Naraya masuk ke dalam kelas nya, sebelum itu ia mengetuk pintu terlebih dahulu sebab di dalam ada guru yg tengah mengajar.
Tok
Tok
Tok
"Permisi bu?" Ucap Nara dengan nada lembut
"Dari mana saja kamu anara audriani? Jam pelajaran saya mau usai tapi kamu baru datang?! Mau jadi siswa nakal kami hah?!" Cerocos guru nya dengan nada marah.
"Saya dari UKS Bu" Nara menunjukkan lutut nya yg di plester dan telapak tangan nya yg lecet "saya jatuh Bu, dan pinggang saya sakit" adu nya dengan memasang wajah menyedihkan membuat guru itu menghela nafas pelan, merasa iba.
"Baik lah. kamu boleh duduk" titah nya. Nara bersorak girang, padahal itu hanya lecet sedikit saja. Beruntung lah dia memiliki wajah protagonis saat ini, jadi memanfaatkan nya dengan pasang wajah memelas seperti tadi.
Nara berjalan dengan tertatih menuju kursinya, totalitas sekali akting gadis itu. Ia kemudian mendudukkan diri di sebelah gisel teman sebangku nya.
"Nara, gue gak lihat lo pas istirahat. Lo kemana? Terus itu jatuh di mana?" Bisik gisel, membuat Nara berdecak kesal atas kekepoan gadis di samping nya.
"Banyak tanya lo. Gue di uks, liat nih telapak tangan gue lecet" jawab nya.
"Gue kan nanya ra" decak gisel "hilang ingatan bisa bikin lo berubah juga ya... Sebelum lo amnesia, lo itu lugu ngomong aja aku, kamu. Dan kalau ke mana mana selalu ama temen deket lo si mutia" kata gisel. "Aneh aja pas lo jauh sama dia" lanjut gisel
"Mutia yang duduk di depan itu bukan?" Bisik Nara, mereka mulai merumpi sambil berbisik sebab takut kena semprot guru.
"Iya. lo dari kelas sepuluh temen duduk nya sama dia" sahut gisel
"Gue deket gak ama lo?" Tanya Nara. Dan gisel mengangguk.
"Lo tuh berteman sama semua nya disini. Musuh lo itu cuma kristal and geng aja, mereka yang selalu bully lo karena lo deket sama pacar nya kristal yg nama nya leon. Kalau disini, kita berbaur aja. Apalagi lu siswi kesayangan ketos, udah pasti lah lu di temenin sama semua yang ada dikelas ini" terang gisel, Nara sontak senang, sebab ia mendapat kan informasi tentang anara dengan mudah dari gadis cerewet ini.
"Jadi anara_maksud nya, gue tuh kesayangan Dev si ketos?" Tanya Nara.
"Iya. Dia naksir lu, tapi lu selalu tolak karena belum mau pacaran" jawab gisel
"Kok bisa sih? Dia naksir cewek cupu, kampungan, norak kayak si anara" cibir Nara saat mengingat penampilan anara yang monoton, rambut dikepang dua, tanpa polesan liptint dan kaca mata yg selalu bertengger di wajah nya.
"Lo ngomongin diri lo sendri?" Kata gisel mengerjap polos.
"Eh_" kikuk Nara.
.
.
.
Jam pulang sekolah tiba.
Anara melangkah kan kaki menuju ke luar sekolah, ia akan berubah menjadi gadis manis di hadapan ibu nya. Agar sang ibu merasa tidak curiga dengan perubahan nya yang sangat kontras.
"Anara... " panggil seseorang gadis dari belakang langsung memegangi tangan nya
"Eh? Apa?" Tanya nara
"Kamu berubah! Kenapa kamu rubah penampilan kamu, cuma karena kamu hilang ingatan kamu berubah semua nya. Aku lebih suka penampilan kami yang dulu, lebih cantik dan lugu" ucap gadis itu
"Apaan sih lo!" jengah Nara "gue yang dulu sama sekarang beda, btw cuma lo doang yang ngomong penampilan gue lebih bagus yang dulu. Gue malah nyesel pernah berpenampilan cupu kayak dulu" ucap Nara
Gadis itu menitikan air mata, "aku kecewa sama kamu Nara, kita ini sahabat dari smp" kata nya.
Mata Nara memicing menatap gadis di depan nya "lo Mutia?" Dan gadis itu mengangguk.
Nara langsung merangkul nya "ya kita tetap sahabatan, tapi gue gak akan bisa balik kaya dlu lagi" 'soal nya gue bukan anara' lanjut nya dalam hati.
"Kenapa?" Tutur gadis itu dengan mata berkaca kaca.
"Gak bisa aja" jawab Nara asal
"Kita duduk bareng lagi ya didepan" kata Mutia.
"Sorry mata gue udah sembuh. Dan gue gak suka duduk di depan" tolak Nara "udah dulu ya, gue duluan udah di jemput ibu" Nara berlari meninggal kan gadis itu.
.
.
.
Di sisi lain.
"Leon kamu kenapa sih diem aja dari tadi" gerutu kristal, yg saat ini berada di satu mobil dengan kekasih nya.
"Lagi capek aja" jawab leon, padahal ia sedang memikirkan perubahan sifat anara.
'Apa dia dendam sama gue? Karena gue selalu diem saat dia di bully kristal" ucap nya dalam hati.
"Bohong! kamu hari ini beda leon!" Kukuh kristal
"Beda apa sih! Jangan asal nuduh, aku lagi capek. Aku antar kamu pulang aja. Jalan nya lain kali, aku lagi bad mood" ucap leon membuat kristal semakin kesal dibuat nya
"Ck! tau ah!" Kesal nya.
Mobil pun sampai di kediaman megah milik brama Bimantara, kristal keluar dari mobil tanpa mengucap sepatah kata pun.
Brak.
Bunyi pintu mobil yang di banting "sabar leon" gumam leon. Kemudian melajukan mobil nya.
Kristal masuk kedalam rumah sambil misuh misuh kesal "nyebelin banget sih. Gue kan lagi marah, dia malah pergi tanpa minta maaf.. Ini pasti gara gara si cupu itu lagi! Eh, dia masih hidup gak ya? Harus nya sih mati" ucap kristal yang tak menyadari jika ia sudah bertemu dengan anara.
"Siapa yang mati kristal?" Tanya brama, seketika kristal menegang
"I_itu pa. Yang mati itu semut, tadi aku di gigit semut hehe" jawab nya kikuk.
"Ohh semut" brama langsung pergi keluar rumah "papa pergi dulu jemput mama mu di sekolah" ucap nya sebelum pergi.
"Iya pa"
"Hufft.. Untung papa gak denger semua nya" ucap kristal
.
.
.
Malam, hari di kediaman anara
"Ibu, Nara ijin ke luar ya" ijin nya pada widuri
"Keluar ke mana sayang? Jangan keluar malem malem gak baik buat kesehatan, kamu juga baru sembuh" ucap Ibu nya sambil sibuk dengan pekerjaan nya, mengelap meja. Hari ini kedai nya ramai jadi tutup jam tujuh malam dan jualan nya pun sudah habis.
"Ke rumah temen bu, bentar aja kok bu. Nara juga udah sehat" rayu pantang menyerah.
"Ya udah boleh tapi jam sembilan harus sudah ada di rumah" syarat sang ibu.
"Bentar banget bu" protes nara.
"Kamu juga biasa nya gak keluar malam nara" sahut ibu nya
"Eh. Iya deh bu, jam sembilan Nara udah di rumah" dari pada gak keluar sama sekali batin Nara. "Nara pinjam motor ya bu" ucap Nara.
"Loh? Sejak kapan kamu bisa mengendarai motor? Biasa nya juga pakai sepeda" heran sang ibu
"Oh aku gak bisa bawah motor ya? Tapi sekarang bisa kok bu. Capek kalau bawah sepeda, lama juga, pinjam motor nya ya bu" pinta nya
"Ini" meski heran widuri tetap meminjamkan motor nya pada Nara "hati hati bawah nya ya" ucap nya.
"Iya bu, aku pamit ya" ucap Nara kemudian pergi ke tempat tujuan nya.
Widuri menatap heran, kepergian anara yg mengendarai sepeda motor milik nya "putri ibu banyak berubah setelah hilang ingatan" gumam nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Badgirl (Pembalasan Dendam)
Short StoryKisah gadis bar bar yang transmigrasi ke tubuh gadis cupu.