•
•
•
•"Nah, Rora. Siap menunjukkan seperti apa kelebihanmu?" tanya Jisoo sambil me-reload senjatanya.
"Siap!" jawab Rora tegang.
Persiapan babak ketiga tahap dua telah selesai. Sasaran tembak telah disiapkan. Seperti biasa, Jisoo menembak kepala sasaran tanpa kesulitan. Begitu pula dengan Rora. Ia berhasil mengimbangi sang ketua Timsus tersebut.
"Wow! Cepat dan akurat. Kamu sering latihan tembak ya?" tanya Jisoo terkesan.
"Engga, Kak. Baru pertama kali
megang pistol ini juga." Jawab Rora.Perbincangan singkat mereka terhenti ketika persiapan tahap kedua telah selesai. 3 lapis dinding karang menghalangi sasaran tembak mereka.
"Tadi, Aku denger kalau kamu sempet liat percikan listrik ya?" tanya Jisoo yang bersiap menembak.
"Eemmm, iya sih. Tapi yang lain gak liat. Aneh juga." Jawab Rora yang juga bersiap menembak.
"Seperti ini?" tunjuk Jisoo.
DRRTT!!!
Percikan listrik kembali terlihat di ujung senjata Jisoo. Kali ini terlihat lebih jelas oleh Rora. Percikan listrik berwarna biru muda. Terlihat indah, namun mematikan. Terbukti dari daya hancur yang berhasil menembus 3 dinding karang di babak sebelumnya.
ampun! Silau bener!" ujar Rora yang melihat percikan listrik tersebut dari dekat.
DUAR!!!
Jisoo menembakkan pelurunya. Sama seperti sebelumnya, pelurunya berhasil menembus 3 dinding karang sekaligus. Dengan lubang yang rapi. Tidak ada goresan di dinding lain.
"Hanya elemen yang sama denganku yang bisa melihat listrik ini. Atau mungkin lebih tepatnya petir." Ujar Jisoo.
Rora terdiam. Terkejut mendengar perkataan Jisoo yang menyatakan bahwa itu adalah petir. Baru kali ini ia melihat petir yang bisa di kendalikan. Dijinakkan. Diperlakukan seenaknya dengan mudah. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah bahwa ia memiliki tipe elemen yang sama dengan Jisoo.
"Jadi... Aku..." ujar Rora terputus.
"Yup. Elemen auramu sama seperti ku." Lanjut Jisoo.
Dengan perasaan yang bercampur aduk antara senang dan juga bingung bagaimana ia bisa mengedalikan petir, ia bersiap menembak sasaran yang dihalangi oleh 3 dinding karang tersebut.
DUAR!!!
Ia menembak tepat ke arah dinding tersebut, namun tidak berhasil menembus satupun dinding karang tersebut. Jisoo yang sepertinya menantikan kejutan yang akan diperlihatkan oleh juniornya tersebut sedikit kecewa. Tidak heran, petir merupakan elemen tersulit untuk dikuasai.
"Yah, sepertinya kamu masih belum bisa menggunakan petirmu." Jawab Jisoo sedikit lesu.
Rora hanya bisa terdiam. Memang, meski warna auranya diatas orang-orang biasa, namun elemen auranya masih belum bisa ia kuasai. Ia terlarut dalam muramnya sementara persiapan untuk tahap ke 3 telah selesai. Sasaran-sasaran tembak berupa batu karang yang bergelantung dengan sebuah titik berdiameter 20 cm telah siap ditembak. Sama seperti sebelumnya, titik itulah yang harus ditembus oleh peluru mereka.
"Ayo Rora, kau duluan." Ujar Jisoo.
Tanpa basa-basi, Rora langsung menembak sasaran-sasaran tersebut dengan cepat. Mengikuti cara Ruka sebelumnya, ia selimuti peluru-peluru yang ia tembakkan dengan aura miliknya. Namun, hal tersebut tidak membantu dalam menembus sasaran tembaknya.
"Auramu berbeda dengan Ruka. Ia bertipe tanah dimana ia dapat menghancurkan batu dengan mudah. Segala jenis batu. Tapi kau tidak. Kau elemen petir. Kau harus menggunakan caramu sendiri. Menguasai petir dengan cara sendiri. Tidak menirukan orang lain." Ujar Jisoo yang telah meninggalkan lubang pada sasaran-sasaran tembak tersebut dengan pelurunya.
Pertandingan antar Jisoo dan Rora pun berakhir dengan tidak menarik. Tidak ada hal yang membuat para penonton yaitu Rose, Ahyeon, Chiquita, Haram dan Ruka berdebar tertarik. Yang dipertontonkan hanyalah kekalahan telak yang diterima Rora. Jisoo berbalik dan melangkah menjauhi tempat pertandingannya tersebut dengan langkah lesu dan raut wajah kecewa.
"Kak Jisoo, bisa tolong perlihatkan petirnya sekali lagi?" tanya Rora menghentikan langkah Jisoo.
"Buat apa? Kau tidak bisa menirukan petirku. Kau memiliki petirmu sendiri." Jawab Jisoo.
"Aku ingin mencoba memegangnya. Bagaimana rasanya menyentuh petir." Balas Rora.
"Gila." Tolak Jisoo sambil meninggalkan Rora.
"Eheyy, Jisoo. Liat tuh junior kamu. Auranya membara. Birunya udah mulai pekat." Tahan Rose yang melihat perubahan yang terjadi pada Rora.
Sementara itu, Chiquita dan yang lainnya tidak mengerti petir apa yang Rora bicarakan.
"Petir apaan sih?" Tanya Haram yang sedari tadi ingin bertanya.
"Ah, kamu gak bisa ngeliat ya? Sama Aku juga. Jisoo, liatin deh. Biarin juga Rora megang." Ujar Rose.
Melihat keadaan Rora dengan auranya yang semakin memekat dan bujukan Rose, akhirnya Jisoo memperlihatkan petirnya sekali lagi. Ia perlihatkan telapak tangan kanannya dan dalam sekejap sebuah bola cahaya dengan percikan-percikan listrik yang bersuara gemericit. Mirip seperti jeritan tikus. Bola cahaya berwarna putih dengan hiasan listrik seperti benang biru di sekelilingnya.
"Lihat. Ini bola plasma. Jika kau telah menguasai petir, maka kau akan dengan mudah membuat yang seperti ini." Ujar Jisoo.
"Uwoh! Itu petir?" ujar Haram
terkagum."Sudah kuduga. Ternyata petir." Gumam Ahyeon.
"Lalu, bagaimana Aku bisa menguasai petir?" tanya Rora.
"Aku tidak tahu. Waktu itu, Aku tersambar petir waktu sedang bermain bola di tengah hujan sendirian. Tidak ada yang menolongku, mengingat hari itu hujannya lebih mirip seperti badai. Aku kira Aku sudah mati, tapi ternyata petir itu mengelilingi tangaku. Melilit seperti ular. Dan sejak saat itu, Aku bisa dengan mudah melihat aliran listrik di setiap manusia. Dan juga Aku menciptakan petirku sendiri dan mengendalikan petir alam." Ujar Jisoo.
Mendengar penjelasan Jisoo, Rora perlahan mendekat. Menjulurkan tangannya ke arah bola plasma tersebut. Ingin menyentuhnya.
WUUNG!!!
"Apa yang kau lakukan?!" ujar Jisoo menghilangkan bola plasmanya.
"Katanya Kak Jisoo bisa mengendalikan petir karena tersambar. Nah Aku juga mau nyobain. Siapa tau sama." Ujar Rora nyengir.
"Sudah kubilang, jenis petir atau listrik setiap orang itu berbeda. Aku tidak tahu kalau petir milikku ini akan membahayakanmu." Jelas Jisoo sambil melangkah pergi.
"Tunggu Kak Jisoo!" ujar Rora sambil menarik tangan Jisoo.
DRRTT!!!
BRRSSSHH!!!
Tiba-tiba listrik menyelimuti mereka berdua. Membiaskan cahaya yang membuat Rose dan yang lainnya silau. Entah apa yang terjadi namun begitu cahaya tersebut menghilang, terlihat listrik biru menyelimuti Jisoo sedangkan Rora diselimuti listrik Merah.
"Akhirnya, Jisoo menemukan partnernya." Ujar Rose yang melihat Rora diselimuti listrik merah.
"Itu Rora gak akan kesetrum?" tanya Ruka.
"Ya enggak lah. Itu kan emang elemennya." Jelas Ahyeon.
Jisoo yang melihat juniornya tersebut terkejut. Mulutnya menganga. Matanya membelalak seakan tidak percaya atas apa yang telah terjadi. Namun ekspresinya tersebut segera menjadi ekspresi seseorang yang bahagia. Ia terlihat senang karena ia telah menemukan partnernya.
•
•
•
•Nyongan yeorobun author sudah up untuk part kali ini
See ya in the next update 👋👋👋👋👋👋👋👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunter
Non-FictionPerjuangan Lisa dan teman-temannya untuk meruntuhkan kekuasaan para penghuni atas (1xsehari update)-on going Fantasi Action