37. Keputusan

337 52 9
                                    

"Mau minum?"

Biu menggeleng.

"Aku masih punya coklat, kamu mau? Biar bisa sedikit ada tenaga."

Biu menggeleng lagi.

"Hmmm, aku belikan kue yaaa. Atau kamu mau makan apa?"

"Bai ...."

"Iya, sayang?" sahut Bible lembut.

"Peluk aku."

Bible tersenyum, ditariknya tubuh kurus itu ke dalam pelukannya. Setelah Biu lebih tenang, mereka memilih menghabiskan waktu berbaring sambil berpelukan di atas tempat tidur. Biu sudah tidak menangis, tapi dia sama sekali tidak tidur. Bahkan meskipun Bible sudah menyanyi dan mengelusi tubuhnya, pria manis itu tetap tidak mau tertidur. 

"Sudah jam tujuh, tidurlah," ucap Bible lembut.

"Tidak. Aku tidak mengantuk," sahutnya lemas.

Bible tau kalau kekasihnya itu berbohong. Matanya sudah sangat sayu, entah apa yang membuat si manis tetap tidak mau tidur meskipun dirinya mengantuk. Kalaupun dia tertidur, hanya berlaku beberapa menit, setelahnya dia akan seperti terkejut lalu terbangun lagi.

"Baby, hari ini aku harus ke universitas, apakah kau mau menunggu di rumah ayah?" tawar Bible. Biu mendongak menatap wajah tampan Bible.

"Ayah?"

Bible tersenyum, dia memang belum bercerita secara langsung kalau hubungannya dengan Kan sudah membaik.

"Hubunganku dengan ayah sudah membaik, kami hidup bersama sekarang."

Biu tersenyum, dia mengangkat kepalanya untuk mendaratkan ciuman di bibir tipis Bible.

"Aku turut senang untukmu, Bib."

"Terima kasih, sayang. Jadi bagaimana? Kau mau menunggu disitu?"

"Tidak. Aku mau bersamamu."

Bible dibuat bingung sekarang. Bukannya dia tidak mau menemani Biu. Tapi ini universitas, Bible tentu tidak mau membawa Biu ke tempat itu. Bible belum siap kalau ada yang melihat Biu dan akhirnya pria manis itu disakiti lagi. Meskipun saat ini banyak orang yang mencarinya untuk meminta maaf, tapi tidak menutup kemungkinan kalau tidak ada orang yang tidak menyakitinya kan.

"Biu, aku ...."

"Aku akan menunggu di dalam mobil, Bai. Aku tidak akan keluar. Aku juga belum siap untuk bertemu siapapun. Aku hanya tidak ingin di sini sendirian," lirihnya. Bible lalu mencium kening Biu.

"Aku juga tidak mau kamu sendirian di dalam mobil. Bolehkah aku meminta Nodt untuk menemanimu?"

Biu mengangguk patuh. Bible tau kalau Biu sudah dewasa, bahkan jauh lebih dewasa dari dirinya. Tapi meninggalkan Biu sendirian di dalam mobil bukanlah gagasan yang tepat. Kekasihnya itu masih harus dalam pengawasan penuh. Bible tidak ingin terjadi sesuatu yang membuatnya jadi menyesal di kemudian hari.

***

Bible nampak terburu-buru menata berkasnya di atas meja. Setelah mendapat ACC dari dosen pembimbing, Bible segera mendaftar untuk sidang minggu depan. Hatinya benar-benar lega. Selama penyelesaian tugas akhir ini tidak ada masalah berarti yang ia hadapi. Bible memang sangat bersemangat untuk segera lulus karena dia ingin terus menjaga Biu.

"Kenapa terlihat buru-buru?"

Tubuh Bible menegang saat mendengar suara barusan. Suara yang cukup ia kenal karena sudah setahun ini dia membenci suara itu.

"Saya masih banyak pekerjaan, Pak," sahut Bible seadanya.

"Apakah ada seseorang yang menunggumu? Makanya kau buru-buru?"

My Lovely Lecturer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang