"Bunda aku nggak mau ikut ...!" rengek seorang gadis berambut ponytail.
"Zeline Sayang masa kamu gak ikut sih? Ini nikahan Om kamu sendiri lho, gak sopan banget kalo kamu gak ikut Sayang, nanti di kira sombong aja. Lagian kamu udah berapa tahun gak ke sana-sana Zeline! Kakakmu aja nanti besok bakalan ikut ke sana, kamu mau sendirian di sini?"
Gisca pusing sekali dengan anaknya yang satu ini. Masa ikut pulang kampung ke rumah nenek sendiri aja susah banget! Lebih-lebih lagi ini menjelang pernikahan Om satu-satunya yang belum nikah.
"Ih Bunda zeline bosen di sana, gak ada temen," terang sang gadis.
"Ya ampun sayang ... saudara-saudara kamu banyak di sana. Gimana gak ada temennya?" Gisca makin heran pada anaknya ini.
"Zeline malu ...." kali ini gadis itu merunduk sembari memainkan jari-jari tangannya.
"Ngapain malu? Masa ke saudara malu sih? Lagian itu sih ... Gak pernah ke sana, jadi canggung kan kamu."
"Iya deh ... Zeline ikut, kalo Kak Jackson juga ikut," pasrah gadis itu akhirnya.
"Nah gitu dong. Baru itu anak bunda yang pinter juga nurut." Gisca memeluk sang anak sembari mengelus-elus rambutnya. "Gak bakal lama-lama kok di sana juga. Beres nikahan Om kamu, besoknya pulang."
"Iya Bunda ...," sahut sang gadis yang berada di dekapannya.
***
"Kalian ...!" panggil Zeline pada dua sahabatnya yang tengah asyik menonton acara idolanya.
"Hm," sahut keduanya tanpa mengalihkan pandangan.
"Ih, kalian liat Zeline duluu!" Gadis itu menarik kedua lengan sahabatnya agar beralih tatap padanya.
"Apaan sih Zel! Ganggu aja heran ... Nanti pas bagian part pacar gue kelewat gimana?" geram Sasyil Rayney Gantari- sahabat Zeline yang paling sensian.
"Tau nih Zeline!" sambung Flora Queenie- sahabat Zeline yang paling menyebalkan dan aneh. Buktinya sejak tadi cewek itu berjoget-joget gak jelas menirukan sang bias yang berada di layar laptop. Huft, padahal dia gak bisa nge-dance, tapi masih aja maksain.
"Kalian denger Zeline dulu! Huftt, nanti kalo Zeline udah kasih tau. Pasti kalian nangis-nangis ntar!" pede gadis ber-ponytail itu.
"Yaudah cepet apaan!" desak Sasyil gak nyantai. Sementara Flora hanya menunggu Zeline cepat berbicara.
"Besok Zeline mau ke rumah nenek Zeline tauuu. Om Zeline mau nikahan, jadi Zeline harus ikut ke sana-"
"Herr." Belum sempat Zeline meneruskan kalimatnya, kedua sahabatnya itu langsung balik kanan menghadap kearah semula. Di kira apa aja sampai respon mereka bakalan nangis katanya. Lagian itupun Zeline tidak akan berlama-lama kan di sana? Jadi ngapain harus repot-repot nangisin dia?
"Yahhh kalian marah ya?" resah Zeline saat melihat sahabatnya itu langsung berbalik arah. "Kalian nangis?" pedenya.
"Iya kita nangis gara-gara lo nanti pergi, jadi kita gak bisa wifi-an di rumah lo," timpal Flora asal. Ya, memang kedua sahabatnya itu sering sekali ke rumah Zeline untuk wifi-an. Buktinya sekarang aja mereka sedang di kamar Zeline ber-wifian menonton acara sang idol.
Bukannya marah karena kehadiran mereka di rumahnya hanya untuk ber-wifian saja, gadis itu malah tertawa renyah. "Makanya pasang wifi dong kalian," kekehnya.
"Tau sendiri kan lo Zel. kalo di rumah gue pasang wifi, nanti gue gak bakal inget waktu, yang ada terus mantengin bujang-bujang gue di layar ini. Nanti ujung-ujungnya bonyok gue marah-marah." Rintih Flora penuh dramatis. "Makanya deh ampe sekarang gak masang-masang huwaaa" lanjutnya.
"Aduhhh, coba lo berdua dari tadi berisik mulu heran gue. Sini ngapa nontonin nganggur nih bujang-bujang!" lagi-lagi Sasyil menggeram.
Akhirnya sore itu mereka habiskan waktunya untuk menonton acara sang idol.
*****
"Bye-bye Zel. Hati-hati di jalan ya!"
Saat ini Sasyil dan Flora sedang berdadah-dadah dengan Zeline yang sudah siap untuk berangkat ke rumah neneknya.
"Iya, dadah kalian huhuu," mata Zeline sudah berkaca-kaca. Memang sangat lebay anak itu.
"Hati-hati Tante Gis, Om Jhon, sama Bang Jackson ... " Sasyil dan Flora mengabsen keluarga Zeline.
"Hm,"
"Berangkat ya,"
"yoi," sahut orang yang di absen serempak.Mobil keluarga Zeline kini lenyap dari pandangan Sasyil dan Flora, kedua gadis itupun ikut angkat kaki dari halaman rumah Zeline itu. Tidak tahu deh mereka mau pergi kemana, yang jelas mereka berdua pun bingung harus pergi kemana.
Sementara Zeline yang berada dalam perjalanan itu, hanya manatap pemandangan luar jendela dengan menikmati lagu dari dalam dashboard mobil. Tidak tahu yang di putar oleh ayahnya itu lagu apa, yang jelas ia cukup menikmatinya.
Jangan di tanya lagi Jackson kakak Zeline sedang apa. Sejak awal keberangkatan dan hampir mau tiba lelaki itu terus bergulat dengan alam mimpinya dengan posisi paha Zeline yang menjadi bantalannya.
Sebenarnya Zeline pun merasa kemanusiaan dengan posisi seperti ini. Eh, maksudnya kesemutan. Namun gadis itu tak tega jikalau sampai membangunkan sang kakak.
-
Kini perjalanan jarak yang cukup jauh itu pun akhirnya tiba juga. Satu-persatu mereka turun dari mobil dengan membawa barang bawaan seperlunya untuk di kampung halaman gisca ini.
Semua keluarga besar di sana menyambut mereka dengan penuh kegembiraan. Ya Mereka semua benar-benar sudah menantikannya sejak beberapa menit yang lalu di halaman depan rumah nenek Faija.
Mengapa harus sampai segitunya? Padahal yang punya acara bukan keluarga Zeline.
Mungkin keluarga Zeline satu-satunya keluarga yang tinggal jauh dari kota itu. Jadi saking kangennya sampai seperti itu.
"Wah, akhirnya sampai juga," Seru salah satu anggota keluarga.
"Cucu nenek dateng juga," seru nenek Faija pada Zeline dan jackson.
"Halo halo semua kami datang," seru Gisca tak kalah hebohnya.
"Selamat datang di kampung halamanmu Gisca," seru Iris, kakak bundanya itu.
"Hey, Vano kenapa kamu diem aja? Sana bantuin angkut barang-barang. Tuh Zeline juga kayaknya kesusahan tuh, kamu tolongin!" Titah nenek Faija. Pasalnya hanya anak lelaki itu saja yang tidak welcome pada kedatangan keluarga Zeline. Lelaki itu acuh tak acuh.
"Iya Nek." Akhirnya lelaki itu menurut dan langsung menghampiri Zeline yang sedang mengangkut barang-barang yang lumayan berat. Elvano yakini itu sih sepertinya barang-barang untuk seserahan pernikahan Om-nya besok.
"Sini biar gue bantu," desis Elvano. Zeline yang masih merunduk manatap barang bawaanya akhirnya mendongak.
"Gapapa, gausah biar Zeline aj--" ucapan gadis itu menggantung saat melihat wajah Elvano.
Elvano yang sudah siap-siap membantunya, terhenti begitu saja saat Zeline yang tiba-tiba bungkam itu.
Okayy, yey. beres juga nih awal. Uhuy. Gimana gimana pendapat kalian? Seru kah? Mau lanjut kah?
Kira-kira tadi Zeline kenapa ya? tiba-tiba bungkam gitu?
Kenapa hayoh? Ada yang bisa tebak?
Hhhh, ketebak gak yaaa??
Udah tebak dulu aja deh. Mau lanjut? Oh nooo!! tidak semudah itu fergusoo\( ö )/
Ya kalo mau lanjut ramein lah!! Vote, komen sebanyak-banyak nya, share ke temen-temen biar cepet rame cepet lanjut. Intinya gak boleh jadi 'Siders' !
Kalo yang bacanya Offline masih bisa vote sama komen juga kok. Jadi tunggu apalagi? Mau alesan apalagi? Coba dulu aja. Nanti aku replay komenannya kalo gak percaya
:'v
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Cousin (End!)
Ficção Adolescente#Update diusahakan sesering mungkin. Jangan coba-coba mampir ke sini, kalo cuma mau plagiat dan jadi siders doang! ⚠bocil hus hus. Elvano Fauzan, ialah salah satu anggota stracks yang memiliki aura sangar dan kejam apabila berada dengan teman-teman...