"Aku mencintaimu, Bai."
Bible masih terdiam mendengar perkataan Biu barusan. Otak pintarnya masih kesulitan untuk mencerna. Dia takut kalau semua itu hanya mimpi. Mungkin saja karena dia terlalu sedih sampai berhalusinasi mendengar pernyataan cinta dari Biu kan.
"Kenapa kamu diam saja, hm?" tanya Biu lembut.
"A, apakah aku sedang bermimpi? Apakah ini benar-benar kamu? Ini suara lembutmu?" tanya Bible pelan. Suaranya bergetar, dan benar saja, ia kembali menangis sekarang. Biu tersenyum sambil menyeka air mata Bible dengan tangan kecilnya.
"Maafkan aku, kamu pasti sudah banyak melewati masa-masa sulit kan? Maafkan aku naa," ucapnya. Bible langsung menarik tubuh kurus itu ke dalam pelukannya. Diciuminya puncak kepala Biu sambil berkali-kali mengucapkan kata syukur. Bible tidak bisa menjelaskan seberapa bahagia dirinya mendengar perkataan cinta dari sang pujaan hati.
"Semalam aku mimpi ada di sebuah jurang. Aku melihat Blue dan Mara di bawah jurang itu. Mereka melambaikan tangan, mengajakku untuk turun menyusul mereka. Aku ingin melompat turun, aku ingin menyusul mereka. Sampai akhirnya aku mendengar seseorang memanggilku, aku tidak tau siapa dia. Perlahan suara itu mulai mendekat. Sampai akhirnya melihat dirimu menangis di belakangku. Kamu memintaku untuk ikut pulang denganmu."
Bible mempererat pelukannya pada Biu.
"Tubuhku bereaksi secara otomatis untuk mendekatimu. Kamu menangis sambil memelukku. Apakah selama ini aku sudah banyak membuatmu menangis?" tanya Biu lirih. Entah kenapa pertanyaan Biu barusan justru membuat hati Bible serasa teriris.
"Aku yang sudah banyak menyakitimu, Bii. Aku yang sudah menyakitimu selama ini." Bible mempererat pelukannya pada Biu.
"Maafkan aku, Bai. Aku kembali."
***
"Bagaimana kondisi Biu, Phi?" tanya Bible memburu.
"Sejauh ini Biu cukup stabil, tapi dia masih harus terus dalam pengawasan penuh dan Biu masih harus minum obat." Bible mengangguk paham mendengarkan penjelasan Arm.
"Sedang apa kalian di luar?" tanya Alice yang baru saja datang.
"Ao, Phi cantik sekali," ucap Bible takjub. Saat itu Alice datang menggunakan gaun bunga-bunga dengan bagian atas berbentuk sabrina, rok payung di atas lutut, rambut panjang bergelombangnya tergerai rapi dan make up natural yang menghiasi wajahnya membuat Alice jadi terlihat jauh lebih cantik.
"Aku sedang ada syuting di daerah dekat sini, jadi aku sekalian mampir," sahut Alice sedangkan Arm masih terdiam sambil menatap sosok mantan istrinya itu.
"P'Arm, sepertinya kau sangat terpesona melihat penampilan p'Alice," ucap Bible jenaka. "AKKH!!" pekiknya saat Arm memukul kepalanya menggunakan stetoskop sedangkan Alice hanya terkekeh melihat kelakuan dua pria itu
"Bagaimana Biu?" tanya Alice.
"Masuklah, dia baru selesai mandi dan makan. Aku mau membawa Bible dulu, dia harus merawat lukanya," jawab Arm. Alice jadi teringat kalau Bible masih terluka. Bahkan pria itu sama sekali tidak mempedulikan dirinya sendiri.
"Pergilah, aku punya waktu dua jam untuk menemani Biu." Alice bergegas masuk ke dalam ruang rawat Biu. Dilihatnya adik kesayangannya itu sedang sibuk dengan buku bacaannya. Sejak kondisinya mulai membaik, Biu mulai kembali ke rutinitias lamanya, membaca buku. Sesekali Biu masih suka melukis, tapi dia lebih banyak membaca buku.
"Hay, sayang," Alice. Biu tersenyum sambil menutup buku bacaannya. Alice mendekat lalu memeluk dan menciumi wajah manis adiknya.
"Hahahaha, phi aku bukan Venice yang bisa kau ciumi wajahnya seperti itu," ucap Biu sambil tergelak dan jujur saja Alice sangat merindukan tawa adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Lecturer (END)
FanfictionBible Wichapas Aku jatuh cinta pada dosenku sendiri. Bagaimana bisa ada laki-laki yang tampan dan cantik di saat bersamaan seperti dia? Segala cara akan kulakukan untuk mendapatkannya. Meskipun aku tau dia hanya menganggapku sebagai anak kecil yan...