22. Sedikit pelajaran untuk desi

1K 46 0
                                    

Anara di antarkan pulang oleh cakra, sampai di depan rumah nya. Mereka melihat widuri tengah membereskan kedai nya.

Cakra ikut turun dari motor untuk sekedar menyapa widuri.

"Nara pulang..." Teriak Nara

"Gak usah teriak sayang.." Ucap widuri saat Nara mencium tangan nya "wah.. Kamu bawah calon mantu ibu" ujar nya saat melihat cakra.

"Selamat sore tante" ucap cakra dengan tersenyum malu

"Ibu cakra gak mau jadi calon mantu ibu tuh! Dia nolak aku tadi" adu Nara. Sontak saja membuat cakra malu atas kejujuran Nara.

"I_ itu tante" kikuk cakra

"Gak apa nak cakra. Maaf kan Nara ya, dia memang agak blak blakan akhir akhir ini. Kita makan bersama ya di sini" ujar widuri.

"Eum gak usah tante. Udah sore, cakra pamit pulang aja" ucap cakra.

"Iya sana pulang aja" usir Nara. "Ibu, nanti Nara cariin calon mantu yg lebih kaya sama ganteng ya dari pada si cicak!" Lanjut nya

"Cicak?" Tanya widuri

"Iya tuh. Dia tuh cicak!" Sinis Nara sambil menunjuk cakra.

"Sayang gak boleh gitu!" peringat widuri "nak cakra maafin Nara ya" ucap nya tak enak hati

"Iya tante udah biasa kok. Saya pamit ya" pamit cakra sambil menatap penuh permusuhan dengan Nara.

.

.

.

Malam hari nya anara mengendari mobil bersama bersama Denis, mengikuti beberapa motor yg berada di depan nya. Seperti biasa ia keluar dari rumah dengan bergelantungan lewat jendela, karena jika ijin pasti sang ibu tak mengijinkan nya keluar rumah, jadi anak rumahan memang tak enak, bagi Nara yg suka kebebasan.

"Hehe... Enak aja dia pake mobil dapet minta dari bokap gue, gue ambil ya desi" ucap Nara seraya tersenyum meledek.

"Siapa aja yg di mobil itu?" Tanya Denis.

"Cuma dia sendirian" jawab Nara. Nara sudah meminta orang untuk mengikuti desi dan memantau nya. Saat desi keluar sendirian itulah, saat yg tepat untuk ia melakukan sedikit pelajaran pada pelakor itu.

Di sisi lain, desi merasa aneh ada 4 motor yg mengepung mobil nya.

Tuk

Tuk

"Keluar lo!" Teriak salah satu orang itu sambil mengetuk kaca mobil

"Mereka siapa?! Jangan jangan begal" panik desi "A_ aku harus telpon mas brama" panik desi, saking panik nya ia malah menjatuhkan ponsel nya.

"Keluar atau gue tembak lo" teriak pria berbadan besar

Dengan gemetar desi keluar dari mobil nya "Mau apa kalian?" Tanya desi.

"Minggir!" Desi di langsung di dorong sampai jatuh. "Bawa mobil nya" ucap pria berbadan besar itu.

"Eh jangan bawa mobil saya! Tolong... Tolong..." Teriak desi saat mobil nya hendak di bawa salah satu orang itu.

"Diem! Atau gue gorok leher lu!" Ancam pria berbadan besar itu menempel kan pisau pada leher desi.

"Tapi, tas saya sama ponsel masih di dalam. Kalian boleh ambil mobil saya jangan mobil saya... Pliss..." Ucap desi memohon

"Oh.. Lu beneran pengen di gorok ternyata" desis pria itu

"Ja_ jangan! Jangan Buhuh saya" ucap desi memohon

Pria itu menempel kan ujung pisau ke pipi desi hingga tergores.

"Arrghh.." Ringis nya.

"Ini baru peringatan desi" ucap pria itu kemudian pergi meninggalkan desi.

Setelah rombongan itu pergi desi menjerit meminta tolong "tolong... Tolong..." Teriak nya "HP ku di mobil lagi, gimana aku kabarin mas bram. Di sini juga sepi" tak lama ada sebuah mobil melintas jalan itu, dengan semangat desi melambaikan tangan nya dan berjalan ke tengah jalan.

Namun bukan nya berhenti, mobil itu melaju dengan kencang "a_ apa mobil itu mau menabrak ku?" Desi langsung berlari ke pinggir, namun sayang ia tersrempet sedikit.

Bruk. Ia terpenting

"Argh... Kaki ku... Tolong! Tolong!" Ringis desi sambil berteriak.

Di sisi lain, Nara tersenyum puas "puas banget gue malem nih" ucap nya.

.

.

.

Di sisi lain.

"Kamu di mana desi? Sudah tengah malam belum pulang juga" gumam brama "telpon nya juga nggk aktif" lanjut nya, sambil berjalan bolak balik.

Tringg... Notif pesan masuk.

'𝑨𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒏𝒂𝒑 𝒅𝒊 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏 𝒌𝒖 𝒎𝒂𝒔'

Brama langsung menghubungi nomor itu namun tidak ada jawaban "aneh sekali" ia kemudian mengetik pesan untuk istri nya.

'𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒕𝒆𝒍𝒑𝒐𝒏 𝒌𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒊 𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕?'

Namun ceklis satu, "mungkin dia menginap di rumah Cassandra untuk menenangkan diri nya yg masih syok" gumam Brama.

Sore tadi, desi meminta ijin ke rumah kakak nya yg bernama Cassandra untuk menceritakan teror yg ia dapat pagi tadi.

Di tempat lain Nara terbahak

"Hahaha... Untung si Brama bodoh! Gue yakin dia percaya percaya aja sama pesan yg gue kirim! Apa pun ucapan jalang itu, dia kan selalu percaya" ujar nya sambil terkekeh "hufft... Jalang desi mulai sekarang lo harus belajar jadi gembel tidur di jalanan,  karena gue gak akan biarin lu terus enak enak tinggal di rumah gue" ucap Nara.

Ia melihat isi ponsel desi, dan menyalin seluruh data nya. "Wuah ini sih jacktop! Gue gak harus repot ngehancurin dia, semua nya ada di sini" ucap nya. Ia melihat beberapa pesan yg membuat nya kesal "brengsek!" Umpat nya.

Kemudian ia meneruskan membaca setiap chat yg ada di ponsel desi. Pada awal nya ponsel itu terkunci, namun apa sih yg tidak bisa di lakukan oleh Gerald. Ia meminta seorang ahli untuk membuka ponsel itu tanpa merusak data nya.

"Wow... Wow wow!! Papa menyedihkan sekali diri mu menikah dengan perempuan yg masih jadi istri orang hahahaha" ujar anara.

"Emang enak sih kayak nya juga poliandri. Gue jadi pengen nikahin bang ge, cakra sama dev deh" ucap nya cekikikan namun air mata nya keluar tanpa bisa di cegah.

"Hiks... Ketawa dong!" Ia menampar diri nya sendiri "hahaha ketawa ayo ketawa Nara hiks... Hiks..." Ia menatap langit langit kamar nya. Ia teringat momen saat ia kecil, di sayang dan di manja oleh ayah ibu nya. Ia juga turut merasakan kesedihan ayah nya, saat sang ibu di vonis kanker. Ia pikir sang ayah adalah lelaki setia sampai ia pernah berdoa ingin memiliki kekasih seperti ayah nya. Namun sayang, fakta mengejutkan membuat nya tertampar pada kenyataan.

"Pa.. Seandai nya papa tau perempuan seperti apa yg papa bela sampai meninggalkan Nara dan mama di saat mama sekarat, hiks... Apa papa bakal nyesel?" Ucap nya seolah berbicara pada Brama.

"Hiks... Aku akan diem pa sampai papa merasakan hidup papa sempurna bersama wanita pilihan papa. Tapi maaf..." Ucap nya "di saat puncak kebahagiaan papa, aku akan menghancurkan nya. Sebagai balasan setiap tamparan yg papa kasih buat aku hiks... Dan setiap air mata mama hiks... Aku benci papa" Nara memukul mukul dada nya yg terasa sangat sesak.

"Sesek! Sesek rasanya hiks..."

"Gue gak suka sesek begini hiks.."

Di balik sikap ceria nya, setiap canda nya. Ada kesedihan mendalam di dalam nya. Di kecewakan cinta pertama nya, dan kehilangan sang ibu yg menjadi dunia nya. Tentu saja ia selalu sesak setiap mengingat itu, semua canda hanya untuk menutupi kesedihan yg ia pendam.

Ia menangis sendirian tanpa ada yg tau, di dalam kamar nya sampai ia terlelap.

Transmigrasi Badgirl (Pembalasan Dendam) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang