Anara dan cakra berdiri di pinggir pagar pembatas lantai dua di depan kelas. Mereka memperhatikan jasad Rani yg di masuk kan ke dalam kantung jenazah dan di bawah menuju ke Ambulance. Orang tua Rani terlebih ibu nya, menangis histeris. Hal itu tentu saja membuat rasa bersalah anara semakin menyeruak di dalam hati.
"Harus nya gue gak kebelet tadi" ucap nya "coba saja gue datang kesana langsung. Coba aja gue gak kelupaan, apa masih bisa Rani selamat" lirih nya. Ia terus menggumamkan kan kata 'coba saja' sebagai ungkapan seandainya..
"Ini bukan salah lo. Takdir hidup nya emang udah begitu" sahut cakra.
"Tapi kalau gue datang kesana... Mungkin dia masih hidup" gumam nya yg masih di dengar cakra "tapi perut gue mules banget tadi, kalo gue kesana bisa aja gue yang gak selamat" ucap nya.
Cakra terkekeh singkat "iya kalo lo ke sana, lo yg gak akan selamat" jawab nya.
"Iya.. Gue juga dalam keadaan darurat tadi. Tapi, tetep aja gue salah! Gue bahkan lupa sama pesan nya rani" ucap nya merutuki diri.
"Kok kamu di sini?" Ucap seseorang, sontak membuat anara dan cakra menoleh ke arah nya
"Emang gue harus nya di mana?" Tanya Nara.
Gadis itu terdiam "kirain liat yg di bawah. Ramai wartawan loh" tunjuk nya "aku ke kelas dulu" gadis itu langsung melengos pergi.
Anara menoleh ke arah cakra yg tengah menatap nya intens "lo liat yg gue liat di rooftop" Tanya Nara.
Cakra mengangguk "hem"
"Menurut lo gimana?" Tanya Nara
"Libatin gue. Jangan bertindak sendiri, mereka psikopat" ucap cakra
"Mereka? Maksud lo lebih dari satu?" Cakra kembali mengangguk.
"Gue bisa atasi sendiri kok. Semoga pihak berwajib nemuin titik terang" ucap Nara penuh harap. "Gue tau target mereka itu gue kan?" Nara menatap cakra dengan intens
"Target nya emang lu. Untung nya lu bernasib bagus dengan gak datang" jawab cakra kembali menatap ke arah lapangan di mana ramai wartawan, hari pun sudah petang. Masih banyak siswa yang belum pulang, memilih untuk melihat proses penyelidikan.
"Kalau gue datang apa mungkin seperti_" Nara tak sanggup melanjutkan ucapan nya.
"Rani hamil" ucap cakra membuat Nara syok "gue yakin, pasti kasus nya jadi bunuh diri"
"Lo tau dari mana? Jangan bilang?" Nara menatap tak percaya ke arah cakra.
"Gak ya! Gila aja lo bocil! Gue gak sehina itu. Bukan gue pelaku nya, nanti juga rilis keterangan nya besok. Yg jelas bukan gue, awas lu mikir macem macem" ucap cakra.
"Hufft... Untung bukan lu" ucap Nara mengelus dada lega.
"Kenapa lo? Cemburu ya kalau itu gue?" Kata cakra yang kepedean.
"Gue bakal bunuh lo. Kalo lo yg lakuin itu!" Nara menatap tajam cakra. Cakra hanya terkekeh menanggapi nya.
"Rani bakal tetep di bunuh dengan datang atau gak nya dengan lo. Karena mereka mau lo jadi kambing hitam nya" Ungkap cakra
"Huh! Sialan.." Desis Nara.
"Selalu libatin gue dalam segala hal mengenai ini. Lawan lo bukan orang sembarangan" ucap cakra menyakinkan.
"Gue tau..." Lirih Nara. Cakra menoleh ke arah nya.
"Tau apa?"
"Lo suka kan sama gue. Tapi maaf, lo bukan tipe gue cak! Jangan benci gue ya" ucap Nara dengan raut wajah sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Badgirl (Pembalasan Dendam)
Short StoryKisah gadis bar bar yang transmigrasi ke tubuh gadis cupu.