Biu tidak bisa menahan rasa nyeri pada perutnya. Hari ini, untuk pertama kalinya dia harus membatalkan kelas paginya karena penyakitnya yang tiba-tiba kambuh. Seperti biasa, lagi-lagi pemuda manis itu melupakan sarapannya dan memilih hanya minum segelas americano.
"Uuuuhh ... Aku tidak mau muntah," keluhnya sambil meremas perutnya. Biu memaksa dirinya untuk berdiri dengan berpegangan pada pinggiran meja. Dia harus mengambil ponselnya yang ada di sofa, tidak jauh dari meja kerjanya. Kali ini Biu harus kebal mendengar omelan sahabatnya karena dia butuh bantuan Apo untuk membawanya ke rumah sakit. Sudah sekitar tiga menit Biu berdiri namun dia masih belum mampu untuk bergerak. Peluh sudah membasahi tubuhnya.
"Biu? Kau baik-baik sa .... Heyyyy!" Tubuh Biu menegang saat mendengar suara yang asing baginya. Sampai netranya menangkap sosok pria yang sudah beberapa minggu ini merecoki hidupnya. Biu hanya bisa diam saat Bible meraih tubuh kecilnya dan membantunya untuk kembali duduk di kursi kerjanya.
"Kau sakit? Apa yang bisa kulakukan?" tanya Bible panik.
Biu belum mampu menjawab, perutnya benar-benar sakit. Dia hanya mampu menggerakkan tangannya, menunjuk ke arah tasnya. Beruntung mahasiswanya itu bisa lekas paham dan langsung mengambilkan tas miliknya. Dengan tangan yang gemetar hebat, Biu berusaha mengambil ponselnya untuk menghubungi Apo. Namun karena tidak mampu bersuara, setelah panggilannya terhubung, Biu langsung memberikan ponselnya pada Bible.
"Ha, halo?"
....
"Ah, ya. Baik, aku akan segera membawanya ke sana. Baik."
Biu hanya menurut saat Bible merapikan tas miliknya dan menuntunnya untuk naik ke punggung Bible.
"Aku tidak mau kau semakin sakit, jadi biarkan kali ini aku menggendongmu."
***
"Dari kapan kamu tidak makan?"
"Aku makan."
"Kapan?"
Biu tampak berpikir sejenak, berusaha mengingat kapan terakhir kali dia makan. Semalam Biu tidak pulang ke apartemennya dan memilih menginap di hotel bersama Alex. Rasanya semalam dia tidak ada makan apapun. Apa kemarin? Tapi setelah dari universitas Biu langsung pergi ke perusahaan kakaknya untuk mengambil beberapa berkas.
"Hahh sudahlah. Apo! Dua hari ini kurung dia di apartemennya, pastikan lambung sialannya itu benar-benar terisi," ucap Mile marah.
"A, apakah boleh seorang dokter marah-marah seperti itu pada pasiennya?"
Mile dan Apo tergelak mendengar pertanyaan polos Bible barusan. Sedangkan Biu hanya bisa terdiam pasrah. Dia masih belum punya tenaga untuk melawan kedua orang itu.
"Tenang saja, Bib. Untuk Biu, dia special case. p'Mile boleh marah sepuasnya," ucap Apo yang langsung dibalas anggukan setuju oleh Mile.
"Aku mau pulang," ucap Biu yang akhirnya punya tenaga untuk bersuara.
"Aku akan mengantarmu," tawar Bible.
"Tidak perlu, terima kasih sudah membawaku kemari, tapi kau tidak perlu repot-repot mengurusku lagi," ucap Biu tajam.
"Biu, jangan berlaku tidak sopan. Biar bagaimanapun, Bible sudah menolongmu. Kalau tidak ada dia, kau pasti sudah mati tadi," ucap Apo tajam.
"Bukankah itu bagus? Kau yang paling tau kalau itu keinginanku sejak dulu," sahut Biu tajam.
"Sudah. Bible, kau antar Biu pulang. Tidak ada penolakan. Aku akan menemui kalian nanti malam selesai praktik." Tidak ada yang berani membantah kalau Mile sudah berucap. Bahkan Biu pun lebih memilih bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Lecturer (END)
FanfictionBible Wichapas Aku jatuh cinta pada dosenku sendiri. Bagaimana bisa ada laki-laki yang tampan dan cantik di saat bersamaan seperti dia? Segala cara akan kulakukan untuk mendapatkannya. Meskipun aku tau dia hanya menganggapku sebagai anak kecil yan...