•
•
•
•Sementara Chiquita yang masih bingung atas apa yang terjadi pada panah yang dilesakkannya, kembali duduk bersama Ahyeon dan Ruka yang sedari tadi terkesan atas apa yang baru saja ia tunjukkan. Mereka bertiga duduk rapi untuk menonton pertunjukkan selanjutnya yang akan diperankan oleh Haram dan Rora.
"Tadi itu apaan, Chici?" tanya Ruka menyambut Chiquita yang duduk di sampingnya.
"Gak tau. Aku juga kaget." Jawab Chiquita datar.
"Kamu gak ngerasain yang aneh gitu, sewaktu ngelepasin anak panahnya?" sambung Ahyeon.
"Engga. Aku cuman ngerasa kesel aja sama Kak Rose. Terus tiba-tiba mata kiri Aku serasa panas. Dan begitu Aku lepasin anak panahnya... jadinya malah kebakaran." Jelas Chiquita.
"Terus tadi maksudnya Kak Rose bilang Phoenix, apa ya?" tanya Ruka.
"Mungkin bentuk api yang menyerupai burung tadi. Phoenix kan burung api." Jawab Ahyeon.
"Nah, hubungannya dengan Kak Lisa apa coba?" tambah Ruka
"Itu Aku juga masih bingung. Apa hubungannya Chiquita sama Kak Lisa. Apakah Kak Lisa juga punya Phoenix?" tanya Ahyeon balik.
Chiquita tidak lagi ikut dalam perbincangan mereka berdua. Ia hanya duduk tepat di samping Ruka sambil menatap Haram yang tengah mempersiapkan busurnya dengan tatapan kosong. Persiapan babak ketiga tahap pertama sudah selesai. Seperti biasa, Rose mempersilahkan juniornya duluan. Tanpa sungkan, Haram langsung mengambil ancang-ancang dan melepaskan anak panahnya.
WHOOSH!!
Bullseye. Tanpa kesulitan yang berarti mengingat belum ada rintangan yang menghalanginya, Haram berhasil memanah titik bullseye.
"Ooh, bagus. Tapi belum cukup membuatku terkesan." Ujar Rose yang melesakkan anak panahnya tanpa melepaskan pandangannya dari Haram.
Dan seperti yang telah diduga oleh mereka yang menonton, bullesye tempat mendarat anak panahnya.
"Sasaran yang tidak bergerak membuat kita bisa lebih fokus ke hal yang lain. Tidak hanya sasaran tersebut. Jadi tanpa menatapnya pun seharusnya kita bisa memanahnya tanpa kesulitan." Ujar Rose tenang.
Haram berusaha menjaga ketenangannya meski Ia terkejut melihat Rose yang berhasil memanah bullseye tanpa melihat sasarannya terlebih dahulu. Ia mengambil anak panah selanjutnya karena persiapan tahap 2 telah selesai. Balok-balok kayu berdiri menghalangi sasaran. Sama seperti sebelumnya.
"Kalau Ahyeon tadi melakukannya karena la berhasil memperhitungkan berat gravitasi dan kecepatan panahnya. Tapi bagaimana Kak Rose melakukannya? Apakah Ia memiliki kemampuan berhitung yang sama seperti Ahyeon?"
"Apa perlu ku beri contoh terlebih dahulu?" tanya Rose memecah pertanyaan yang Haram lontarkan dalam hati.
"Ah. Tidak. Yang pertama selalu mendapatkan keuntungan." Tolak Haram.
"Ingat. Angin dapat menggerakkan apa saja yang melayang." Ujar Rose pelan.
"Elemen auraku... Angin..." gumam Haram girang.
Ia bersiap melepaskan anak panahnya. Sambil mengingat apa yang dikatakan Rose, la lepaskan anak panahnya. Selagi panahnya melesak cepat, merasakan hembusan angin yang melewati dirinya, yang berada di sekitarnya. Dengan lembut, ia menggerakkan tangannya. Layaknya dirigen yang memimpin paduan suara, Ia membimbing panah tersebut menghindari rintangan-rintangan yang menghalanginya, dengan bantuan angin! Ya. Mengingat elemen auranya adalah angin, maka ia dengan mudah mengendalikan panah tersebut untuk menghindari rintangan tersebut dan berhasil mendaratkannya tepat di titik bullseye.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunter
Non-FictionPerjuangan Lisa dan teman-temannya untuk meruntuhkan kekuasaan para penghuni atas (1xsehari update)-on going Fantasi Action