•
•
•
•Sementara Haram dan Rose berhadapan, Ahyeon hanya bisa menonton sambil menyesali dirinya. Kenapa hanya dengan sekali pukul ia tidak bisa bangkit lagi? Itulah yang berada di pikirannya. Penuh penyesalan.
"Mengagumkan. Sekalinya berubah, warna auranya langsung biru pekat. Mendekati hitam malahan." Ujar Lisa yang berbincang dengan dirinya sendiri.
Sementara itu, Chiquita dan Rora yang seharusnya menghadapi Lisa sudah tersungkur tak berdaya. Kalah, Entah kapan mereka kalah namun yang jelas Lisa sedang menikmati perkembangan Haram yang diluar dugaan itu tanpa gangguan dari mereka berdua.
Ruka yang juga memperhatikan Haram, teralihkan pandangannya ke arah Chiquita dan Rora yang meringis kesakitan sambil berbaring. Terkejut. karena dalam waktu yang sangat singkat, mereka ditumbangkan oleh pembimbing divisi 2 itu dengan mudah dan cepat, bahkan dirinya tidak menyadari serangan yang diluncurkan Lisa untuk menumbangkan mereka berdua."Itulah Lisa. Sedikit saja serius, maka lawannya akan bernasib seperti Chiquita dan Rora. Atau bahkan mungkin lebih parah." Ujar SinB menjelaskan.
"Tapi, mereka berdua kan memiliki aura yang juga-
"Kau belum mengerti seorang Lalisa itu seperti apa." Potong SinB.
"Jika ada hal yang menarik perhatiannya, maka ia tidak ingin diganggu oleh siapapun. Dan dalam hal ini, hal yang menarik perhatiannya adalah perubahan Haram, sementara pengganggunya adalah mereka berdua." Tambah SinB.
"Mengerikan." Ujar Ruka setengah berbisik.
"Mau dilanjut lagi?" tanya SinB.
DUAK!
"Sepertinya jawabanmu iya." Ujar SinB yang menahan tendangan dadakan Ruka yang mengarah ke perutnya.
Kembali, mereka berdua menari. Beradu kemampuan dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti oleh mata biasa. Yang terdengar hanyalah suara-suara tangkisan dari serangan-serangan mereka.
WHUUSH!
DUARK!!
Pukulan Rose berhasil mendarat di perut Haram dan membuatnya tersungkur jauh. Terjatuh tepat di samping Ahyeon yang masih menundukkan kepalanya penuh penyesalan atas dirinya yang tidak bisa apa-apa.
"Haha. Ayo Haram, perkembanganmu sungguh signifikan. Sekarang, kau bisa melihat warna auraku bukan?" tanya Rose jauh di hadapannya.
"Oh, astaga. Black." Ujar Haram
berbisik."Oi oi Ahyeon! Bantu dong. Ternyata warna Kak Rose hitam! Hitam pekat!" ujar Haram meminta bantuan Ahyeon yang nampaknya tidak merespon perkataannya itu. Clak... Clak... Clak....
Hujan mulai turun. Perlahan tapi pasti. hujan itu makin deras."Hujan? Hanya lapangan ini? Apakah? Jangan-jangan..." ujar Lisa dalam hati.
"Ya ampun. Hujan lagi, mana der -perkataan Haram terhenti setelah melihat air hujan tersebut yang warnanya tidak biasa. Bukan bening melainkan biru pekat. Mirip seperti angin yang menyelimuti Haram sebelumnya.
"Hujan? Biru pekat? Owh, jangan-jang
DUAK!!!
Ahyeon yang tanpa diketahui hawa keberadaannya tiba-tiba berada di belakang Rose dan melancarkan serangan ke arahnya. Rose yang terkejut karena tidak mengetahui hal tersebut menerima serangan tersebut mentah-mentah. Membuatnya terpental sangat jauh.
Haram yang melihat hal tersebut heran. Kenapa ada 2 Ahyeon. Yang satu berdiri di tempat dimana ia menyerang Rose
secara tiba-tiba. Sementara satu lagi terduduk sambil menundukkan...BRRSH!
Ahyeon yang berada di samping Haram berubah menjadi air yang deras mengalir tertarik oleh gravitasi bumi.
"AAAKKKKKK!!!" Haram teriak histeris layaknya melihat hantu di hadapan wajahnya. Dengan cepat ia berlari menuju Ahyeon yang berdiri di tempat Rose tadi.
"Halo Haram." Ujar Ahyeon sambil tersenyum menyambut kedatangan Haram yang berwajah pucat pasi. Gemetar karena melihat temannya, Ahyeon berubah menjadi air.
PLAK!
"Sakit tau!" ujar Haram memegangi pipinya yang ditampar Haram tanpa alasan.
"Ah... ternyata kamu beneran Ahyeon. Hahaha." Ujar Haram lega.
"Lah, emang ini Aku. Kenapa sih kamu. Kayak yang abis liat setan aja!" ujar Ahyeon kesal.
"Tadi, disitu, Aku kira itu kamu yang lagi duduk, eh ternyata yang Aku kira itu Kamu berubah jadi air!" ujar Haram histeris.
"Ah kamu! Mana ada. Tadi Aku gerak cepat ke belakang Kak Rose, Aku kira kamu tahu." Balas Ahyeon polos.
"Itu tadi salah satu kemampuan elemen air. Ilusi." Jelas Lisa yang sudah berada di belakang mereka.
"Waaa! Astaga Kak Lisa!" bentak Haram yang masih paranoid setelah apa yang ia lihat tadi.
"Elemen air?" tanya Ahyeon.
"Iya. Kamu tadi lihat angin biru yang mengelilingi Haram, kan?" tanya Lisa.
"Lihat." Jawab Ahyeon.
"Nah, apa kamu gak ngerasa aneh, tiba-tiba hujan. Dan lagi hujannya hanya di lapang ini dan warna airnya juga biru pekat. Sama kayak warna angin Haram tadi. Coba liat ke lapangan atau sekitaran yang lain. Gak hujan." Ucap Lisa.
Ahyeon dan Haram memperhatikan sekeliling. Benar! Daerah di luar lapangan 3 tidak terbasahi oleh air hujan berwarna biru pekat yang mengguyur mereka.
"Oh ya, hati-hati. Mungkin setelah serangan yang ia terima mentah-mentah tadi, Rose mungkin menambah keseriusannya." Jelas Lisa menutup penjelasannya.
Dengan segera ia meninggalkan Ahyeon dan Haram untuk berhadapan kembali dengan Rose yang telah berdiri yang sekujur tubuhnya dilumuri lumpur akibat tadi ia terjatuh. Tersungkur. Hujan yang tadi deras kini bercampur angin yang bergemuruh liar. Membuatnya berubah menjadi badai.
"Hahaha! Ini baru menarik!" tawa Rose menggema di lapangan 3. Layaknya mimpi buruk yang menghantui anak-anak. Suasana berubah mencekam.
•
•
•
•Nyongan yeorobun author sudah up untuk part kali ini
Happy reading and enjoy it
See ya in the next update 👋👋👋👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunter
No FicciónPerjuangan Lisa dan teman-temannya untuk meruntuhkan kekuasaan para penghuni atas (1xsehari update)-on going Fantasi Action