"Eh.. tapi bentar.." Gawat. Apa lagi ini?
Kazutora menekuk alisnya. "Siapa nama lo? Kok kayanya gue baru pertama kali liat lo? Lo anak baru di sekolah?" Tanyanya. Yah.. dia mulai curiga.
"Gue bukan orang sini" Jawabnya singkat lalu berlari meninggalkan kazutora yang setia berdiri didepan gerbang rumahnya sembari masih menatap 'teman adiknya' yang semakin menghilang dari pandangannya
(Name) berhenti di sebuah halte bus saat menyadari dirinya berlari tanpa tujuan. "Ini gue dimana lagi? Argh!" Ucapnya frustasi. Lalu ia mendudukkan bokongnya ke kursi yang ada di halte bus tersebut
Wajahnya sudah sempurna untuk mendeskripsikan orang yang sedang frustasi. Alis yang ditekuk kebawah, dada yang naik turun, serta kedua tangan yang sedikit menjambak rambut depannya
"Ah.. Tuhan tolonglah.. pengen pulang please.." Pintanya. Tiba tiba ada yang memanggil namanya dan ia menoleh dan mendapati Vio sedang berlari kearahnya.
"(Name)!" Panggil Vio sambil berlari kearah (Name). "Hah..huh..hah..huh.." Vio menetralkan napasnya karena kelelahan berlari
(Name) berdiri dari duduknya dan mencengkeram pelan kedua pundak Vio. "Darimana aja lo? Gue cariin gak ketemu. Gu-gue panik banget tau.." Tanya (Name) dengan terbata-bata.
"Kurang ajar ya lo. Gue tadi teleponan di pojok gerbang. Pas udah selesai call gue mau nyamperin lo. Lo nya malah lari, anjir! Udah gue panggilin suruh berhenti tapi lo-nya malah terus lari" Jelasnya terengah-engah
"Mana cepet banget lagi lo lari, kaya ceking yang di Ronaldo Wati itu. Aduh.. kaki gue pegel.."Lanjutnya. Lalu Vio duduk di kursi halte bus itu sembari memegangi dan mengusap-usap lututnya yang terasa linu
"Bikin gue panik tau gak lo? Gue tuh gak bawa hape" Ucap (Name). "Siapa suruh hape lo tinggal?" Tanya Vio melirik kearah (Name)
(Name) mendecakkan lidahnya kesal. "Pulangnya mau naik apa kita ini?" Tanya (Name). "Bus aja lah, lagian kan kita udah di sini" Jawab Vio seadanya dan diangguki kepala oleh (Name)
🥀
Disisi lain. Beberapa saat yang lalu, Rindou yang sedang mondar-mandir di ruang keluarga itu sibuk membolak-balikkan ponselnya berharap ada chat darinya yang dibalas oleh kekasihnya.
Ran yang sedang melihat Boboiboy di televisi itu pun terganggu dengan Rindou yang mondar-mandir di hadapannya. "Awas woy, kepala lo ngehalangin tv tau gak? Gopal udah mau menang itu, duduk sana."
"Diem lo bang. Gue lagi males denger bacot lo" ketusnya menatap sinis kearah ran.
Mendengar suara tembak tembakan dari televisi yang tertutup oleh kepala Rindou, ran tau sedang ada adegan seru disana.
Dan Rindou yang tetap berdiri itu membuatnya sangat kesal. Ran pun berdiri dari sofa yang di duduki nya "Minggir anj--AU!!" Kaki ran terpentok sudut meja yang terbuat dari kaca. Rindou yang melihatnya pun dibuat mati-matian menahan tawanya.
"Durhaka banget ya lo! Dasar manusia dzolim. Bukannya ditolong" protes ran.
"Ya terserah gue mau nolong lo apa enggak. Kok nyuruh?" Ucap Rindou meremehkan. Ran pun tetap melanjutkan aktivitas mengusap-usap lututnya yang terasa linu
Rindou mendudukkan dirinya ke sofa panjang yang tadinya juga di duduki oleh Ran. Ran mengalihkan atensinya ke layar televisi.
Kartun Boboiboy yang ia tonton tadi sudah selesai dan berubah menjadi kartun Barbie. Ran yang melihat itu segera mengambil remote dan mematikan televisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Slow Up] RAIN IN THE SUN (Haitani rindou x readers)
Fanfiction"nyari lo itu susah (name), dan disaat gue nemuin lo sekarang, lo nyuruh gue buat ngejauh? lo ga mikir apa yang gue rasain selama ini, disaat nunggu waktu ini terjadi?" - rindou "Ini demi kiran sama miya rind, lo ga boleh egois.." -(name) "(Name)! G...