Chapter 68 ( Tekanan angin )

118 18 1
                                    













Kepulan debu dan hembusan angin menyeruak dari tempat dimana Yiren dihantam oleh banyaknya panah angin yang dilepaskan Rose. Untuk beberapa saat, suasana diantara pertarungan mereka sunyi senyap. Rose yang bersiaga jika ada serangan dadakan dari Yiren yang tiba-tiba muncul dari kepulan debu tersebut pun tidak mengeluarkan suara selain hembusan nafasnya yang teratur.

"Ada apa inii? Perasaanku tidak enak." Gumam Rose dalam hati.

Perlahan keringat dingin mulai menetes dari pelipisnya. Menandakan bahwa ketegangan dalam pertempuran yang ia hadapi semakin tinggi.

"Tadi... itu... lumayan... juga..." ujar Yiren dengan suara lirih terputus-putus.

DRUASSH!!!

Dalam sekejap, debu yang menyelimuti tempat di mana Yiren diserang tiba-tiba menghilang akibat hembusan dahsyat angin dari aura yang keluar dari tubuh Yiren. Aura hitam miliknya semakin pekat. Hembusan angin tajam dari aura tersebut semakin liar. Bagaikan tarian cambuk yang digunakan untuk menjinakkan singa. Bahkan beberapa kali angin tersebut hampir menebas Rose yang letaknya cukup jauh.

DSHHOSHH!!!

Rose yang merasa tidak bisa berdiam diri begitu saja langsung melesakkan ratusan panah angin dalam sekali serang. Namun, tarian angin liar dari aura Yiren berhasil menahan ratusan panah angin Rose dengan mudah. Aura yang memiliki mekanisme sempurna untuk bertahan dan menyerang.

"Padahal dia masih terjebak dengan perisai anginku. Tapi serangan barusan tidak ada satu pun yang masuk." Gumam Rose.

"Pertahanan sempurna adalah penyerangan yang sempurna." Ujar Yiren seolah menjawab pikiran Rose.

DRRREASHH!!!

Hentakan aura dari Yiren menimbulkan gelombang angin yang menyebar ke segala arah dengan Yiren sebagai pusatnya. Kekuatan gelombang tersebut membuat Lisa, Chiquita dan yang lain yang sedang bertarung di halaman gedung rektorat lama tersebut terhempas. Tidak terkecuali SinB, Irene, Eunha, Ahyeon dan Ruka yang berada di dalam kubah perisai. Mereka merasakan getaran akibat gelombang angin yang menghantam kubah tersebut. Begitu pun dengan gedung rektorat lama. Meski tidak seberapa namun getaran juga ikut terasa oleh Jennie, Karina dan Somi yang berada di dalamnya.

"Yiren! Hati-hati dong! Teman sendiri kena getahnya." Seru Mina yang juga ikut terhempas.

"Ooh, rupanya kau cukup cepat dalam memperkirakan apa yang selanjutnya akan datang." Ujar Yiren yang melihat Rose masih berdiri setelah berhasil menghadang gelombang angin dengan perisai angin miliknya.

"Untung saja gelombangnya tidak tajam." Gumam Rose lega.

DEASH!!!

"Akhirnya lepas juga. Perisaimu ini sungguh menyebalkan." Ujar Yiren yang berhasil menghancurkan perisai Rose yang sedari tadi membelenggunya.

DUAASHH!!!

Tiba-tiba, Yiren langsung melancarkan serangan terhadap Rose. Meriam angin dengan tekanan yang dahsyat ditembakkannya ke arah Rose. Namun, dengan refleks yang lebih cepat dari manusia biasa, Rose berhasil menahannya dengan perisai angin andalannya.

DDRRDDD!!!

Getaran hebat dirasakan Rose akibat menahan hantaman meriam angin milik Yiren.

"I... Ini berbeda dari yang sebelumnya?!" gumam Rose terkejut.

DUASH!!!

Dahsyatnya tekanan dari meriam angin tersebut rupanya tidak dapat ditahan oleh perisai angin milik Rose hingga membuatnya terpental jauh menerima serangan tersebut.

The HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang