereka akan mengekor di belakang mengokori mobil keluarga Zeline.

Satu-satunya orang yang tak ikut serta di sana adalah, Elvano. Cowok itu diam saja, tidak ada komentar apapun terhadap mereka yang berencana pergi ke sana dadakan.

"Ujan ...."

Sibuk menyelam dalam pikiran, Elvano tersadar ketika seseorang datang memanggil dirinya. Elvano sedikit menoleh.

"Ujan, besok beneran gak bakalan ikut sama kita?" Zeline datang dengan wajah bersedih. "Kak Ken bakalan ngajakin Kak Vea juga loh buat ke sana."

"Kamu benaran gak ada niatan ikut bareng kita?" tanyanya lagi.

"Emang ada yang penting di sana?" Kalimat itu lah yang keluar dari mulut Elvano.

Mendengar itu Zeline agak bersedih. "Ya maksudnya ... main aja gitu ... masa kamu gak ada niatan buat main ke rumah saudara sendiri sih."

Dan agaknya pun Elvano sedikit merasa tak enak mendengar ucapan Zeline barusan. Diam-diam ia meneguk ludahnya.

"Ujan ...." Zeline masih mau bersuara. "Beneran gak mau ikut nih?"

"Gak, gue sibuk."

"Hmm ...." Memerosotkan tubuhnya, Zeline menghembuskan nafasnya panjang. Ia tiba-tiba menjadi selemas ini.

Hal yang membuat mata Elvano mendadak membulat dan tubuhnya dibuat meremang, Zeline dengan perlahan mendekat ke arahnya lalu memeluknya.

Entah mengapa detak jatungnya bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Ia bingung pada dirinya, mengapa bisa seaneh ini.

"Sibuk banget ya sampai gak bisa ikut?" Dalam pelukan Zeline berucap.

Cukup lumayan lama Zeline memeluk Elvano, dan herannya cowok itu sama sekali tak berkutik. Ia hanya diam saja di tempat, sambil memahami setiap pergerakan gadis tersebut.

"Takutnya besok Zeline gak bisa pamitan karena Ujan sibuk." Tak lama gadis itu berkata demikian. "Gak papa, kan, Zeline meluk Ujan gini?" Lalu tertawa garing.

"Asal aja lo!" Dalam hitungan satu detik Elvano melepaskan pelukan itu dengan sedikit pergerakan kasar.

Zeline sedikit kaget mendapat perlakuan seperti itu. Elvano pun menyadarinya. "B-bu ... bukan muhkrim!" kelakarnya.

Zeline garuk-garuk kepala. "Tapi kita saudaraan, gapapa kalii."

****

Elvano merentangkan tangannya meregangkam tubuh. Sudah berapa lama ia berdiam diri di balkon.

Dia menggaruk tengkuk. Kemudian kakinya melangkah menuju luar kamar. Namun, tepat di depan pintu kamar Zeline, langkah kakinya pun terhenti. Pintu kamar tersebut sedikit terbuka. Diam-diam Elvano mengintip dengan satu mata yang memejam.

Tak ada. Ia tidak mendapati Zeline di sana. Kemana gadis itu?

Memutuskan untuk pergi ke lantai bawah, tepat di tengah-tengah tangga Elvano telah mendapati Zeline yang posisi tangannya bersedekap menyilang di atas meja. Dari belakang, gadis itu terlihat sedang tidur di sana.

My Dear Cousin (End!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang