23. Terbongkar

281 51 6
                                    

Yuhuuuu, kopiku udah abis setengah botol hahahaha, moodku agak better, jadi langsung dobel up. Takutnya gegara kopi setengah liter terus lambungku meronta malah gak bisa nulis lagi kan rempong.

Happy reading

🌻🌻🌻

"Sebenarnya apa yang Blue lakukan padamu?"

Lidah Biu mendadak kelu, dia tidak bisa menjawab pertanyaan dari kekasihnya itu.

"Biu."

"Bi, bisakah kita tidak membahasnya?" tanya Biu pelan.

"Kamu terluka, Bii. Bagaimana mungkin aku tidak membahasnya."

Biu langsung menarik mundur dirinya saat Bible hendak mendekat. Sungguh dia tidak bermaksud untuk menyakiti hati kekasihnya itu, tapi jujur saja melihat Bible mendekat dia tidak bisa tidak merasa takut.

"Ma, maafkan aku."

Biu berlari ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam, Biu mematut pantulan dirinya di depan cermin. Perlahan Biu melepas satu persatu kancing kemeja milik Alex sampai netranya mulai melihat banyaknya kissmark di sekujur tubuh Biu, banyak juga bekas luka memar dan lebam yang terlihat sangat kontras di kulit putihnya. Air mata Biu langsung lolos begitu saja melihat kondisinya yang menyedihkan itu.

"Bagaimana bisa aku membiarkanmu melihat semua ini, Bai. Aku benar-benar malu denganmu, aku juga malu pada diriku sendiri. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksimu saat mengetahuinya. Kamu pasti akan jijik kan, Bai? Kamu pasti akan membenciku. Hiks hiks ... Kenapa aku tidak bisa bahagia? Hiks hiks, ini semua sangat menyakitkan."

Isakan Biu terdengar pilu, membuat siapapun yang mendengarnya pasti ikut merasakan sakitnya. Sayangnya Biu belum bisa membagi rasa sakitnya itu pada orang lain. Bahkan kalau bisa, dia ingin menyimpan semua itu untuk dirinya sendiri.

Cukup lama Biu mengurung diri dalam kamar mandi sampai akhirnya sekitar tiga puluh menit kemudian, dia baru mau membuka pintunya. Mata sipit Biu terbuka lebar saat dia membuka pintu dan Apo sudah menunggu di depan.

"Apo ..."

"Buka bajumu."

Biu langsung mengeratkan kancing kemejanya, dia benar-benar takut kalau ada orang lain yang melihat tubuhnya.

"Bible sedang pergi ke supermarket dengan p'Mile, kita aman." Pegangan Biu pada kemejanya mulai mengendur. Dia hanya menurut saja saat Apo menuntunnya untuk duduk di sofa ruang tamu. Biu melihat Apo menaruh sebuah kotak obat-obatan di pangkuannya, kotak itu adalah milik Mile, Biu sangat tau karena Apo selalu menggunakan kotak itu ketika Biu sedang menyakiti dirinya sendiri.

Biu hanya diam saat Apo membuka kancing kemejanya perlahan, Biu tau kalau sahabatnya itu sedang menahan tangis, terlihat dari wajah imutnya yang sudah memerah, mata bulatnya pun sudah berkaca-kaca. Tapi, air mata itu akhirnya lolos juga ketika tubuh bagian atas Biu sudah terbuka sepenuhnya. Apo mengoleskan salep perlahan di atas luka memar Biu, mulai dari dada sampai perut, bahkan di pinggul. Dia juga mengoleskan obat pada luka-luka bekas cakaran dan sundutan rokok. Di punggung Biu lebih parah, banyak bekas luka bekas cambukan di sana membuat Apo tidak kuasa menahan tangisnya.

"Kenapa seperti ini, Bii? Bahkan ini semua jauh lebih parah dari terakhir kali," isaknya.

"Maafkan aku."

Hanya kata maaf yang bisa dia ucapkan, bahkan Biu rasanya sudah tidak punya harga diri untuk membela dirinya sendiri. Baginya, semua sudah hancur. Lenyap begitu saja. Perhatian mereka berdua teralihkan pada ponsel Biu yang terletak di atas meja, ada panggilan masuk dan nama Blue tertera di sana. Biu buru-buru menahan lengan Apo saat sahabatnya itu hendak mengangkat panggilan dari Blue.

My Lovely Lecturer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang