"Zel ...."
"Maafin gue ...."
Sambil keluar dari pekarangan rumah, Elvano masih meminta maaf kepada Zeline.
Zeline menghela ringan, kini suasana hatinya sudah kembali ke semula, bahkan mungkin kini ia bertekad untuk memiliki suasana hati yang lebih bagus lagi dari sebelumnya."Udah, Ujan, gausah minta maaf lagi. Zeline udah maafin."
"Tapi gue ngerasa bersalah banget karena mereka."
Dan langkah berhenti tepat di hadapan motor. "Gapapa, mungkin mereka iri Zeline bisa deket sama kalian." Sambil tersenyum ceria.
Pola pikir Zeline sekarang sudah menganggap santai pada masalah itu. Dia sudah garis bawahi penjelasan Elvano semalam karena ia benar-benar tulus melakukan itu, dan melihat sisi lain dari anak kelas kemaren, Zeline dapat berpikir bahwa mereka semua menyerangnya seperti itu hanyalah sebuah kesirikan belaka.
"Yuk jalan!" Memukul jok motor, Zeline tersenyum sambil menarik Elvano yang masih merasa bersalah agar cepat naik ke motornya.
Dan dalam pada itu, Elvano pun patuh. Mereka akhirnya berangkat sekolah dengan suasana hati lega.
*****
Di istirahat pertama, anak Stracks memutuskan untuk bermain basket di lapangan outdoor sekolah. Berkat Zeline yang meminta, mereka hanya bisa patuh saja. Ditambah melihat tatapan Elvano yang mengisyaratkan untuk harus mengabulkan permintaan sepupunya satu itu, mereka pun terpaksa.
Tetapi tak apa. Bermain basket adalah permainan yang menyenangkan bagi mereka. Jadi ya ... ayo ayo saja.
Zeline tampak gembira melihat mereka melangkah ke arahnya dengan wajah lelah akibat permainan. Lalu gadis itu pun memberi satu persatu-satu botol aqua dan susu kotak kepada mereka yang tadi sempat ia beli di kantin.
Tak lupa juga Zeline membelikan mereka satu bungkus sandwich.
Membentuk sebuah lingkaran di sisi lapangan, mereka ngeriung, tampak senang saat menikmati minuman dan makanan tersebut.
"Kalian jago deh main basketnya." Zeline memuji.
"Ya kali anak Stracks kagak jago." Tegar menyahut tengil.
Hendery menghela sambil geleng-geleng. "Kekurangan kita adalah kita ngga punya kekurangan," lanjutnya tengil part dua, sambil bersedekap dada.
"Capek keren mulu." Safiq ikut-ikutan, dia berlagak menutup matanya kecewa.
"Najis, punya temen gini amat!" Rega nyeletuk, wajahnya seupet. "Tapi emang kita sekeren itu sih, HAHA."
"Geblek!"
Dan mereka semua akhirnya terbahak-bahak. Tak jarang, di sana pun banyak orang-orang yang lalu lalang, dan akan melirik mereka karena terlalu menarik perhatian.
Mereka pribadi tak acuh.
Malah Zeline senang bisa menarik perhatian orang-orang, apalagi dilihat oleh teman-teman sekelasnya yang melabrak dirinya kemarin. Sebenarnya itulah tujuannya.
Akan kubuat mereka semakin iri dengan semua ini.
Itu adalah sebuah kata hati Zeline.
Entah apa yang merasukinya, yang jelas Zeline senang melihat mereka terlihat kesal dan mengiri.
"Ihhh najis banget sih itu si Zeline!"
"Kesel banget semalem gue didatengin si Elvano, gue kira kenapa datengin gue, gue udah salting aja di sana. Ternyata—?!"
"WTF!"
"Huh, sabar ... lo gak sendirian ANYING!"
"Kesell."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Cousin (End!)
Teen Fiction#Update diusahakan sesering mungkin. Jangan coba-coba mampir ke sini, kalo cuma mau plagiat dan jadi siders doang! ⚠bocil hus hus. Elvano Fauzan, ialah salah satu anggota stracks yang memiliki aura sangar dan kejam apabila berada dengan teman-teman...