15. Dating with cakra

1.5K 63 0
                                    

Denis dan Nara sampai di sebuah taman sesuai dengan keinginan anara. Mereka berdiri di tepian danau.

"Sekarang lu harus jelasin semuanya sama gue ra. Kenapa lo nyuri di rumah bokap nya Naraya" kata Denis.

"Seandainya gue bilang kalo gue ini Naraya apa lo percaya?" Ucap Nara, Denis terdiam namun matanya menatap anara dengan lekat.

"Gue ke sana, ngambil semua barang berharga milik gue dan nyokap gue. Gue gak rela Desi sama Kristal nguasain semua milik gue dan nyokap"

Denis masih terdiam

"Gue tau.. Sulit buat lo percaya sama gue. Tapi sehabis kecelakaan itu gue bangun udah di tubuh anara, gue juga gak ngerti ini semua di luar kata masuk akal. Tapi gue pengen lo tau kebenarannya, lo sahabat deket gue nis, lo tau gue dari kita anak anak, lo hafal sifat gue, tingkah gue, semuanya. Kita sahabat dari kecil, gue harap lu percaya dengan hal yg mungkin bagi lu ini mustahil. Gue bilang ini ke lo, karena gue gak bisa jadi orang baru di hidup lo, gue pengen kita seperti dulu layak nya saudara, lo udah gue anggap abang gue sendiri" ucap nara, ia berharap Denis akan percaya, setidaknya ia sudah jujur. Kemudian berjalan pergi meninggalkan Denis, namun terhenti kala Denis memanggilnya.

"Naraya..." Panggil denis

Tes

Air mata Nara luruh seketika, akhir nya ada orang yg mengetahui bila diri nya masih hidup, ia membalikan badan nya, menghadap Denis yg masih berdiri di tempat nya, ia bisa melihat jelas tangan lelaki itu mengepal erat.

"Hiks.. Apaan" ketua Naraya dengan jejak air mata yg masih terlihat di ke dua pipi gadis itu.

"Lo di panggil kepala sekolah noh! Bikin ulah apa lagi sih lo, hobby banget keluar masuk ruang BK" kata denis dengan mata memerah

"Gue hiks... Gue gak pernah bikin masalah! Tapi masalah yg dateng nyamperin gue. Lama lama gue jadiin pacar juga tuh si masalah" jawab Nara

(Ada di chapter 1) kata yg biasa Denis naraya ucap, saat salah satu dari mereka kena panggil guru. Terlebih naraya yg bandel nya kelewat batas.

"Sini ra" panggil Denis sambil merentangkan tangan nya. Naraya sontak berlari dan masuk ke dalam pelukan lelaki itu.

"Hiks.. Gue takut nis! Gue takuuut, gue sendiri hiks.. Orang orang jahat sama gue huwaaaa.. Gue sendiri" isak nara.

"Ada gue ra. Ada gue" Denis mengelus surai rambut Nara "gue percaya ini lo, lo saudara gue, sahabat gue, adik nakal nya gue. Lo gak sendiri lo punya gue" ujar Denis dengan mata merah menahan tangis "gue kira kita gak akan ketemu lagi. Gue bersyukur ketemu sama sosok yg mirip lo, dan ternyata sosok itu lo sendiri"

"Semua orang bilang gue udah mati nis. Hati gue sakit nis! Gue juga takut sendirian! Apalagi sekarang, gue makin takut... Jadi anara bikin musuh gue nambah nis, gue takut hiks... Takut nis" adu Nara dengan tangis menyayat hati

"Gue bakal jagain lo, lo gak sendiri, lo punya gue ra"

Bagaimana pun, naraya hanya seorang gadis remaja biasa yg di paksa harus menjadi sosok yg tegar. Kehilangan sosok kedua orang tuanya, membuat ia meraba mencari arah jalan hidup nya sendiri tanpa bimbingan orang tua. Hanya Denis, teman sedari kecilnya, yg selalu bersama nya. Bahkan rela membagi kasih sayang orang tua nya dengan Naraya, yg juga membutuhkan kasih sayang orang tua.

.

.

.

Malam pukul tujuh, naraya merias diri. Ia sesekali memutar tubuh nya yg di balut dress bunga bunga selutut berwarna pink di balut kardigan putih. Ia tampil begitu cantik, tidak tampak seperti gadis tomboy kebanyakan, naraya memang jago bela diri namun, ia tetap suka berpenampilan feminim.

Transmigrasi Badgirl (Pembalasan Dendam) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang