Dengan penuh semangat, Flora segera turun dari kamarnya ketika mendengar deru mobil yang memasuki pekarangan rumah. Kaki jenjangnya bergerak dengan lincah, memburu pintu utama. Senyum di wajah cantik gadis itu kian bersinar ketika sosok yang sangat dirindukannya ada di depan mata.
"Ayah!" pekik Flora seraya membentangkan kedua tangannya.
Tanpa pikir panjang, sang ayah pun segera menyambut kedatangan putrinya dengan senang hati. Segala lelah langsung luruh ketika aroma lavender yang membelai indera penciuman. "Kangen banget sama ayah, ya?"
Flora langsung mengangguk mantap ketika pelukan mereka terlerai. "Banget! Walaupun kita gak ketemu cuma tiga hari, tapi rindu ini bikin hati aku berat."
Lelaki paruh baya itu terkekeh. "Wah ... anak ayah udah bisa gombal aja, nih? Jangan-jangan, kamu punya pacar?"
"Enggak ada, Yah. Anak ayah ini masih betah menjomlo. Mantan yang kemarin masih bikin trauma," jawab Flora tanpa ragu. "Mulai sekarang, aku gak mau sembarangan pilih laki-laki. Mau cari yang kayak ayah. Yang romantis, sayang banget sama keluarga, setia lagi."
"Kok, puji-puji ayah? Ada maunya?"
"Oleh-oleh dari Bandung mana?"
Lagi, Flora berhasil membuat sudut bibir ayahnya terangkat tinggi. "Ternyata, emang ada yang diincar." Beliau geleng-geleng kepala sambil menyerahkan sebuah paper bag hitam. "Nih, bolu susu, brownies panggang, sama pisang bollen pesanan kamu."
"Yeay!" Sebelum mengambil alih paper bag itu, Flora mendaratkan sebuah kecupan di pipi kanan ayahnya. "Aku sayang ayah!"
Gadis 20 tahun itu melingkarkan tangannya di lengan sang ayah, berniat mengajaknya segera masuk rumah. Namun, dering ponsel menghentikan pergerakan keduanya. Ayah Flora segera merogoh saku jas hitamnya, telepon dari sang istri. Tanpa membuang waktu, beliau pun segera mengangkat panggilan itu.
"Ayah udah di rumah?"
"Baru nyampe, Bun. Ini, ayah lagi mendapatkan sambutan hangat dari anak kita," sahut ayahnya Flora seraya melempar senyum hangat.
"Ayah bisa menjauh dari Flora dulu, gak? Ada hal penting yang mau bunda sampaikan."
Dahi Flora lantas berkerut. Walaupun mode loudspeaker tidak diaktifkan, tetapi perkataan bundanya sampai dengan jelas di gendang telinga. Ia merasa tak terima ketika ayahnya bergerak menjauh.
"Bunda yakin dengan keputusan ini? Bagaimana jika Flora gak mau?"
Tanpa sadar, gadis itu membuang muka, membuat rambut sepinggangnya bergerak. Sang bunda ingin menyembunyikan sesuatu dari Flora, tetapi hal itu menyangkut dirinya. Bundanya pasti tengah menyiapkan sebuah kejutan indah untuk Flora. Walaupun bingung dalam rangka apa, tetapi beliau pasti merencanakan sesuatu yang membahagiakan.
"Iya, ayah berangkat sekarang. Kita coba bicarakan semuanya nanti. Semoga saja ini yang terbaik untuk kita semua."
Flora berdeham ketika melihat ayahnya kembali memasukkan ponsel ke saku jas. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan senyum yang ingin merekah.
"Kamu simpan dulu kuenya ke dalam. Terus kunci pintunya. Kita harus pergi sekarang," ucap ayahnya Flora dalam satu tarikan napas.
"Ke mana?"
"Nanti juga kamu tahu."
Sambil terus berusaha menahan senyum, Flora pun mengangguk paham. "Oke, deh!"
Dengan langkah panjang, gadis itu kembali memasuki rumah. Seperti yang ayahnya minta, Flora segera mengunci pintu lalu duduk manis di dalam mobil yang sudah keluar dari pekarangan. Isi kepalanya ramai, menebak kejutan apa yang sedang dipersiapkan sang bunda untuk dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Wedding [Terbit]
Romance"Gue sumpahin tuh dosen dapet istri kayak setan! Biar tahu rasa!" Percayalah, Flora sama sekali tidak bermaksud mengutuk Madhava, dosen galak yang sangat menyebalkan. Ia berkata demikian hanya untuk meluapkan kekesalan karena tidak diizinkan masuk k...