05🐣

1.7K 50 0
                                    

"NENEEKKK, GAWAATTT!"

Seantero ruang lingkup rumah kebesaran Nenek Faija dihebohkan oleh boriton milik Elvano yang berteriak sambil berlari, meneriaki nama Neneknya.

Salah satu keluarga di sana namanya Tante Ivi yang lebih dulu menyahut teriakan Elvano karena kaget sekaligus khawatir. "Vano, aya naon?!" Ia menyentak karena terlalu kaget.

"Tante Ivi, gawat!" Elvano masih heboh dengan mata yang membulat besar dan nafas terengah-engah akibat berlari tadi.

"Kenapa?" Tante Ivi semakin cemas.

Geleng-geleng kepala, bingung harus menceritakan awalnya bagaimana, Elvano justru mendesah. "Ah, pokoknya gawat deh, Tan."

Bukannya memberikan jawaban kepada sang Tante, Elvano malah langsung melengos saja untuk mencari Neneknya.

Alis Tante Ivi bertaut, "Aih, si Vano eta kunaon dah?"

Pas-pasan dengan Vano yang tiba di perbatasan perdapuran, Nenek Faija keluar dari sana secara santai. Berbeda dengan Elvano yang terburu-buru.

"Nenek, gawat!"

"Kenapa?" Otomatis saja Nenek Faija kaget.

"Ikut Vano!"

Tanpa banyak bicara lagi Elvano langsung menarik sang Nenek untuk dibawa ke lantai dua, dimana Zeline berada sekarang.

"Vano pelan-pelan! Kamu sadar kan kamu lagi nyeret nenek-nenek?" Nenek Faija berprotes.

"Maaf, Nek. Tapi ini lebih gawat banget." Jawabannya memang sedikit terdengar konyol.

Sesampainya di kamar Zeline, Elvano kembali heboh. "Dia harus dibawa ke rumah sakit, Nek. Harus segera dibawa ke UGD!"

Praktis saja membuat mata Nenek Faija membulat sempurna. "Emang kenapa?" Paruh baya itu mulai benar-benar cemas, kala melihat Zeline sungguh-sungguh terlihat menahan nyeri dan kacau.

"Perutnya kontraksi, Nek. Benar-benar gawat!"

"HAH?"

Tanpa banyak bicara lagi, Elvano pun langsung menggendong Zeline yang masih berbaring di ranjang.

Zeline pribadi pun bingung dengan tindakan sepupunya ini. Mau dibawa kemana dirinya ini?

Masih dilanda kebingungan, Nenek Faija lantas menyusul kemana berlarinya sang cucu membawa salah satu cucunya yang lain itu.

*****

Semua keluarga di sana tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita Nenek Faija mengenai tindakan heboh Elvano kepada Zeline tadi. Membuat Elvano pribadi malu sendiri.


"Kocak bener," ucap salah satu keluarga di sana.

"Vano bisa khawatirin orang juga ya ternyata," Kak Vea berceletuk.

Bukan apa-apa, masalahnya Elvano tuh terkenal cuek dengan akan suatu keadaan. Dan tanpa diduga-duga anak itu pun bisa khawatir tingkat dewa mengenai nyeri haid Zeline tadi yang sampai-sampai berinisiatif membawa gadis itu ke rumah sakit.

Untung saja semua itu bisa dihentikan oleh Gisca sang Bunda Zeline yang baru muncul dari pekarangan depan rumah, dan wanita awet muda itu tahu cara mengatasi nyeri haid anak gadisnya. Otomatis Zeline tak jadi dilarikan ke rumah sakit.

Mendengar fakta tersebut, yang mendengar praktis terkekeh-kekeh.

Masalahnya bukan karena keadaannya yang sepele, tetapi respon kekhawatiran over Elvano-nya itu loh yang menarik perhatian mereka semua. Perdana saja gitu.

My Dear Cousin (End!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang