Chapter 33.

51 5 2
                                    

(Fyi : kalau dia pakai gue-lo berarti mereka pakai bahasa Jepang. Kalau pakai bahasa baku, berarti ngomong pake Indonesia)

Disini Rena sekarang berada. Di rumah sakit.

Ia sudah duduk termenung didepan ruang operasi sejak sepuluh jam terakhir.

Ia belum makan apa-apa sedari pagi dan kini hari sudah terik.

Ia hanya termenung dan termenung. Hanya itu yang dilakukan olehnya sedari tadi.

Jika agensi mengetahui hal ini, ia yakin ia akan dibunuh. Bukan masalah takut mati, tapi Rena hanya kepikiran nasib si kembar yang ia titipkan di rumah bu Susan yang merupakan ketua agensinya.

Jangan sampai Vino dan Vinara disakiti oleh mereka. Bagaimanapun juga, ini salah Rena sendiri.

Ting!

Lampu ruang operasi yang tadinya menyala, seketika mati. Dan sesaat kemudian ada seorang wanita keluar dari sana.

Rena beranjak dari duduknya dan mendekati wanita tersebut yang tak lain ialah dokter yang menangani operasi Rindou.

"Bagaimana keadaannya dokter? Apa dia selamat?" Tanya Rena.

Dokter tersebut mengangguk, dan hal ini tentunya membuat Rena lega. Rena pun menghela nafas pelan.

"Tapi, ia harus disini dulu untuk beberapa hari. Dan akan dipindahkan ke ruang rawat inap terlebih dahulu" dokter wanita itu berucap demikian.

Dan bertepatan dengan itu, pintu ruang operasi dibuka. Dan terlihat dua orang suster yang mendorong brankar, yang diatasnya terdapat Rindou yang menutup matanya.

"Rindou.." lirih Rena.

"Kalau begitu saya permisi ya" ujar dokter wanita tersebut lalu pergi dari sana.

****

Seorang lelaki dengan perawakan tubuh tinggi kekar, berlari kearah ruang ketua agensi dengan buru-buru.

"Ketua, ada yang ingin saya bicarakan" ucapnya terengah-engah sembari mengatur napas.

Bu Susan selaku ketua agensi yang sedang melamun itu, kini atensinya teralihkan pada pria tersebut. "Bicara soal apa?" Tanyanya.

"Kali ini Rena gagal menjalankan misinya. Ia malah menolong pria itu dan membawanya ke rumah sakit." Ujar pria tersebut.

Alih-alih terlihat marah, bu Susan malah terlihat begitu bahagia. Ia tersenyum.

"Bagus kalau begitu" ujarnya.

Pria tersebut mengeryitkan dahinya. "Bagus apanya? Ia berkhianat" ucapnya.

Bu Susan melotot tak senang ketika Rena dikatai pengkhianat oleh pria itu.

"Hei jaga omonganmu! Dasar badut! Jangan sok menghakiminya. Kau lupa? Kau hanya agen dan dia adalah top 3 killer. Ingat itu! Jangan berani merendahkan Rena di hadapan saya lagi. Sudah, pergi sana!" Marahnya.

Pria itu beringsut keluar ruangan ketua agensi dengan memasang raut wajah yang kusut.

Didalam sana, bu Susan tersenyum. "Akhirnya berhasil juga.. selamat Rena" ujarnya.

****

Beberapa jam kemudian, Rindou terbangun. Matanya perlahan membuka dan melirik ke penjuru ruangan.

Tempat apa ini? Sepertinya rumah sakit. Ia melirik ke tangannya, terdapat jarum infus terpasang disana.

Rindou menghela napas pelan. Ia memaksakan dirinya yang masih sangat lemas, untuk duduk.

[Slow Up] RAIN IN THE SUN (Haitani rindou x readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang