18. Sugar daddy nya kristal!

1.2K 49 0
                                    

"Lu taruh di mana kunci motor lu? Ya kali jalan sendiri dari meja terus ngumpet" ucap sean membuat Nara dan gisel tergelak.

Saat ini mereka berlima tengah mencari kunci motor dev yg tiba tiba hilang di rumah gisel, saat usai menyelesaikan tugas kelompok mereka dan memutuskan untuk pulang karena hari pun sudah mulai gelap, tiba tiba dev kepanikan mencari kunci motor nya yg hilang padahal ia ingat jika ia menaruh nya di meja tadi.

"Serius anjir! Gue taruh di meja tadi. Kok bisa ilang sih" panik dev.

"Tar juga ketemu dev" ucap Nara "se anter gue balik yuk, pala gue udah pusing nih abis nguras pikiran" kata Nara.

"Mana ada nguras pikiran! Lo tuh kerja nya cuma ngabisin cemilan gue doang ya. Yg mikir itu kita doang bertiga, lu ama sean malah gibah" ucap gisel tak Terima. Benar apa kata nya sih, Nara dan sean tidak membantu, mereka hanya mengobrol dan menghabiskan cemilan.

"Heh ngabisin makanan juga pake pikiran tau" dengus Nara.

"Ra. Lo kok tega sih mau balik duluan, gak setia banget lu ama suami" keluh dev "tega banget"

"Ya maksud gue. Em... Gimana ya, aduh gue udah gak bisa mikir nih. Gue laper" kata Nara "ayo balik dev, tar juga ketemu. Ayo se anter gue sama dev balik" ajak Nara langsung menarik dev untuk pulang bersama naik mobil nya sean.

"Terus motor gue gimana?" Kata dev.

"Gak bakalan ilang dev. Besok lu baru balik lagi ke sini buat ambil, lagian banyak duit juga ilang satu mah gapapa kali"  kata Nara.

"Enak aja jangan dong. Tuh motor kesayangan gue" omel dev "sel nitip motor ya" kata dev. Gisel mengacungkan jempol nya.

"Gue balik ya sel" pamit sean.

"Tunggu" ucap Mutia, semua menoleh ke arah nya "ini" dia menyodorkan kunci motor milik dev.

"Loh? Lo nemu ini di mana?" Tanya dev.

"Di situ deket motor kamu" kata mutia

"Jatuh kali ya" ucap Nara "lo kan ceroboh dev"

"Gak salah? Lo tuh ya suka ceroboh!" Timpal dev pada Nara "tapi aneh banget ya kok bisa ada di situ. Gue inget banget naro di meja tadi"

"Ya udah sih ya penting ketemu. Ribet banget" gerutu Nara.

"Dev boleh gak aku nebeng kmu aja? Aku lebih suka naik motor" pinta mutia

"Tapi gue udah janji anter Nara mut" ucap dev.

Nara melihat itu terdiam tidak mau ikut menimpali, ia ingin tau dev memilih mengantar siapa.

"Ck! Gak usah drama. Lama lama gue balik sendiri nih" ucap sean yg kesal menunggu

"Lo bareng sean aja ya mut, ayo ra" ucap dev. Anara mengikut pada dev, ia tersenyum sekilas pada mutia.

"Bye mumut" kata Nara.

.

.

.

Usai membersihkan diri, Nara langsung merebahkan tubuh nya di atas kasur single nya. Tangan nya perlahan membuka buku bersampul ungu itu, itu adalah diary anara yg kemarin ia temukan saat ia mengobrak abrik lemari anara untuk menyembunyikan aset milik nya.

"Baca sekarang jangan ya" Gumam nya "hoaammhh ngantuk bener dah nih mata" kemudian ia membuka buku halaman pertama diary anara.

'𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑖, ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑘𝑖𝑎𝑛 𝑁𝑎𝑟𝑎 𝑟𝑖𝑛𝑑𝑢 𝑝𝑎𝑝𝑎, 𝑟𝑖𝑛𝑑𝑢 𝑘𝑎𝑘 𝐺𝑙𝑎𝑑𝑦𝑠... 𝑁𝑎𝑟𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑘 𝐺𝑙𝑎𝑑𝑦𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑘𝑖 𝑁𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑝𝑎, 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑑𝑖𝑘 𝑠𝑒𝑖𝑏𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑘𝑎𝑘, 𝑚𝑒𝑠𝑘𝑖 𝑝𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑁𝑎𝑟𝑎 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑎𝑚. 𝑁𝑎𝑟𝑎 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑖 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛. 𝑀𝑎𝑎𝑓 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑘𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑖𝑠𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢'Nara membaca setiap kata yg di tuliskan oleh anara.

"Jadi dia gak seayah sama Gladys. Dia anak haram? Kok bisa?" Gumam nya kemudian ia kembali meneruskan bacaan nya hingga berlembar lembar ia baca.

"Dev...? Anara naksir dev? Kenapa gak jadian kan dev juga suka sama dia"  Ucap nara, setelah selesai membaca beberapa lembar buku diary anara.

"Kaya nya buku ini bisa jadi petunjuk buat gue. Meski cuma dikit seenggaknya gue gak polos amat nyari tau nya" Ucap nara.

"Arrrhh kepala gue sakit!" Jerit nara saat kepala nya terasa berdenyut nyeri. Sebenernya sedari di rumah gisel ia sudah merasakan nyut nyutan di kepala nya.

"Kepala si anara kenapa gue yg ngerasain sakit nya huhh. Kenapa gak si anara aja" Gerutunya kemudian mengambil obat yg sudah dokter resep kan jika terjadi sakit kepala seperti sekarang. Wajar saja kepala nya kan pernah di pukul balok sama si beling.

.

.

.

Di sisi lain.

"Daddy harus tolongin aku. Bilang sama Bu Dwinta biar aku gak usah minta maaf sama anara" Adu kristal pada sugar daddy nya lewat sambungan telpon.

"Gak bisa baby.. Kalau guru bk yg biasa mungkin daddy bisa bantu. Tapi kalau bu Dwinta gak mungkin. Bisa bisa dia curiga sama daddy" Jawab sang sugar daddy.

"Ih daddy gak sayang aku ya.. Masa gitu aja gak bisa. Kan daddy donatur di sana" Gerutu kristal dengan nada manja nya.

"Gak bisa babby... Kalau bu Dwinta bilang sama istri daddy bisa bahaya sayang. Kalo pak kardi kan bisa tutup mulut kalo bu Dwinta gak mungkin. Dia itu temen nya istri daddy" Ucap sugar daddy nya.

"Masa daddy takut istri sih!" Protes kristal "ceraiin aja istri daddy. Nyusahin" Omel nya.

"Jangan bicara macam macam tentang istri daddy babby.. Kmu jalani saja hukuman itu" Ujar sugar daddy.

"No! Aku yg babak belur masa aku yg minta maaf" Tolak kristal.

"Ya terserah kmu saja kalau begitu. Saran daddy stop bikin kasus di sekolah! Gak selama nya daddy bisa bantu kamu terus" Ucap sugar daddy nya sebelum mematikan panggilan nya.

Kristal mengumpati sang sugar daddy "dasar aki aki ngga berguna lo! Awas aja lo minta jatah gak bakalan gue kasih!" Sungut nya. "Sekarang gue boleh kalah. Tapi gue bakal bales lo anara"geram kristal "arrghhh.. Daddy Gavin nggak guna"

Di tempat lain

"Papa telpon siapa?" Gavin terlonjak kaget mendapati putra nya sudah berdiri di belakang nya, saat ini mereka berada di balkon rumah nya. Gavin sendiri tengah duduk sambil merokok.

"Ka_ kamu sejak kapan di situ?" Tanya nya gugup

"Baru aja. Kenapa pa? Kayak orang abis kepergok selingkuh muka nya" Ucap putra nya yg merasa aneh dengan tingkah sang ayah, padahal ia bertanya pelan namun ekspresi yg ayah nya tunjukkan sangat berlebihan.

"Selingkuh? Mana mungkin!" Bantah Gavin "papa sangat mencintai mama mu"

"Jadi? Tadi habis telpon siapa?" Putra nya bertanya lagi.

"Oh itu... Sekertaris baru papa di kantor nanya nanya. Biasa lah nama nya juga baru pasti masih bingung dia" Ucap Gavin berbohong.

"Bertanya pada bos nya jam segini?" Tanya putra nya memastikan.

"Iya. Emang kenapa?"

"Jam sepuluh malam apa pantas menanyakan perihal pekerjaan?" Delik putra nya

"Jangan berpikir yg tidak tidak tentang papa boy" Gavin menepuk bahu putra nya "papa tau kamu khawatir sama mama mu, percayalah papa setia dan masih sangat mencintai mama mu" Usai mengatakan itu Gavin pergi dari balkon meninggalkan putra nya.

"Leon harap ucapan papa bisa di pegang" Gumam Leon, menatap kepergian papa nya.

Transmigrasi Badgirl (Pembalasan Dendam) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang