"Gue sumpahin tuh dosen dapet istri kayak setan! Biar tahu rasa!"
Percayalah, Flora sama sekali tidak bermaksud mengutuk Madhava, dosen galak yang sangat menyebalkan. Ia berkata demikian hanya untuk meluapkan kekesalan karena tidak diizinkan masuk k...
Perlahan, Flora membuka matanya, mengakhiri tidur panjang yang begitu lelap. Ia mengedarkan pandangan, lalu menatap jendela di sisi kiri. Langit Jakarta sudah gelap, entah berapa lama Flora tertidur. Di saat yang lain hendak beranjak ke peraduan, Flora justru baru selesai mengisi daya energinya.
Flora refleks memejamkan matanya kembali saat pintu kamar terbuka. Ia menahan napas selama ketika aroma maskulin menusuk indera penciuman. Sepertinya, Madhava baru selesai membersihkan diri dan sedang sibuk memilih baju. Yakin suaminya itu sedang menghadap lemari, Flora pun sedikit mengintip. Ia bisa langsung melihat punggung tegap Madhava yang terpampang nyata, tanpa balutan kain satu lembar pun.
Beberapa jam yang lalu, Flora telah melepaskan sisi lain dirinya yang selama ini tersembunyi. Ia telah menyerahkan mahkota sucinya pada Madhava. Walaupun apa yang mereka lakukan adalah hal yang tidak melanggar hukum-bahkan keduanya berkewajiban untuk melakukan hal itu-tetapi Flora tetap malu. Ia sama sekali tidak menyangka bisa menjadi perempuan liar, sekalipun di depan suaminya sendiri.
Terlalu asyik dengan isi kepala sendiri, Flora sampai tidak sadar bahwa Madhava sudah berbalik dan menatapnya lekat. Lelaki itu langsung tersenyum ketika netra mereka bertemu. Madhava melangkah mendekati Flora dan duduk di tepi ranjang. Tangannya membelai wajah Flora penuh sayang, meninggalkan sensasi dingin yang membuat bulu kuduk perempuan itu berdiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mau mandi sekarang?" tanyanya dengan nada yang teramat lembut.
Flora bergeming. Otaknya mendadak kosong, menyadari Madhava berada di hadapannya saat ini. Flora malu sekali. Canggung. Kikuk!
"Kalau mau sekarang, saya siapkan air hangatnya. Biarpun cuma sebentar, saya sarankan kamu berendam lebih dahulu. Supaya badannya lebih rileks," sambung Madhava.
Pengen! Badanku udah lengket banget ini, Mas. Tapi ke kamar mandinya gimana? Bundaaa, tolong akuuu! jerit Flora dalam hati.
"Atau mau makan dulu?" tanya Madhava lagi. "Saya sudah pesan ramen tadi. Kemungkinan sedang dalam perjalanan."
Masih belum ada jawaban. Flora seakan berubah jadi patung. Yang ia lakukan hanya terus menatap Madhava dalam kebisuan. Baru bergerak ketika air dari rambut basah suaminya itu membasahi pipi.
"Jadi, maunya bagaimana? Mandi atau makan dulu?"
"Mandi," bisik Flora, hampir tidak terdengar.
Saat itu juga, Madhava langsung bangkit dari duduknya. "Tunggu sebenar, ya. Saya siapkan bathub terlebih dahulu."
Belum sempat Flora mencegah, Madhava sudah lebih dulu beranjak dari kamar. Perempuan itu hanya bisa tersenyum, tersentuh oleh perlakuan Madhava yang begitu perhatian. Lalu, Flora berusaha untuk duduk. Demi apa pun, seluruh tubuhnya terasa remuk. Flora hampir saja menyerah jika Madhava tidak terlanjur kembali ke kamar.
"Sini, saya bantu," ujar Madhava seraya mendekati ranjang. Dengan begitu enteng, ia mengangkat Flora berserta selimut yang menutupi tubuhnya.