Bab 49: Reciprocated or Not, It's Still Love

11 2 1
                                    

Kalau benar cinta itu tak harus saling memiliki, mengapa ada hati yang patah saat perasaannya tidak terbalaskan? Nyatanya, tanpa disadari cinta tumbuh bersama ego. Ego tersebut yang mendorong rasa ingin memiliki dan harapan atas berbalasnya perasaan begitu besar. Namun mereka yang hidup dengan dilengkapi akal dan perasaan adalah makhluk-makhluk yang ulung perihal berpura-pura. Terlebih soal menyembunyikan luka.

***

Eladaria maupun Calestra dihebohkan dengan berita mengenai pernikahan Helena dan Maximus yang tinggal menghitung hari. Padahal, bahkan semesta pun tahu bahwa yang mencintai Eclessie itu sejak ia kecil adalah Darren. Sesosok Eclessie yang mengajarkan sihir pada para The White Soul.

Ternyata sejak ratusan juta tahun lalu, cinta tetap lah sesuatu yang menjadi sebuah misteri.

Selain itu beredar pula berita bahwa para Tetua dan juga para Dewa membuat aturan baru mengenai eksistensi tiap-tiap makhluk di seluruh penjuru semesta. Bahwasanya, kelak para penghuni semesta bukan lagi mereka yang terlahir dari cahaya bintang berupa sosok The White Soul. Melainkan sosok yang dilahirkan dari rahim seorang wanita, disertai dengan takdirnya tanpa harus melalui Decree of Fate di Altar of Justice.

Mengenai kekeliruan yang belakangan ini terjadi saat prosesi sakral di Altar of Justice, para Tetua belum memberikan informasi apapun. Tahu-tahu Decree of Fate akan dihapuskan begitu saja. Para makhluk penghuni Eladaria maupun Calestra beranggapan bahwa itu adalah solusi terbaik agar tiada lagi takdir yang keliru terhadap makhluk-makhluk baru.

Pada sebuah batu besar di tepi sungai yang ada di wilayah kaum Demon, Allan berbaring dengan mata terpejam. Kedua tangannya ia jadikan sebagai alas. Ia dihukum atas hubungan terlarangnya dengan Sherianne sehingga ia tidak diperbolehkan berkeliaran diluar wilayah kaumnya.

"Lihatlah Demon yang menyedihkan ini! Dia pasti sedang merindukan kekasihnya!"

Kalimat menyebalkan beserta suara kekehan yang membuat telinganya panas itu membuat Allan membuka matanya. Ia melihat Darren duduk di sebelahnya dengan pandangan mengarah ke sungai berair jernih di hadapan mereka.

Allan bangkit, ikut duduk.

"Lalu bagaimana denganmu? Sedang menikmati detik-detik menuju patah hati terbesar?" Allan balas menertawai Darren dengan kekehan yang tak kalah menyebalkan.

"Aku bahkan sudah merasakan patah hati terlebih dahulu sejak ia mengganggapku tak lebih dari sekedar sahabat." Darren menyeringai masam.

Darren adalah Eclessie satus-satunya yang boleh menginjakkan kaki di wilayah seluruh kaum. Selain mengajarkan sihir, dirinya juga merupakan seseorang yang memantau jika sewaktu-waktu sihir tersebut disalah gunakan.

Maka di sini lah ia sekarang. Di wilayah kaum Demon menemui mantan muridnya yang berakhir dengan takdir sebagai sosok Demon.

"Ku dengan kau tertangkap basah sedang bersetubuh dengan sesosok Bidadari, apa itu benar?" tanya Darren kemudian untuk memastikan.

Darren ingin tahu, Bidadari bodoh mana yang jatuh cinta pada Demon jelek seperti mantan muridnya itu? Atau mungkin Bidadari itu mengalami kelainan pada penglihatannya?

"Jaga bicaramu!" bentak Allan. "Hanya karena aku seorang Demon apa kau pikir aku akan melakukan hal kotor itu sebelum kami terikat janji pernikahan?"

Demon itu merasa harga dirinya terluka.

"Hei! Sampai kapanpun, aku tetaplah gurumu, kalau kau lupa! Kau yang seharusnya menjaga sikap padaku!"

SherianneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang