"Biu, ayo makan dulu."
Biu menoleh menatap Alex sebentar terus kembali mengalihkan pandangannya. Alex lalu menghampiri si manis yang sejak subuh tadi betah duduk di balkon. Bahkan sudah berkali-kali Alex memaksanya untuk masuk tapi pria manis itu bersikeras tidak mau bergerak sama sekali.
"Bii, anginnya kencang, masuklah. Nanti kamu sakit."
Biu tetap abai, Alex tau kalau mantan sex buddynya itu sangat keras kepala, tapi Alex tidak menyangka kalau dengan wajah manis itu, dia punya kadar keras kepala yang hampir mencapai seribu persen.
"Biu, kamu ...." Alex langsung mengatupkan bibirnya ketika Biu tiba-tiba berdiri dan masuk ke dalam. Pemuda manis itu berjalan lurus langsung menuju ke meja bar dan disitu sudah tersedia semangkuk sup krim panas buatan Alex.
"Alex."
"Ah, iya?" Alex langsung berlari menghampiri si manisnya, rasanya seperti sudah lama sekali tidak mendengar suara manis Biu.
"Alex, apakah di barmu ada lowongan pekerjaan?"
"Hahh? Tidak ada. Kamu tidak butuh pekerjaan."
"Kalau kamu lupa, aku pengangguran sekarang. Dosen dengan riwayat hitam sepertiku, mana bisa mendapatkan pekerjaan sebagai dosen lagi."
Perkataan Biu terdengar biasa, dia juga bicara dengan santai, tapi tetap saja terdengar menyakitkan bagi Alex.
"Aku akan minta kakakku untuk mengurus masalah ini, Bii. Aku akan memastikan Blue dan Mara masuk penjara, namamu akan segera bersih. Semua akan baik-baik saja, Bii."
Biu nampak terdiam sejenak sebelum bicara.
"Kalau kubilang aku masih peduli pada Blue dan Mara apakah aku akan terdengar jahat?"
Biu menoleh ke arah Alex, wajah manisnya sudah memerah.
"Biar bagaimanapun, Blue pernah menjadi orang yang sangat berarti untukku. Bahkan aku masih sangat meyakini kalau semua yang dia lakukan selama ini pasti ada alasannya."
Pecah sudah tangisan Biu, pria itu menangis dalam pelukan Alex. Menurutnya apa yang dialami Biu tidak lah mudah. Justru akan sangat aneh bila perasaan itu hilang begitu saja. Blue adalah pacar pertama Biu, bahkan si manis sangat mencintainya dulu. Tidak mungkin Biu bisa melupakannya begitu saja.
Masih teringat jelas kejadian beberapa hari lalu ketika Biu datang ke apartemennya dalam keadaan kacau. Wajahnya penuh lebam sampai bibirnya sobek, tubuhnya penuh bekas luka cakaran dan sundutan rokok, bahkan banyak kissmark bertebaran. Alex sampai harus memanggil dokter pribadinya karena takut Biu mengalami infeksi dan terjangkit virus. Biu menginap di apartemennya selama dua hari, menunggu sampai benar-benar pulih, setidaknya luka-luka di lehernya agak memudar dan dia bisa berjalan dengan normal. Dia tidak ingin orang lain mengetahui kejadian yang sebenarnya karena dia tidak mau membuat Mara semakin hancur. Alex tidak tau bagaimana mengerikannya kejadian yang sudah dihadapi si manis, tapi melihat bagaimana reaksi dia saat ini, tentu bukan hal yang mudah. Bahkan sampai saat ini, yang dia pikirkan hanya orang lain.
Awalnya Alex sempat marah ketika Biu tidak mau memperkarakan hal ini, kakaknya adalah seorang pengacara, dan Alex yakin kakaknya pasti mau membantunya. Tapi ketika tau kalau dia tidak memperkarakan karena Biu tidak mau membuat Mara semakin terluka, jujur saja Alex merasa sangat marah. Tapi dia harus menahan semua amarahnya karena saat ini hanya dia yang bisa melindungi Biu.
Setelah lebih tenang dan membantu Biu menghabiskan makanannya, Alex membantu Biu untuk mandi. Alex memang tidak mengizinkan si manis untuk melakukan apapun sendirian terutama saat di kamar mandi. Alex tau kalau pria itu sedang tidak stabil dan dia juga cukup tau semua kebiasaan buruk Biu, jadi dia tidak akan memberinya kesempatan untuk melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri. Alex memang sudah menyingkirkan semua benda tajam di apartemen Biu, tapi tidak menutup kemungkinan dia akan melakukan hal nekat lainnya kan, memecahkan kaca mungkin.
![](https://img.wattpad.com/cover/346103584-288-k555445.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Lecturer (END)
FanficBible Wichapas Aku jatuh cinta pada dosenku sendiri. Bagaimana bisa ada laki-laki yang tampan dan cantik di saat bersamaan seperti dia? Segala cara akan kulakukan untuk mendapatkannya. Meskipun aku tau dia hanya menganggapku sebagai anak kecil yan...